NovelToon NovelToon
Secretly Loving You

Secretly Loving You

Status: tamat
Genre:Romantis / Cintapertama / Nikahmuda / Tamat
Popularitas:9.7M
Nilai: 5
Nama Author: ErKa

"Dear hati ...

Mengapa kau begitu buta? Padahal kau tahu dia sudah berkeluarga. Mengapa masih menaruh harapan besar kepadanya?"

Hati tak bisa memilih, pada siapa ia akan berlabuh.

Harapan untuk mencintai pria yang juga bisa membalas cintanya harus pupus begitu ia mengetahui pria itu telah berkeluarga.

Hatinya tak lagi bisa berpaling, tak bisa dialihkan. Cintanya telah bercokol terlalu dalam.

Haruskah ia merelakan cinta terlarang itu atau justru memperjuangkan, namun sebagai orang ketiga?


~Secretly Loving You~

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ErKa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ch 9 - Mengapa Melindungiku?

"Aku. Aku yang memilihnya."

Kejadian itu terjadi di banking hall. Menjadi tontonan para staff yang berada di sana. Terlebih, ketika Pak Armand memasuki ruang. Suasana menjadi hening seketika.

Tak ada yang berani bicara. Bahkan tak ada gerakan apapun. Seolah-olah semuanya telah menjadi kaku dan membisu.

Pria itu melangkah dengan tenang. Memasuki banking hall dengan kepercayaan diri yang tinggi. Postur tubuhnya yang tegap dan gagah semakin mendominasi. Raut wajahnya seperti biasa, datar dan tak terbaca. Membuat lawannya menciut hanya dengan melihatnya.

Langkahnya terhenti begitu tepat berada di depan lawan bicara. Tatapannya menilai. Mengintimidasi dan mengancam. Pria itu jauh lebih pendek darinya, sehingga Pak Armand sedikit menunduk untuk menatapnya.

"Mas Riefky, ada masalah apa?" Suara yang tenang, namun menghanyutkan. Si lawan bicara terlihat gugup. Berulang kali kedua tangan saling ditangkup dan digosok-gosokkan, gerakan mengusir rasa gugup.

"Em, begini Pak ... K-kemarin saya cekcok dengan nasabah, karena dana blokirnya diambil. Setelah dicek ternyata ...."

"Sudah mau jam layanan. Kita bicarakan ini di ruangan saya." Ucapan pria bernama Riefky itu dipotong. Pak Armand mengedarkan pandang ke seluruh area banking hall.

"Tidak ada tontonan di sini. Silahkan ke meja kalian masing-masing," sambungnya lagi. Tanpa disuruh dua kali, para karyawan yang tengah berkerumunan mulai membubarkan diri. Meskipun banyak rasa ingin tahu, tapi mereka menahannya, karena Pak Kaku Armand telah bersabda.

Saat ini, hanya tertinggal kami bertiga. Kakiku seolah-olah tertancap di lantai. Tak bisa melangkah kemana pun. Genangan air mata berdesakan ingin keluar, namun aku berusaha menahan dengan mengerjap-ngerjap.

Baru kali ini aku dimarahi di depan umum. Rasanya memalukan dan menyakitkan. Bahkan orangtuaku sendiri tidak pernah memarahiku seperti itu. Kata-kata 'g*blok' terngiang-ngiang. Tak bisa lepas dari pikiran.

"Ayo ke ruang saya. Panggil kepala lendingmu," ucapnya tanpa menoleh lagi.

Mereka berjalan ke lantai dua. Tanpa sadar kakiku pun mengikuti mereka. Ini menyangkut kesalahanku, sudah pasti aku harus ikut dalam sidang ini.

"Arsha."

"I-iya Pak?"

"Kamu filing berkas pencairan kemarin."

"Ha?" Aku mendongak. Sedari tadi aku tidak berani menatap wajahnya. Gara-gara aku hubungan antara HO dan kepala lending jadi bermasalah.

"Aku tidak akan mengulang perkataanku untuk kedua kalinya," ucapnya lagi. Kemudian dia membuka pintu ruang. Menyuruh Riefky untuk masuk.

"Tapi saya butuh dia Pak." Riefky menatapku dengan tatapan dendam dan permusuhan yang tak bisa disembunyikan. Aku merinding menatap mata penuh kebencian itu.

"Urusanmu adalah denganku. Urusan atasanmu, juga denganku. Jangan sangkut pautkan dia. Masuk."

***

Aku duduk di mejaku dengan pikiran gamang dan berputar-putar. Sudah hampir satu jam tiga orang itu berada dalam satu ruang. Tidak ada teriakan atau suara barang pecah. Sepertinya mereka berbicara layaknya pria dewasa.

Beberapa menit kemudian, terdengar suara pintu terbuka. Aku otamatis berdiri dan memasang sikap tubuh yang tegap. Siap bila disuruh masuk dan mendapat hukuman.

Ketiga pria itu keluar dari ruang. Pak Kaku dengan ekpresi tak terbaca, sementara dua orang yang lain dengan ekspresi tegang. Mereka berjalan melewatiku, seolah-olah aku tak ada. Kemudian mereka menuruni tangga, sepertinya akan ke lantai satu. Entah apa yang akan mereka lakukan?

Aku kembali menatap berkas di meja. Itu adalah berkas pencairan semalam. Riefky hanya mencairkan satu nasabah hari itu sehingga aku bisa langsung tahu nama nasabahnya.

Dan benar kata Riefky. Semua ini salahku. Akulah yang menginput data nasabah itu. Di perjanjian kredit juga tertulis dengan jelas tentang blokir 3 kali angsuran, namun tangan cerobohku justru hanya menginput satu kali.

Semua ini salahku. Total 100% salahku. Namun kenapa aku tidak dilibatkan? Kenapa Pak Armand menghadapinya sendirian? Kenapa beliau melindungiku?

***

Sebelumnya, ada beberapa teman yang datang ke mejaku dan menanyakan pokok permasalahan. Aku menjelaskan dan mengakui kesalahan. Banyak yang memberiku semangat dan menganggap hal itu normal, karena aku masih anak baru. Namun kata-kata support mereka tidak membuatku tenang. Pikiranku terfokus pada Pak Armand.

Dua jam kemudian, rombongan itu kembali datang. Terlihat ekspresi yang berbeda. Dari tim lending, ekspresinya terlihat lebih rileks. Bahkan aku melihat ada canda antara Pak Haidar dan Riefky. Sementara Pak Armand? Seperti biasa, wajahnya selalu datar.

Mereka kembali ke ruangannya masing-masing. Pak Armand melewati mejaku dan langsung masuk ke ruangannya. Tidak ada sapaan atau teguran. Bersikap biasa, seolah tak terjadi apa-apa.

Suasana kantor kembali seperti semula. Setiap staff bekerja sesuai dengan porsinya masing-masing.

Pikiranku tidak tenang. Sesekali aku menatap pintu yang tertutup. Maju mundur. Antara ingin mendatangi ruangan itu atau tidak.

Sudah setengah jam pintu itu tertutup rapat. Tidak ada perintah atau telepon darinya. Benar-benar hening. Membuatku semakin merasa bersalah.

Pada akhirnya aku memutuskan untuk menemui Pak Haidar dan Riefky. Bagaimanapun, mereka yang paling dirugikan dalam hal ini.

Kubangun mental sekuat baja. Bersiap menerima semprotan berikutnya. Kakiku melangkah ke ruang Pak Haidar. Perasaan ragu kembali datang. Namun tekad kuat untuk meminta maaf lebih besar, sehingga tangan itu akhirnya mengetuk pintu.

Hanya dua kali ketukan, sudah terdengar sahutan dari dalam.

"Masuk."

Kubuka pintu secara perlahan. Ternyata Pak Haidar tak sendiri. Ada Riefky dan beberapa tim lending juga di sana. Tubuhku terpaku. Ragu. Antara ingin masuk atau keluar ruang.

"Oh, Arsha. Ada apa kemari?" Suara Pak Haidar terdengar ramah. Senyum hangat tersungging di bibirnya.

Aku menangkupkan kedua tangan. Bersiap untuk meminta maaf.

"Em, anu Pak .... Masalah yang tadi, saya ...."

"Sudah tidak ada masalah. Pak Armand sudah mengakuinya. Dia sudah meminta maaf pada nasabah. Dan sesuai PK, nasabah juga bersedia untuk mengembalikan 2 blokir angsuran. Masalah selesai. Apalagi yang perlu dibahas?"

Aku tertegun mendengar penjelasan Pak Haidar. Mengapa Pak Armand berbohong? Bukan beliau yang menginput berkas itu, mengapa diakui? Mengapa rela meminta maaf untuk kesalahan yang tidak diperbuat? Mengapa rela mempermalukan diri?

"Ah, em, sebenarnya bukan beliau Pak .... Sebenarnya saya yang ...."

"Arsha, kalau kedatanganmu kemari untuk membahas masalah tadi, maaf aku menolakmu. Masalah telah kami anggap selesai. Kami mau meeting. Bisakah kamu ...." Pak Haidar membuat gerakan dengan kepala. Memberi kode padaku untuk keluar. Mau tak mau aku keluar, meskipun banyak hal yang masih ingin kujelaskan.

Sesudah dari ruang Pak Haidar, aku pergi ke ruang Pak Armand. Hanya berdiri di depan pintu. Bingung. Antara ingin mengetuk pintu itu atau tidak. Pikiranku masih berputar-putar. Memikirkan sikap Pak Armand.

Mengapa aku tidak dilibatkan? Mengapa aku tidak dimarahi dan ditegur? Mengapa rela mempermalukan diri atas kesalahan yang tak diperbuat? Mengapa beliau melindungiku?

Ketika aku tengah berjalan hilir mudik di depan ruangnya, tiba-tiba pintu itu terbuka. Orang yang menjadi pikiranku berdiri di sana.

"Arsha, apa yang kamu lakukan?"

***

Happy Reading 🥰

NB : Maaf dipotong, ngetiknya jam 03.18 WIB. Mo tedor dulu genk, jam 7 masih kerja 🤭🙏

1
Endang Sulistia
bagus banget Thor...
Endang Sulistia
huuff...akhirnya sadar juga si nadya
Endang Sulistia
ada ya cewek kayak Nadya.,pengen aja nampol pala nya biar normal
Endang Sulistia
BESTie Abang si nay rupanya
Endang Sulistia
gak mungkin ...mencurigakan
Endang Sulistia
gini kan enak...rame jadinya
Endang Sulistia
kenapa nih si Nadya?
Endang Sulistia
jaga martabat ortumu nay..
Endang Sulistia
duuaarr...jedder..
Endang Sulistia
ngilu aku..
Endang Sulistia
Arsa,arka arman
Endang Sulistia
padahal bahu yg sebelah blom kena iler tuh 🤭🤭
Endang Sulistia
gak papa Thor..dijelasin aku pun bingung, yg penting ngertilah...🤭🤭🤭
Endang Sulistia
cie..cie...masnya tau aja
Endang Sulistia
arab maklum 🤪🤪🤪
Endang Sulistia
biar besok besok si Arsa dah gak banyak kerjaannya trus bisa deh di ajak jalan2 Ama si bos. 😘😘😘
Endang Sulistia
kejam banget si mas Arman...Arsa kan pengen kencan 🤭🤭🤭
Endang Sulistia
heran sama yg marah2 sama anak baru, namanya dia masih baru ya pasti masih grogi lagi pula yg lama aja masih aja ada yg khilap..
Endang Sulistia
si Arsa ...gayanya mau bebas, eh baru sehari dah ketakutan 🤭🤭🤭
Endang Sulistia
aturan dari si bos kaku itu..bukan dari perusahaan 🤭🤭🤭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!