Sebuah rasa yang sudah ada sejak lama. Yang menjadikan rasa itu kini ada di dalam satu ikatan. Ikatan sah pernikahan. Namun sayang, entah apa masalahnya, kini, orang yang dulu begitu memperhatikan dirinya malah menjadi jauh dari pandangan nya. Jauh dari hatinya.
Alika Giska Anugrah, wanita cantik berusia 25 tahun, wanita yang mandiri yang sudah memiliki usaha sendiri itu harus mau di jodohkan dengan Malik, anak dari sahabat orangtuanya. Lagipun, Giska pun sudah memiliki rasa yang bisa di sebut cinta. Dari itulah, Giska sangat setuju dan mau untuk menikah dengan Malik.
Tapi, siapa sangka, Malik yang dulu selalu mengalah padanya. Kini, malah berbanding terbalik. Setelah menjadi suami dari Giska, Malik malah jadi orang yang pendiam dan bahkan tak mau menyentuh Giska.
Kira-kira, apakah alasan Malik? Sampai menjadi pria yang dingin dan tak tersentuh?! Yuk baca! 😁
Kisah anak dari Anugrah dan Keanu--> (Ketika Dua Anu Jatuh Cinta)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yuli Fitria, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26
Malik semakin cepat melangkahkan kakinya, ia benar-benar penasaran dengan siapa yang ada di sana.
"Harusnya, kamu memberitahukan dari awal, Dim!" terdengar suara Sarah yang setengah kesal.
"Aku mana tahu, Sar. Aku baru tahu tadi pagi, saat baru sampai ke tempat Malik. Dan di sana aku bertemu dengan adiknya. Dari situlah adiknya cerita tentang kamu dan dia," ucap seseorang yang Malik tahu kalau itu adalah Dimas.
Malik mengetuk pintu, tak lama setelahnya ada seseorang yang membuka pintu. Malik terkejut bukan main, walaupun ia sudah menebak siapa orang yang ada di dalam.
"Malik!" teriak Dimas dengan senangnya. Ia memang tengah ingin bertemu dengan sahabat lamanya itu. Dan baru kali inilah mereka bisa bertemu kembali.
"Dimas, ya Allah ... kamu ke mana aja?" kedua pemuda itu saling tonjok kepalan tangan dan berpelukan ala pria.
"Aku di Kalimantan, Lik. Kerja di sana." jawab Dimas.
Malik melebarkan kelopak matanya, lantas memukul keras lengan atas sang sahabat. "Pantas tidak bisa di hubungi nomormu. Kerja di kebun sawit lagi, kamu?" tanya Malik.
Dimas mengangguk, "ayo duduk. Tuh, Sarah sudah aku bawakan makanan, kamu gimana sih membiarkan dia tidak bisa ngapa-ngapain." ajak Dimas pada sahabatnya itu untuk duduk di kursi.
Sementara Sarah hanya tersenyum melihat kedua sahabatnya. Sedikit saja ia merasa lega, sebentar lagi salah paham antara Malik dan istrinya akan usai setelah mengetahui segalanya.
Kini tiga manusia bersahabat itu sudah duduk di kursi. Sementara bayi Shaki tetap terlelap tak terganggu sama sekali dengan suara berisik. Namun, percayalah saat malam tiba Sarah sampai kewalahan hanya gara-gara bayi Shaki yang selalu minta tidur di dalam gendongannya.
"Selamat ya, Sar. Maaf tidak bisa menemani saat itu." ujar Malik pada Sarah.
"Tidak apa-apa. Makasih kirimannya, Mika benar-benar baik. Sama seperti dirimu." kata Sarah.
"Sudah basa-basi nya. Nggak kamu tengok dulu itu anak kamu?" tanya Dimas.
"Iya, sampai lupa." Malik lantas berdiri dan mendekat ke arah Shaki dengan di ikuti Dimas di belakangnya.
Sementara Sarah tetap di kursinya. Jujur saja sebenarnya Sarah merasa ngantuk sekali, siang-siang seperti ini harusnya adalah waktu untuknya tidur, karena malamnya ia harus begadang menemani anaknya. Tapi, bagaimana lagi. Kedua sahabatnya tengah datang, tidak mungkin ia tinggal tidur begitu saja 'kan?
"Gimana?" tanya Dimas pada Malik yang tengah memperhatikan bayi Shaki.
"Apanya?" tanya balik Malik.
"Kamu penasaran bukan, sama kejadian waktu lalu? Siapa yang menjebak kalian?" tanya Dimas yang langsung mendapat jawaban anggukan antusias dari Malik.
"Maaf ya, setelah waktu itu aku pergi begitu saja. Aku pikir yang bawa kamu sama Sarah orang baik. Nggak tahunya malah menjebak kalian." sambung Dimas.
Kedua pria itu tengah duduk berhadapan dengan bayi Shaki di tengah-tengah mereka. Malik menatap Dimas, berharap adanya titik terang akan bayi Shaki. Siapa sebenarnya ayahnya.
Flashback On.
Seusai minum, Dimas yang notabenenya sudah terbiasa minum minuman beralkohol tidak terlalu pusing. Namun kedua sahabatnya, Malik dan Sarah sudah tak sadarkan diri. Sedangkan Laras dan Yoga sama seperti dirinya, bahkan terlihat lebih bugar. Dimas merasa aneh, akan dua sahabatnya itu. Jadi ide ikut-ikutan ma b uk pun ia lakoni.
Sesaat setelah ia pura-pura bergumam layaknya orang ma b uk. Ia bisa melihat Laras dan Yoga saling memberi kode. Membuatnya semakin penasaran. Lalu dengan mata setengah terpejam, ia melihat Laras meminta bantuan seseorang untuk membawa kedua sahabatnya. Yang entah ke mana. Ia juga tidak tahu.
Sementara Yoga justru membawa dirinya untuk ke rumah sahabatnya itu. Jadi, ia pikir Laras juga mengantar Malik dan Sarah ke rumah masing-masing.
Sampai akhirnya ia terpaksa tidur di rumah sahabatnya itu. Sampai paginya saat ia bangun, ia sudah biasa saja, tak lagi pura-pura ma b uk. Bahkan mereka berdua bercerita, panjang lebar seperti biasa, membicarakan tentang kerjaan nya di Kalimantan. Dan siang nya barulah ia pulang. Dan sorenya ia berangkat ke Kalimantan.
Lalu, baru kemarin ia ke Jakarta. Niatnya ia memang ingin menemui sahabatnya itu, jadi dia sengaja langsung datang ke kedai. Tapi, begitu sampai di sana dan ngobrol banyak dengan Mika. Ia begitu terkejut dengan apa yang ceritakan Mika, kalau Malik-sahabatnya menikahi Sarah lantaran kecelakaan dan harus membuat istri sahnya sakit hati selama sebulan. Yang ia tahu, kalau istri sah nya adalah cinta pertama dari sahabatnya itu.
Seketika itu, ia lantas minta di antar ke tempat Sarah dan menanyakan bagaimana bisa kejadian, mereka jadi seperti ini. Sarah pun menceritakan segalanya. Dan dirinya pun menceritakan segalanya juga. Sebatas yang ia tahu.
Flashback Off.
Malik mengembuskan napas kesal. "Jadi, Laras sama Yoga?" tanyanya.
"Ya, itu masih nggak tahu. Cuma ya itu, mereka berdua yang aneh saat itu. Coba deh, kamu datangi kantor Yoga. Dia kerja di kantor 'kan sekarang." ujar Dimas.
"Di mana, kantornya aku nggak tahu." ujar Malik kesal. Jujur saja saat mendengarkan apa yang Dimas tahu malam itu membuatnya semakin kesal. Dan pikiran buruk terhadap dua sahabatnya itu semakin besar. Tapi, motifnya apa? Jika memang benar kedua sahabatnya lah yang jahat padanya dan Sarah?
"Besok aku temani, tenang saja." ujar Dimas. "Tapi, ya ... kalau ternyata yang ngelakuin hal buruk pada Sarah ternyata kamu gimana?" tanya Dimas.
Malik mengedikan bahu. "Aku bakalan selesai sama Giska." jawabnya lesu.
"Kamu, nggak mengingat apapun memangnya?" Dimas benar-benar tidak mengerti, bagaimana bisa sahabatnya itu benar-benar kehilangan kesadaran.
Malik menggeleng. Dimas menggaruk kepalanya yang tidak gatal dengan kesal. Lalu mengembuskan napasnya kesal. "Tenang, sebentar lagi kamu bakal tahu siapa sebenarnya di balik ini semua." katanya mencoba menenangkan.
Malik mengangguk. Obrolan keduanya begitu lama. Sampai membuat Sarah tertidur dengan posisi duduk. Sarah begitu lelah, Mika hanya datang sebentar-sebentar tidak bisa membantunya lama, sedangakan semua pekerjaan rumah harus ia yang kerjakan. Jadi jangan salahkan kalau wajahnya kini sudah terlihat lebih sayu, lingkaran mata yang hitam seperti mata panda dan tulang selangka yang semakin menonjol.
Malik dan Dimas yang sudah ngobrol lama pun lantas keluar. Keduanya saling menoleh saat mendapati Sarah tertidur dengan posisi yang pastinya akan membuat tengkuknya sakit.
"Pindahkan Lik, kamu 'kan suaminya." perintah Dimas.
Dengan pelan, Malik lantas menggendong tubuh kecil Sarah. Bahkan walau baru saja melahirkan perut Sarah sudah kembali rata, tak kentara sama sekali bahwa dirinya baru saja melahirkan. Malik membaringkan tubuh Sarah di sebelah Shaki. Keduanya terlihat mirip, dari bentuk bibir, hidung dan alis. Malik tersenyum melihat keduanya. Walaupun tetap, ia masih berharap Shaki bukanlah anaknya. Karena, ia masih menginginkan Giska menjadi istri satu-satunya.
giska boleh nampak effort kamu tu untuk selesaikan masalah
nolong orang justru menyusahkan diri sendiri dan menyakiti keluarga.... hedeeee