Menjadi seorang pengasuh bukanlah mimpi seorang gadis bernama Fina. Apalagi anak yang diasuhnya memiliki tingkah yang berbeda dari anak yang lain. Kesabaran dan ketelatenan Fina dalam merawat anak laki-laki berusia tiga tahun bernama Elza itu, ternyata mampu membuat Benny yang tak lain adalah ayah dari Elza tertarik kepadanya.
Mungkinkah mereka berdua bisa bersatu untuk mengarungi bahtera pernikahan? Atau justru Fina memiliki perasaan kepada pria lain? Lalu bagaimana peran Elza dalam hal ini?
🌹"Jika kamu menolaknya maka hanya ada satu hati yang terluka, tetapi jika kamu menerimanya maka ada dua hati yang terluka, yaitu aku dan anakku." ~Benny Candra Suherman~🌹
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tie tik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Salah Waktu,
"Pak Ben ini kesambet setan apa ya? Kok jadi aneh banget. Mana pakai ngucapin selamat berbuka puasa lagi, macam iklan sirup marijon waktu bulan puasa saja." Fina menggerutu di dalam hati setelah menerima sedikit perhatian dari Benny.
Gadis cantik itu fokus pada makanan yang ada di hadapannya karena mendadak canggung berada di dekat Benny. Ada rasa tidak nyaman yang terasa di dalam hati ketika tak sengaja tatapan matanya bersirobok dengan mata teduh ayah dari Elzayin itu.
"Pasti dia tersipu malu. Polos sekali dia," batin Benny setelah mengamati perubahan mimik wajah Fina. Ada kebahagiaan tersendiri dalam hati pria itu ketika melihat hidung mancung Fina kembang kempis.
Hingga beberapa menit lamanya, makan malam itu akhirnya selesai. Elza terlihat tenang dan tidak membuat ulah apapun ketika duduk berdua di sana bersama Benny, karena Fina pamit untuk mencari mushollah di resto tersebut, dia harus menunaikan kewajiban tiga rakaat terlebih dahulu sebelum melanjutkan aktivitasnya.
"Mungkin Pak Ben mau ke musholla dulu sebelum ke time zone. Biar saya yang menunggu Elza di sini," tawar Fina setelah kembali ke tempatnya. Wajahnya terlihat lebih segar dari sebelumnya hingga berhasil membuat Benny terpesona untuk sesaat.
"Tadi kan sudah nitip sama kamu, Fin," jawab asal duda satu anak itu.
Fina merasa tidak enak hati setelah mengucapkan hal itu karena takut menyinggung majikannya. Dia mengalihkan perhatiannya kepada Elza yang masih sibuk bermain game di ponselnya.
"Gamenya udahan dulu ya, El. Setelah ini kita akan bermain bersama," ucap Fina seraya menatap Elza dengan diiringi senyum yang manis.
"Hapenya disimpan Mbak Fina aja! Gak boleh dibawa Papa!" ucap Elza sambil menyerahkan ponsel canggih miliknya kepada Fina.
Elza menghabiskan minuman yang masih tersisa dan setelah itu dia menatap Benny yang sedang sibuk dengan ponselnya, "nanti malam aku tidur di kamarnya Mbak Fina aja. Aku gak mau tidur di kamar Papa," ucap Elza dengan pandangan yang tak lepas dari Fina.
"Iya. Tapi nanti sebelum bobo minum obat dulu ya. Biar Elza cepat sembuh." Fina menyentuh kening Elza untuk memastikan suhu badan bocah kecil itu masih panas atau kembali normal.
"Tapi Papa boleh gak tidur juga di kamarnya Mbak Fina?" Pertanyaan yang dilayangkan Elza berhasil membuat Fina dan Benny terkejut. Benny meletakkan ponselnya begitu saja di atas meja, sementara Fina melebarkan kelopak matanya.
"Soalanya kemarin Papa bilang sama aku katanya pengen bobo di kamarnya Mbak Fina seperti aku!" lanjut Elza dengan polosnya. Sungguh Benny sangat malu karena hal ini. Dia seperti kehilangan muka karena ulah Elza. Tentu duda tampan itu tidak menyangka jika putranya akan mengatakan itu.
"Sebaiknya kita segera ke time zone saja. Kamu dan Elza tunggu di sini, aku mau ke kasir sebentar." Benny segera beranjak dari tempatnya setelah menyimpan ponselnya di dalam tas.
Sepeninggalan Benny dari tempat itu, Fina menundukkan kepala dengan kedua tangan yang menutupi wajahnya. Sungguh, rasanya dia tidak punya muka setelah mendengar hal itu. Sudah bisa dipastikan jika Elza tidak berkata bohong.
"Kenapa Mbak Fina malu begitu?" tanya Elza setelah mengamati pengasuhnya, "papa gak boleh ya tidur di kamar Mbak Fina?" Sepertinya Elza masih penasaran dengan jawaban pengasuhnya itu.
"Emmm ... sebaiknya kita nyusul Papa aja yuk! Atau kita keluar dari resto ini saja." Fina mencoba mengalihkan topik pembahasannya.
Bocah berusia lima tahun itu pun segera turun dari kursinya setelah Fina selesai membereskan barang-barang ke dalam tas. Setelah menemui Benny di kasir, Fina pun mengajak Elza keluar dari resto tersebut. Mereka menunggu di samping pagar pembatas sambil melihat keadaan yang ada di bawah.
"Ayo kita langsung saja main ke time zone," ajak Benny setelah menyelesaikan urusan di resto tersebut.
...💠💠💠💠💠...
Waktu terus berlalu mengikuti putaran waktu. Setelah melewati saat-saat bahagia di salah satu pusat perbelanjaan yang ada di Surabaya, Benny membawa Elza dan Fina pulang. Mereka tiba di rumah sekitar pukul sembilan malam. Tentu setelah sampai di rumah, Fina langsung membawa Elza ke kamar untuk beristirahat, mengingat besok Elza harus masuk ke sekolah.
Duda tampan itu tak segera masuk ke dalam kamarnya. Dia menghempaskan diri di sofa panjang yang ada di ruang keluarga dengan helaan napas yang berat. Dia mengambil ponselnya di dalam tas setelah mendengar ada panggilan masuk.
"Iya, Sayang," jawab Benny setelah menerima panggilan dari kekasihnya. Renata.
"Oke, aku kesitu sekarang," ucapnya lagi sebelum memutuskan panggilan bersama Renata. Biduan cantik itu sedang berada di salah satu cafe yang ada di pusat kota dan dia ingin Benny datang menjemputnya di sana.
Tepat pukul satu dini hari Benny kembali ke rumah, setelah tadi sempat jalan-jalan malam bersama Renata. Duda tampan itu masuk ke dalam rumah dengan membawa dua kantong kresek berwarna putih. Dia membawa nasi box dan makanan lain yang sengaja ingin dia berikan kepada Fina nanti. Dia memutuskan untuk menunggu Fina di ruang makan.
"Menunggu satu jam di sini tidak ada salahnya kan? Pasti dia nanti sahur lagi dan aku akan memberikan semua makanan ini," gumam Benny setelah meletakkan dua kantong tersebut di atas meja. Dia duduk di sana setelah melepas tas yang selalu dia bawa.
Waktu terus berjalan hingga sampai di angka tiga dini hari. Kelopak mata duda tampan itu sepertinya tidak tahan untuk begadang lebih lama lagi. Beberapa kali dia menguap saat rasa kantuk mulai melanda. Bermain game online pun sudah dia lakukan, tetapi tetap saja dia tidak bisa menahan rasa kantuk itu.
"Fina kok belum muncul juga? Apa dia tidak sahur seperti kemarin?" gumam Benny seraya beranjak dari tempatnya. Dia mondar-mandir di sana untuk mengusir rasa kantuk yang terasa.
Duda tampan itu benar-benar tidak tahu jika Fina pagi ini tidak sahur. Dia berpikir setiap hari pengasuh putranya itu akan melakukan puasa sunnah. Perhatian kecil yang sudah dia siapkan untuk menarik perhatian Fina pun sudah dia siapkan di atas meja berserta alasan yang diucapkan agar mereka bisa makan bersama.
"Kok lama banget ya? Apa mungkin dia ketiduran karena lelah? Masa iya aku harus mengetuk kamarnya agar dia bangun? Tapi itu kan sangat tidak sopan!" Benny menggerutu dengan suara yang lirih ketika kembali duduk di tempatnya.
Duda satu anak itu masih tetap pada pendiriannya meski tanda-tanda kehadiran Fina di sana tidak terlihat. Dia menundukkan kepala hingga keningnya menyentuh tangan yang dia letakkan di atas meja. Kelopak mata itu pun perlahan tertutup hingga suara dengkuran halus terdengar di sana.
"Pa ... Papa! Papa! Pa!"
Benny berusaha keras untuk membuka kelopak matanya setelah merasakan ada yang menepuk lengannya dan mendengar suara teriakan Elza. Matanya begitu berat untuk terbuka karena seperti ada lem yang masih merekat di sana. Namun, sekuat tenaga pria itu berusaha membuka mata.
"Loh! Elza mau kemana? Ini kan belum subuh!" Benny terkejut ketika melihat Elza sudah memakai seragam sekolah dengan rapi.
"Papa! Mataharinya sudah naik tuh! Elza mau pamit ke sekolah!" ujar Elza sambil menunjuk halaman belakang yang bisa dilihat dari ruangan tersebut melalui jendela kaca.
"Jadi aku ketiduran di ruang makan," gumam Benny setelah mengedarkan pandangan untuk melihat keadaan yang ada di sekelilingnya.
Tak berselang lama, Fina pun hadir di sana. Gadis berjilbab itu sudah rapi dan bersiap untuk mengantar Elza ke sekolah, "Pak, kami berangkat dulu," pamit Fina sebelum berangkat bersama Elza.
"Tunggu!" Benny berhasil menghentikan langkah Fina dan Elza, "sebaiknya aku saja yang mengantar Elza ke sekolah. Kamu di rumah saja, Fin!" ujar Benny setelah berada di dekat Fina.
"Memangnya kenapa, Pak?" Fina mengerutkan keningnya.
"Sebaiknya hari ini kamu tidak melakukan aktivitas apapun, Fin. Semalam pasti kamu tidak sahur kan? Jadi energimu pasti nanti terkuras habis jika berpuasa sambil mengantar Elza ke sekolah," jelas Benny dengan sikap cool.
Fina tertegun setelah mendengar penjelasan itu, karena dia hanya berpuasa jika hari senin dan kamis saja. Pada akhirnya gadis cantik itu mengulum senyum karena baginya Benny sangatlah lucu, ketika terlihat tidak mengerti masalah ini.
"Saya sedang tidak berpuasa, Pak. Jadi, untuk apa saya sahur?" Pengakuan yang dikatakan Fina berhasil membuat Benny mengalihkan pandangan ke arah lain. Duda satu anak itu merasa malu karena salah persepsi. Kedua pipinya mendadak merona karena merasa tidak punya muka lagi di hadapan Fina.
...🌹To Be Continue 🌹...
...Yaelah si om duda sok perhatian banget sih😂malu kan kalau salah perhatiannya🤭...
...➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖...
...Happy weekend 😘 Ada rekomendasi karya yang cocok kalian baca di hari libur ini❤️Kuy kepoin karya author Biggest dengan judul Suami Kedua (Tradisi Keluarga Suamiku). Gercep yuk gaisss biar gak ketinggalan ceritanya😘...
...🌷🌷🌷🌷🌷🌷...
ada yg pengen diperhatiin nih.