Pengasuh Idaman

Pengasuh Idaman

Himpitan Ekonomi,

"Fin, semakin kesini pasar semakin sepi ya. Tidak seperti dulu," keluh Badiah dengan tangan kanan yang dipakai menopang pipinya. Wanita berusia empat lima tahun itu menatap beberapa orang yang berlalu lalang melewati jalan di depan lapaknya.

Fina hanya tersenyum tipis saat mendengar keluh kesah dari Badiah yang tidak lain adalah ibu kandungnya. Gadis berhijab itu setiap hari membantu ibunya berjualan tempe dan tauge di pasar semenjak ayahnya meninggal satu tahun yang lalu.

"Sabar, Bu." Hanya itu saja yang bisa diucapkan oleh Fina.

Fina Imaniyah adalah anak pertama dari pasangan Badiah dan Hasan. Dia memiliki satu adik perempuan yang masih duduk di kelas dua SMA dan menjadi seorang santriwati di salah satu pondok pesantren yang ada di Jombang. Begitupun dengan Fina, semenjak lulus dari sekolah dasar, dia sekolah sekaligus masuk pesantren di Jombang. Tentu di tempat yang berbeda dengan adiknya yang bernama Khairunnisa atau biasa dipanggil Nisa.

"Assalamualaikum, bu Bad," sapa seorang wanita seusia Badiah saat berdiri di depan lapaknya.

"Waalaikumsalam. Masyaallah ... Bu Sri apa kabar? Sudah lama kita tidak bertemu ya, Bu." Badiah berdiri dari tempatnya dan segera menghampiri sosok tersebut.

"Iya, Bu. Saya memang jarang kemana-mana karena di rumah ada cucu. Saya sibuk mengurus cucu sekarang," jawab wanita yang memiliki nama Sriamah itu.

"Alhamdulillah." Badiah ikut bahagia ketika mendengar kabar baik tersebut, "Ini tadi dari mana, Bu?" tanya Badiah.

"Oh, tujuan saya memang datang kemari untuk menemui bu Bad karena ada titipan surat dari Nisa. Saya kemarin kan 'sambang' ke pondok terus Nisa menitipkan surat untuk bu Bad," ucap Sriamah sambil menyerahkan secarik kertas yang dilipat menjadi persegi.

Anak bungsu Sriamah memang satu pesantren dengan Nisa. Mereka dulu satu sekolah saat masih duduk di sekolah dasar dan untuk tempat tinggal, mereka tetangga kampung. Sudah menjadi tradisi jika anak pesantren menitipkan surat untuk keluarganya jika membutuhkan sesuatu, karena di tempat Nisa menimba ilmu itu, peraturan cukup ketat. Keluarga hanya diperkenankan menjenguk satu bulan sekali.

"Terima kasih ya bu Sri sudah bersedia repot-repot kemari hanya untuk mengantar surat dari Nisa," ucap Badiah sambil mengusap lengan Sriamah.

"Sama-sama, Bu. Kalau begitu saya pamit ya Bu, karena masih ada keperluan di tempat lain," ucap Sriamah dengan diiringi senyum yang manis.

Badiah kembali masuk ke dalam lapaknya setelah Sriamah pergi. Dia duduk di bangku bambu yang ditempat Fina saat ini. Wanita paruh baya itu segera membuka surat dari putri bungsunya karena pasti ada sesuatu yang penting sehingga Nisa mengirim pesan tertulis untuknya.

Assalamualaikum, Bu.

Ibu dan Mbak Fina kapan sambang ke pondok? Nisa kangen loh sama ibu dan Mbak. Sabun mandi, detergen, sampo, pembalut, pasta gigi juga sudah menipis, Bu. Kalau sambang jangan lupa dibawakan ya Bu.

Bu maaf jika Nisa merepotkan ibu. Kemarin pihak sekolah meminta agar Nisa segera melunasi buku, tunggakan SPP dan sisa pembayaran uang gedung. Pihak sekolah tidak akan memberikan kartu ujian sebelum lunas karena Nisa kan sudah lama menunggak. Ujian semesternya minggu depan, Bu. Nisa harap ibu segera datang ke pondok bersama mbak Fina. Cukup itu saja kabar dari Nisa, sekali lagi Nisa minta maaf karena sudah merepotkan ibu.

Wassalamu'alaikum

Nisa

Badiah hanya bisa mengela napas setelah membaca surat dari putri bungsunya. Kepalanya terasa semakin berat karena tidak tahu harus mencari uang kemana lagi untuk membayar biaya sekolah Nisa. Semenjak suaminya meninggal, ekonomi keluarga kecilnya menjadi berantakan. Hutang di saudara pun mulai menumpuk.

"Kenapa, Bu?" tanya Fina setelah mengamati ekspresi wajah ibunya, "Nisa minta sambang ya, Bu?" Fina mencoba menerka masalah yang sedang dipikirkan oleh ibunya.

"Iya. Pihak sekolah menyuruh Nisa segera membayar tunggakan biaya karena minggu depan ujian. Ibu harus mencari uang kemana lagi ya, Fin? Ini juga waktunya bayar angsuran bank. Tadi pagi kan sudah dihubungi pihak bank," gumam Badiah tanpa menatap Fina.

"Berarti semuanya harus dibayar dalam minggu ini ya, Bu?" tanya Fina dengan suara yang lirih, "apa kita mencari pinjaman saja Bu?" usul Fina.

"Memang kita mau nyari pinjaman kemana lagi, Fin? Kita kan sudah punya hutang di lek Har dan lek No." Badiah menatap wajah putri sulungnya sekilas dan setelah itu beralih ke arah lain.

Gurat kesedihan tergambar jelas di wajah manis Badiah. Hal itu membuat Fina merasa sedih dan tidak tahu harus berbuat apa lagi. Semenjak ayahnya meninggal, kondisi ekonomi keluarganya menurun drastis. Sebagai anak pertama, Fina merasa tidak berguna karena hanya bisa membantu Badiah berjualan di pasar. Beberapa kali Fina melamar kerja dengan ijazah SMA nya tetapi tidak diterima, karena dia tidak memiliki pengalaman apapun.

"Fin, ibu mau ke lapaknya si Anin sebentar. Waktunya bayar arisan sekarang," pamit Badiah setelah berdiri dari tempatnya setelah mengambil uang dari dompet.

Sementara Fina hanya bisa mengela napas yang berat setelah melihat kepergian Badiah. Lagi dan lagi perasaan bersalah hadir kembali karena tidak bisa membantu apapun selain berjualan di lapak kecil ini.

"Eh Fin, melamun aja sih! Lagi jatuh cinta atau gimana nih?" Tiba-tiba saja suara Mega yang tak lain adalah penjual ayam di samping lapak Badiah mengejutkan Fina.

"Jatuh cinta sama siapa sih Mbak Mega? Cak Dayat udah menikah, Cak Amin juga sudah tunangan." Fina mencoba tersenyum saat menanggapi candaan wanita berusia tiga puluh lima tahun itu.

"Cari lagi aja! Tuh ada anaknya bakul tomat masih fresh. Mau gak?" tawar Mega sambil menunjuk lapak yang ada di ujung pasar.

"Mbak Me ada info pekerjaan gak? Kalau ada bagi infonya dong Mbak, yang menerima pegawai dengan ijasah MA(Madrasah Aliyah)." Fina berusaha mencari pekerjaan setelah teringat beban berat yang dipikul ibunya.

"Kemarin budeku yang kerja jadi pembantu di Surabaya nawarin kerjaan, Fin. Itu jadi pengasuh anak-anak. Katanya gajinya lumayan besar dan harus tinggal di sana," ucap Mega setelah teringat tentang informasi yang disampaikan saudara ibunya.

"Selain itu gak ada ya Mbak?" Fina terlihat lesuh setelah mendengar pekerjaan yang disebutkan oleh Mega.

"Eh, jangan salah ya. Kata budeku gajinya gede loh, Fin. Tiga juta lima ratus gaji pokoknya. Biasanya kan kalau jadi pengasuh cuma dua juta, Fin. Kalau di Surabaya yang ada di sebelah rumah majikan budeku, kamu tinggal di rumah majikan dan dapat makan. Kamu kan sabar dan telaten sama anak kecil. Kenapa gak dicoba aja," jelas Mega tanpa dilebih-lebihkan.

Fina nampaknya sedang memikirkan tawaran dari Mega. Tiga juta lima ratus adalah nominal yang cukup banyak untuk Fina. Mungkin dengan gaji tersebut dia bisa membantu biaya mondok dan sekolah Nisa, serta membayar angsuran bank setiap bulannya. Dengan begitu Badiah tidak perlu mencari pinjaman ke orang lain. Adakalanya Fina merasa sakit hati saat mendengar kalimat pedas dari saudara ibunya saat meminta bantuan.

Terkadang memang seperti itu, kita akan dipandang sebelah mata hanya karena harta.

"Begini saja Mbak Me, sekarang pastikan dulu apa pekerjaannya masih ada. Nanti kabari aku lagi deh Mbak Me, tapi ya gitu jangan pas ada ibu ya," ucap Fina setelah berpikir tentang pekerjaan tersebut.

***

Kewajiban tiga rakaat telah selesai ditunaikan oleh Fina dan Badiah. Wanita berbeda generasi itu duduk di ruang tengah yang biasa mereka tempati untuk berkumpul bersama keluarga sekaligus ruang makan. Televisi berukuran 21 inch pun ada di sana sebagai pelengkapnya.

"Ibu kenapa menangis?" Fina merasa heran ketika melihat ibunya yang sedang terisak dengan tatapan yang tak lepas dari layar televisi.

"Ibu sedih saja Fin ketika melihat hafidzah itu. Ibu jadi kepikiran Nisa di pondok. Kalau keadaannya ekonomi kita seperti ini terus, apakah mungkin Nisa berhasil hafalan Al-Qur'an. Ibu rasanya tidak sanggup membiayainya lagi." Isak tangis Badiah terdengar pilu. Wanita berusia empat puluh lima tahun itu tidak sanggup membayangkan bila hal itu terjadi, karena cita-cita almarhum suaminya adalah memiliki putri yang berhasil menghafalkan Al-Qur'an.

Fina semakin tidak tega melihat gurat kesedihan di wajah yang mulai keriput itu. Mungkin inilah saat yang tepat untuk membahas tentang pekerjaan yang ditawarkan oleh Mega. Kebetulan pekerjaan tersebut belum terisi oleh orang lain. Gadis cantik itu pun duduk bersimpuh di depan kursi yang ditempati oleh Badiah.

"Bu, Fina ingin bicara dengan Ibu," ucap Fina sambil menyentuh lutut Badiah yang tertutup daster batik.

"Ada apa, Fin? Apa lek Har menelfonmu agar kita segera membayar hutang?" tanya Badiah dengan suara yang bergetar.

"Tidak. Bu. Fina ingin minta izin bekerja ke Surabaya, Bu," gumam Fina dengan suara yang lirih.

"Kerja apa, Nak? Gak! Ibu gak mengizinkan kamu. Maaf jika keluh kesah ibu menjadi beban pikiranmu, tetapi Ibu tidak mau jika kamu harus bekerja, apalagi sampai ke Surabaya," tolak Badiah seraya menatap wajah putrinya dengan intens.

Fina menceritakan tentang pekerjaan yang disampaikan Mega tadi pagi. Dia berusaha keras meyakinkan ibunya agar memberinya izin untuk pergi ke Surabaya, "Bu, Fina mohon untuk kali ini saja, berikan izin untuk Fina bekerja. Tidak ada jalan lain, Bu. Fina tidak mau jika sampai Nisa putus mondok karena biaya. Lagi pula Fina bekerja hanya untuk sementara saja, sampai Nisa selesai sekolah dan mondoknya, Bu." Fina menatap Badiah penuh harap.

Badiah semakin tergugu setelah mendengar permohonan putri sulungnya. Sungguh, dari lubuk hati yang paling dalam, Badiah tidak mau jika Fina bekerja sebagai seorang pengasuh, apalagi jauh dari rumah. Namun, keadaan ekonomi yang menghimpit membuatnya bimbang akan keputusan itu.

"Jika kamu pergi ke Surabaya, bagaimana dengan latihan bela dirimu, Nak? Siapa yang akan melatih anak-anak di balai desa?" tanya Badiah ketika teringat anak-anak yang membutuhkan Fina.

"Nanti Fina akan bicara dengan kang Ali. Lagi pula masih banyak pelatih yang lain, Bu. Sekarang yang paling penting adalah restu dari Ibu. Boleh ya Bu ... ini adalah pekerjaan yang mudah kok, Bu." Fina masih berusaha meyakinkan Badiah.

Wanita paruh baya itu pun termenung beberapa menit lamanya. Mungkin saat ini dia sedang berperang dengan perasaannya sendiri, "baiklah, kalau memang ini adalah jalan dari Allah untuk keluarga kita, ibu mengizinkan kamu pergi ke sana." Dengan terpaksa Badiah pun memberikan izin kepada putrinya. Beberapa nasihat untuk Fina terdengar di sana, karena Badiah tidak mau jika Fina sampai lupa dengan pedoman agama yang sudah dia pelajari di Pesantren selama enam tahun lamanya.

"Terima kasih, Bu. Fina pasti akan melakukan yang terbaik. Fina tidak akan melakukan sesuatu yang bisa mencoreng keluarga kita," ucap Fina dengan senyum yang manis. Air mata pun tak bisa terbendung lagi, "kalau begitu Fina sekarang mau menemui mbak Mega dan kang Ali untuk menyelesaikan urusan sebelum Fina berangkat ke Surabaya," pamit Fina sebelum beranjak dari tempatnya.

Mungkinkah keputusan Fina bisa merubah perekonomian keluarga atau justru memperburuk keadaan?

...🌹To Be Continue 🌹...

Terpopuler

Comments

Capricorn 🦄

Capricorn 🦄

n

2024-09-22

1

Anonymous

Anonymous

k

2024-08-30

1

Aynk Maria

Aynk Maria

seperti nya seru ni lanjut tor☺️

2024-08-21

0

lihat semua
Episodes
1 Himpitan Ekonomi,
2 Mengenang Istri,
3 Bertemu Elza,
4 Surat perjanjian?
5 Tingkah Elzayin,
6 Ibu-ibu Julid,
7 Gaji pertama,
8 Kencan?
9 Hari pertama sekolah,
10 Kejadian Di Hari Pertama,
11 Keheningan malam,
12 Kemampuan Tak Terduga,
13 Meminta Izin,
14 Pulang Kampung,
15 Hal mengejutkan,
16 Waktunya Kembali,
17 Waktu telah bergulir,
18 Pembicaraan serius,
19 Getaran Dalam Hati,
20 Kejadian di ruang tamu,
21 Mimpi Indah
22 Telur Dadar,
23 Pengasuh Idaman,
24 Kedekatan Anak dan Ayah,
25 Buka puasa,
26 Salah Waktu,
27 Dihadang!
28 Getaran di depan gerbang,
29 Kekhawatiran Benny,
30 Modus Malika,
31 Kedatangan Renata,
32 Misi Khusus,
33 Seblak Manis,
34 Aku ingin menikah!
35 Pembelaan Fina,
36 Permintaan Benny,
37 Suasana di dalam mobil,
38 Murung.
39 Doa sebelum tidur,
40 Gelanggang Kemenangan,
41 Kebekuan menguntungkan,
42 Goes to Jombang
43 Tawaran konyol,
44 Petuah Badiah
45 Hubungan Berakhir,
46 Sakit,
47 Bubur rasa cinta
48 Merasa Sungkan,
49 Membuka Kenyataan Tersembunyi
50 Misi Mendapatkan Bunga Indah,
51 Pening!!
52 Sepertiga malam,
53 Kekhawatiran Aris,
54 Mukenah Baru,
55 Sendu di kala mendung
56 Permohonan Elza,
57 Akhirnya ....
58 Nikah Siri?
59 Di Antara Dua Pilihan
60 Cidera,
61 Operasi!
62 Ruang Rawat Inap,
63 Kerumitan hati
64 Keputusan Ibu,
65 Berbeda cerita
66 Pemenang!
67 Pembicaraan Serius
68 Ternyata???
69 Menjenguk Syakur
70 Family Gathering?
71 Family Gathering 2
72 Kebimbangan
73 Berburu Seserahan
74 Lamaran Resmi
75 Membujuk Elza
76 Tamu Spesial
77 Meminta Hak
78 Minggu Ceria
79 Haru Sebelum Bahagia
80 Sah!
81 Masuk angin?
82 Kacau!
83 Sholat berjamaah
84 Melaksanakan Kewajiban
85 Adonan Belum Jadi,
86 Tentang Dewi
87 Tidak sesuai Ekspektasi
88 Lato-Lato
89 Pindah Tempat
90 Adik Ipar
91 Keluh kesah
92 Untuk kedua kalinya?
93 Pertengkaran Pertama
94 Asam Lambung
95 Waktu Subuh,
96 Dua Kejutan
97 Malam Ceria
98 Radar Gosip
99 Hutang!
100 Bawa Elza Pulang!
101 Tanpa Senyuman,
102 Orang Tua Jaman Now
103 Ngidam Malam,
104 Demi Istri Tercinta
105 Kondangan Ketemu Mantan
106 Tidur di luar?
107 Tarik Ulur
108 Tersudut
109 Mengupas Bawang
110 Mendadak Bijak
111 Berburu Daster?
112 Misteri Dibalik Daster
113 Suami Julid
114 Extra sabar
115 Resepsi Mantan,
116 Kontraksi Palsu
117 Minggu Sedih,
118 Kondisi Terkini,
119 Dunia Serasa Hancur
120 Tangisan Seorang Ibu
121 Sadar Karena Elza
122 Ditekan Rasa Bersalah
123 Bertemu Ardi
124 Vertigo
125 Pemicu Sakit
126 Duri Menyakitkan
127 Luapan Amarah!
128 Suami Idaman
129 Parenting?
130 Ketika Sanca Dipertanyakan!
131 Edukasi Tentang ...?
132 Senja Penuh Makna
133 Selamat Ulang tahun, Istriku
134 Peresmian Jalan?
135 Gunting Pita
136 Aneh!
137 Dipanggil?
138 Masalah Selesai
139 Paket Salah Alamat
140 Kembali Latihan?
141 Cemburu Nih!
142 Resah Dan Gelisah
143 Berselimut Kebahagiaan
144 Sikap Aneh,
145 Kekesalan Elza
146 Perkara Martabak Telur
147 Antara Fina Dan Aris
148 Diculik Aris?
149 Titipan Misterius.
150 Stasiun Penuh Drama
151 Curhatnya Dua Wanita.
152 Senam Hamil
153 Sindiran!
154 Ide Gila Benny
155 Skakmat!
156 Merajuknya Ibu Hamil
157 Menahan Sakit.
158 Lahir Dengan Selamat
159 Shazia Elok Prameswari,
160 Perkara Pesan
161 Bunga Layu,
162 Tolong Aku!
163 Surat Dari Ardi
164 Jakarta.
165 Rahayu dan Wiratama,
166 Dijemur Seperti Kerupuk
167 Dua Anak Rewel,
168 Buah Kesabaran,
169 Merasa Diintai
170 Pulang Kampung!
171 Ungkapan Hati Nisa
172 Terungkap
173 Shock!
174 Mengungkapkan Niat Baik
175 Tutur Kata Menenangkan,
176 Selamat Berbuka Puasa
177 Gugup!
178 Rawon Spesial
179 Pembicaraan Anak Muda
180 Berharap Restu
181 Delapan Ratus Juta
182 Meminta Bantuan Johan
183 Berangkat!!
184 Penangkapan
185 Johan dan Benny
186 Kangen Papa!
187 Akting Sepasang Suami Istri
188 Keresahan Hati,
189 Penyematan Cincin,
190 Tetangga Baru
191 Tukar Cincin
192 Drama Ice Cream
193 Johan Dan Nisa
194 Bendera Kemenangan
195 Kerepotan
196 Ungkapan Cinta (END)
197 Audiobook Pengasuh Idaman
198 Salam Rindu
199 Pernikahan Bisnis
200 Booking Online
Episodes

Updated 200 Episodes

1
Himpitan Ekonomi,
2
Mengenang Istri,
3
Bertemu Elza,
4
Surat perjanjian?
5
Tingkah Elzayin,
6
Ibu-ibu Julid,
7
Gaji pertama,
8
Kencan?
9
Hari pertama sekolah,
10
Kejadian Di Hari Pertama,
11
Keheningan malam,
12
Kemampuan Tak Terduga,
13
Meminta Izin,
14
Pulang Kampung,
15
Hal mengejutkan,
16
Waktunya Kembali,
17
Waktu telah bergulir,
18
Pembicaraan serius,
19
Getaran Dalam Hati,
20
Kejadian di ruang tamu,
21
Mimpi Indah
22
Telur Dadar,
23
Pengasuh Idaman,
24
Kedekatan Anak dan Ayah,
25
Buka puasa,
26
Salah Waktu,
27
Dihadang!
28
Getaran di depan gerbang,
29
Kekhawatiran Benny,
30
Modus Malika,
31
Kedatangan Renata,
32
Misi Khusus,
33
Seblak Manis,
34
Aku ingin menikah!
35
Pembelaan Fina,
36
Permintaan Benny,
37
Suasana di dalam mobil,
38
Murung.
39
Doa sebelum tidur,
40
Gelanggang Kemenangan,
41
Kebekuan menguntungkan,
42
Goes to Jombang
43
Tawaran konyol,
44
Petuah Badiah
45
Hubungan Berakhir,
46
Sakit,
47
Bubur rasa cinta
48
Merasa Sungkan,
49
Membuka Kenyataan Tersembunyi
50
Misi Mendapatkan Bunga Indah,
51
Pening!!
52
Sepertiga malam,
53
Kekhawatiran Aris,
54
Mukenah Baru,
55
Sendu di kala mendung
56
Permohonan Elza,
57
Akhirnya ....
58
Nikah Siri?
59
Di Antara Dua Pilihan
60
Cidera,
61
Operasi!
62
Ruang Rawat Inap,
63
Kerumitan hati
64
Keputusan Ibu,
65
Berbeda cerita
66
Pemenang!
67
Pembicaraan Serius
68
Ternyata???
69
Menjenguk Syakur
70
Family Gathering?
71
Family Gathering 2
72
Kebimbangan
73
Berburu Seserahan
74
Lamaran Resmi
75
Membujuk Elza
76
Tamu Spesial
77
Meminta Hak
78
Minggu Ceria
79
Haru Sebelum Bahagia
80
Sah!
81
Masuk angin?
82
Kacau!
83
Sholat berjamaah
84
Melaksanakan Kewajiban
85
Adonan Belum Jadi,
86
Tentang Dewi
87
Tidak sesuai Ekspektasi
88
Lato-Lato
89
Pindah Tempat
90
Adik Ipar
91
Keluh kesah
92
Untuk kedua kalinya?
93
Pertengkaran Pertama
94
Asam Lambung
95
Waktu Subuh,
96
Dua Kejutan
97
Malam Ceria
98
Radar Gosip
99
Hutang!
100
Bawa Elza Pulang!
101
Tanpa Senyuman,
102
Orang Tua Jaman Now
103
Ngidam Malam,
104
Demi Istri Tercinta
105
Kondangan Ketemu Mantan
106
Tidur di luar?
107
Tarik Ulur
108
Tersudut
109
Mengupas Bawang
110
Mendadak Bijak
111
Berburu Daster?
112
Misteri Dibalik Daster
113
Suami Julid
114
Extra sabar
115
Resepsi Mantan,
116
Kontraksi Palsu
117
Minggu Sedih,
118
Kondisi Terkini,
119
Dunia Serasa Hancur
120
Tangisan Seorang Ibu
121
Sadar Karena Elza
122
Ditekan Rasa Bersalah
123
Bertemu Ardi
124
Vertigo
125
Pemicu Sakit
126
Duri Menyakitkan
127
Luapan Amarah!
128
Suami Idaman
129
Parenting?
130
Ketika Sanca Dipertanyakan!
131
Edukasi Tentang ...?
132
Senja Penuh Makna
133
Selamat Ulang tahun, Istriku
134
Peresmian Jalan?
135
Gunting Pita
136
Aneh!
137
Dipanggil?
138
Masalah Selesai
139
Paket Salah Alamat
140
Kembali Latihan?
141
Cemburu Nih!
142
Resah Dan Gelisah
143
Berselimut Kebahagiaan
144
Sikap Aneh,
145
Kekesalan Elza
146
Perkara Martabak Telur
147
Antara Fina Dan Aris
148
Diculik Aris?
149
Titipan Misterius.
150
Stasiun Penuh Drama
151
Curhatnya Dua Wanita.
152
Senam Hamil
153
Sindiran!
154
Ide Gila Benny
155
Skakmat!
156
Merajuknya Ibu Hamil
157
Menahan Sakit.
158
Lahir Dengan Selamat
159
Shazia Elok Prameswari,
160
Perkara Pesan
161
Bunga Layu,
162
Tolong Aku!
163
Surat Dari Ardi
164
Jakarta.
165
Rahayu dan Wiratama,
166
Dijemur Seperti Kerupuk
167
Dua Anak Rewel,
168
Buah Kesabaran,
169
Merasa Diintai
170
Pulang Kampung!
171
Ungkapan Hati Nisa
172
Terungkap
173
Shock!
174
Mengungkapkan Niat Baik
175
Tutur Kata Menenangkan,
176
Selamat Berbuka Puasa
177
Gugup!
178
Rawon Spesial
179
Pembicaraan Anak Muda
180
Berharap Restu
181
Delapan Ratus Juta
182
Meminta Bantuan Johan
183
Berangkat!!
184
Penangkapan
185
Johan dan Benny
186
Kangen Papa!
187
Akting Sepasang Suami Istri
188
Keresahan Hati,
189
Penyematan Cincin,
190
Tetangga Baru
191
Tukar Cincin
192
Drama Ice Cream
193
Johan Dan Nisa
194
Bendera Kemenangan
195
Kerepotan
196
Ungkapan Cinta (END)
197
Audiobook Pengasuh Idaman
198
Salam Rindu
199
Pernikahan Bisnis
200
Booking Online

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!