One + One (One Night Stand)
Seorang pria terlihat sedang kesal. Ia menegak alkohol dalam gelas dengan sekali tegukan. Dalam benaknya, muncul sosok pria tua paruh baya yang sebelumnya ia temui. Pria itu menagih sejumlah uang padanya dan mengancam akan membunuh, jika hutang tak segera terbayarkan.
"Ah, sial! bagaimana bisa aku dapatkan uang dengan jumlah banyak hanya dalam waktu satu hari? tabunganku saja tak cukup untuk membayar setengahnya," batin pria bernama Alvaro.
Setelah berusaha keras berpikir, ia pun tersenyum tipis dan meletakkan gelas di meja. Ia seperti sudah mendapatkan ide.
"Oh, iya. Aku pinjam saja pada Rere. Tidak mungkin saudari kembarku itu tidak punya uang. Dia adalah wanita baik dan selalu hidup hemat. Aku harus segera menemuinya," batin Alvaro.
Ia pun pergi setelah membayar tagihan minuman. Dengan mengendarai taksi, ia meninggalkan Bar.
Di tengah jalan. Alvaro menghubungi Audrey, Saudari kembarnya. Ia berharap bisa segera bertemu kembaranya itu dan melunasi hutang-hutangnya. Setelah berbincang di telepon, Alvaro dan Audrey pun sepakat bertemu di sebuah kedai kopi. Kebetulan Audrey sedang ada di sana karena baru saja bertemu dengan seorang teman lama.
***
Alvaro sampai di kedai kopi. Ia masuk dan duduk menghadap Audrey. Melihat langkah saudaranya yang terhuyung, Audrey langsung menebak, jika Alvaro baru saja minum alkohol.
"Apa kamu baru minum alkohol?" tanya Audrey.
"Ya, sedikit. Aku sedang stres saat ini. Makadari itu, tolong bantu aku, Re." jawab Alvaro dengan wajah memelas menatap Audrey.
"Bantu apa?" tanya Audrey mengernyitkan dahi.
"Jangan bilang uang. Apa dia lagi-lagi berjudi dan bermain wanita?" batin Audrey curiga.
"Pinjami aku uang. Bulan depan aku akan bayar," jawab Alvaro.
"Sudah aku duga. Apa kamu sedang kesulitan sampai meminjam padaku? kamu bukannya punya tabungan?" jawab Audrey.
"Tidak cukup, Re. Seluruh tabunganku bahkan tidak bisa membayar setengah hutangku." jawab Alvaro sedikit meninggikan suara.
"Apa? Kamu sudah gila, Al. Bisa-bisanya kamu berhutang sebanyak itu. Apa saja yang kamu lalukan dengan uang sebanyak itu? aku tahu kamu memang boros, suka berfoya-foya dan bermain wanita, tapi ... setengah tabunganmu pun bahkan tak mampu menutupi hutangmu? Gila! kamu gila!" kata Audrey menatap tajam ke arah saudara kembarnya.
"Hentikan ocehanmu, Re. Katakan, kamu mau meminjami atau tidak? jangan membuatku semakin stres," kata Alvaro menahan emosi.
"Aku tidak bisa pinjamkan. Mintalah pada Papa dan Mama, beliau berdua pasti memberikan berapapun uang yang kamu minta. Meski kamu harus diomeli, tahanlah. Hanya itu satu-satunya cara." jawab Audrey.
Mendengar jawaban saudarinya, Alvaro emrasa kesal. Biasanya Audrey aka berbaik hati meminjaminya uang, meski mengomel. Kali ini sepertinya permintaannya tak terpenuhi.
"Hah! sepertinya aku hanya buang-buang waktu saja denganmu. Bukannya membantu malah menceramahiku," omel Alvaro. Ia lantas pergi meninggalkam Audrey.
Audrey menatap kepergian Alvaro tanpa rasa bersalah. Ia sejujurnya tidak tega, tetapi kali ini ia tidak akan membantu Alvaro lagi karena dirasa terlalu berat. Jumlah uang yang diminta Alvaro tidaklah sedikit.
"Maaf, Al. Aku tidak bisa membantumu kali ini. Sudah berkali-kali aku membantumu, bahkan aku rela memakai tabunganku untukmu. Kali ini kamu harus bertanggung jawab atas perbuatanmu sendiri." batin Audrey.
***
Keesoakan harinya. Alvaro menemui penagih hutang di tempat yang sudah ditentukan. Alvaro datang dengan semua uang tabungannya. Ia bahkan sampai menjual koleksi jam tangan dan beberapa jas kesayangannya.
Alvaro tidak mendengarkan saran saudari kembarnya. Baginya, meminta uang dan berbicara jujur pada Papa juga Mamanya adalah sebuah masalah besar. Tidak hanya dimarahi, ia pasti akan langsung diusir. Ia menyadari, betapa bodohnya dirinya sendiri karena sudah menghabiskan uang dengan jumlah yang sangat besar. Jika digunakan untuk kebutuhan hidup, nominal hutang Alvaro bisa digunakan untuk lima tahun bahkan lebih.
"Apa kamu sudah membawa uangnya?" tanya seseorang yang baru saja datang. Seseorang itu duduk dan menatap tajam ke arah Alvaro.
"Aku hanya bisa membayar setengahnya saja. Bisakah setengahnya aku angsur?" jawab Alvaro menatap ke arah seseorang yang duduk di hadapannya.
"Apa kamu pikir aku ini penjual ikan di pasar? tidak bisa tawar menawar denganku. Aku meminta penuh, tidak mau setengah-setengah. Ah ... begini saja, aku hubungi orangtuamu, bagaimana? bukankah kamu anak dari orang ternama di kota ini?" kata seorang paruh baya itu dengan wajah dinginnya.
"Jangan!" seru Alvaro berteriak.
Alvaro menggelengkan kepalanya cepat, "Tolong jangan lakukan itu. Aku akan bayar hutangku. Orang tuaku tidak boleh tahu soal ini. Aku akan ada dalam masalah besar," lanjutnya bicara.
"Kalau begitu cepat bayar. Aku tidak punya waktu berlama-lama dengan Tuan muda tidak berguna sepertimu," jawab seseorang itu.
Alvaro terdiam. Ia sedang berpikir keras. Entah apa yang merasuki pikirannya, tiba-tiba ia pun berdiri, lalu mendekati pria paruh baya itu. Ia berbisik sesuatu.
"Bagaimana?" tanya Alvaro tersenyum menatap pria paruh baya di sampingnya.
Pria paruh baya itu tersenyum lebar, "Apa kamu sungguh-sungguh? ini bukan tipuan, kan?" tanyanya.
"Mana mungkin. Aku tidak akan berbohong," jawab Alvaro menyakinkan.
"Baiklah. Aku akan mengirimu pesan. Bawalah dia padaku malam ini, sebagai setengah pembayarannya." kata pria itu senang.
"Ya," jawab Alvaro tersenyum.
Pria itupun pergi dengan beberapa orang yang ia bawa. Alvaro tetap tinggal, menatap ke arah pintu. Bibirnya terangkat naik, senyumnya semakin lebar. Entah apa yang ia bisikan pada seseorang tadi. Yang jelas ia bisa terhindar dari ancaman yang mengancam keselamatan nyawanya.
***
Audrey mendapatkan pesan dari Alvaro. Ia meminta Audrey menjemputnya disebuah Hotel. Audrey tahu kebiasaan Alvaro memang sangat buruk, ia pasti minta dijemput pulang kalau sudah mabuk berat.
Meski merasa aneh, Audrey tidak menaruh rasa curiga. Ia berpikir, jika saudara memang dalam kesulitan. Terlebih ia merasa sedikit bersalah karena tadi tidak bisa memenuhi permintaan Alvaro.
Saat ia masuk ke kamar Hotel, ia merasa aneh. Ia tidak menjumpai Alvaro, tetapi pria paruh baya yang hanya mengenakan kimono handuk dengan segelas wine ditangannya.
"Hallo, cantik ... " sapa pria itu tersenyum.
"Si-siapa? di mana Alvaro?" tanya Audrey mengerutkan dahi.
"Oh, dia tidak di sini. Kemarilah, biarkan aku melihatmu lebih dekat lagi." kata pria itu.
"Tidak. Aku akan pergi!" sentak Audrey berbalik. Baru saja ia ingin melangkah pergi, tangannya sudah ditarik pria paruh baya itu dengan kuat. Membuat Audrey terpelanting ke dinding.
"Hei, jangan berulah. Alvaro sudah menjualmu padamu dengan harga yang sangat mahal. Sudah jadi kewajibanmu memuaskanku. Ayo, cepat buka pakaianmu." Kata pria itu kasar. Ia menatap tajam ke arah Audrey.
Audrey kaget. Ia segera menendang sela-sela kaki pria paruh baya itu dan langsung mendorong pria itu sekuat tenaga. Ia berlari cepat keluar kamar.
"Sialan! Alvaro, aku tidak akan memaafkanmu. Beraninya kamu menjualku," batin Audrey.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
IndraAsya
👣👣👣 Jejak 💪💪💪😘😘😘
2023-02-14
1
Maricha
Aku datang Mami. Tetap semagat membuat karya 😍😍😍😍
2023-02-12
1
CupCake~
wow🥰
2023-02-11
2