NovelToon NovelToon
Menjadi Guru Di Dunia Lain

Menjadi Guru Di Dunia Lain

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Sistem / Akademi Sihir / Penyeberangan Dunia Lain / Elf
Popularitas:8.1k
Nilai: 5
Nama Author: Ned_Kelly

Arthur seorang guru honorer di sekolah negeri yang memiliki gaji pas-pasan dengan jam mengajar yang tidak karuan banyaknya mengalami kecelakaan pada saat ia hendak pulang ke indekosnya. Saat mengira kehidupannya yang menyedihkan berakhir menyedihkan pula, ternyata ia hidup kembali di sebuah dunia yang sama sekali berbeda dari sebelumnya.

Tetapi uniknya, Arthur kembali menjadi seorang guru di dunia ini, dan Arthur berasa sangat bersemangat untuk merubah takdirnya di dunia sekarang ini agar berbeda dari dunia yang sebelumnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ned_Kelly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 24: Drama Hari Ini

Setelah pertarungan dengan kelas Pak Guru Brandon, kini kelasku dan juga murid-murid ku mulai menjadi buah bibir di kalangan murid-murid Akademi Bridestones. Nama kami atau kelas ku yang tidak diperhitungkan, langsung menjadi topik pembahasan utama bagi mereka semua. Murid-murid ku jadi mulai terkenal, bahkan banyak diantara murid-murid lain yang mengajak murid-murid ku untuk berduel, karena bagi mereka berduel dengan murid-murid ku bisa menjadi jalan cepat untuk menjadi kuat.

Aku tidak menyalahkan pemikiran itu, karena rata-rata yang belajar di Akademi Bridestones adalah anak para bangsawan pastinya mereka memiliki otak yang encer. Mereka menyadari kalau ada sesuatu hal yang masih kurang dari diri mereka, tuntutan keluarga untuk menjadi yang terbaik juga menjadi salah satu pendorong mereka untuk mau berubah. Akhirnya mereka memilih untuk berduel dengan murid-murid ku demi melihat seberapa jauh diri mereka berkembang setelah belajar di Akademi Bridestones.

Hari-hari berikutnya di akademi terasa berbeda. Saat berjalan melewati koridor, aku dapat merasakan pandangan mata yang tertuju pada murid-muridku. Beberapa mata penuh dengan rasa penasaran, sementara yang lain memperlihatkan antusiasme dan ambisi. Murid-muridku, yang dulunya dianggap remeh, kini menjadi pusat perhatian. Charlotte, dengan ekspresi cueknya, sebenarnya tampak menikmati setiap perhatian yang diarahkan padanya, meski dia sering kali menundukkan kepala untuk menyembunyikan senyum kecil di wajahnya.

Masamune, yang biasanya kalem, sekarang sering menerima tantangan duel dari murid-murid lain. Dia menerimanya dengan sikap tenang, namun aku tahu di balik sikap dinginnya, ada semangat membara untuk terus mengasah keterampilan pedangnya. Elyrde pun mendapat banyak tantangan, terutama dari mereka yang ingin mengukur ketepatan memanah mereka melawan keahliannya. Murid-murid ini bukan hanya ingin bertarung; mereka ingin belajar dari yang terbaik, dan anak-anak didikku mulai menyadari bahwa mereka kini menjadi standar baru yang ingin dicapai.

Namun, yang paling menarik adalah Celestine. Gadis pendiam yang biasanya menghindar dari sorotan kini menjadi pusat perhatian karena kemampuan penyembuhannya yang luar biasa. Beberapa murid bahkan berusaha membujuknya untuk menjadi bagian dari tim mereka dalam berbagai kompetisi. Meski tak bisa berbicara, Celestine tahu bagaimana menyampaikan perasaannya dengan gestur yang halus namun tegas. Aku bisa melihat rasa bangga di matanya setiap kali dia menolak ajakan mereka, seolah berkata bahwa dia sudah menemukan tempatnya di kelas kami.

Namun, popularitas Celestine membawa masalah lain yang tak terduga. Bukan hanya karena kemampuannya sebagai penyihir elemen air dan angin yang membuatnya diincar banyak kelompok, tapi juga karena kecantikan dan pesona alaminya. Wajahnya yang lembut dengan mata biru yang menyejukkan membuat banyak murid laki-laki di akademi terpesona. Celestine, yang awalnya hanya dikenal sebagai gadis pendiam, kini menjadi idola baru. Setiap hari, semakin banyak siswa laki-laki yang mencoba mendekatinya, bahkan ada yang nekat menyatakan perasaan mereka di depan umum.

“Celestine, bisakah kau ikut makan siang denganku nanti?” salah satu murid senior berambut pirang tampak nekat mengajaknya. Namun, Celestine hanya tersenyum tipis dan dengan lembut menolak ajakan itu. Tapi para pemuda tak menyerah. Ada yang datang dengan karangan bunga, puisi, bahkan menawarkan hadiah mewah yang bisa membuat gadis mana pun terkesan. Beberapa di antaranya bahkan berani meminta izin untuk menjadi pacarnya, atau lebih jauh lagi, mengajukan lamaran pertunangan kepada Celestine dengan dalih status keluarga mereka yang terpandang.

Celestine, yang selama ini terbiasa tenang dan damai, mulai kewalahan menghadapi perhatian yang begitu intens ini. Dia sering terlihat menghindar dari keramaian, mencari tempat sepi di taman atau perpustakaan untuk menghindari para penggemarnya yang tak kenal lelah. Tapi itu pun tak selalu berhasil. Setiap kali dia muncul, pasti ada saja yang berusaha mendekatinya, membuat gadis itu semakin merasa tertekan.

Situasi semakin memanas ketika beberapa murid laki-laki mulai terlibat perselisihan karena memperebutkan perhatian Celestine. Suatu siang di lapangan latihan, Celestine baru saja selesai berlatih sihir penyembuhan ketika dua murid laki-laki tiba-tiba saling berhadapan dengan penuh emosi.

"Hei, aku yang lebih dulu mengajaknya makan siang! Kau tidak punya hak untuk mendekatinya!" teriak seorang murid berambut merah yang mengayunkan tongkatnya ke arah seorang murid lain berambut hitam.

"Memangnya siapa yang peduli? Celestine lebih sering tersenyum padaku!" balas murid satunya, yang dengan semangat menghunus pedangnya ke udara, seolah siap bertarung demi memenangkan hati Celestine.

Saling ejek dan dorong pun tak terhindarkan, hingga tiba-tiba salah satu dari mereka terjatuh konyol karena tersandung batu kecil di tanah. Bukannya menghentikan perkelahian, mereka malah semakin bersemangat, mencoba saling menjatuhkan dengan cara yang konyol.

"Celestine pasti lebih suka yang kuat seperti aku!" teriak si rambut merah sambil mencoba meninju udara, meskipun tidak ada yang benar-benar terkena pukulannya.

Murid lain yang menonton pun tertawa geli melihat dua orang itu berseteru tanpa arah. Bahkan Charlotte yang biasanya cuek pun tak bisa menahan tawa. “Mereka pikir mereka sedang bertarung untuk memenangkan hadiah lomba makan keripik?” sindir Charlotte dengan nada sinis, tapi tak dapat menutupi senyuman kecilnya.

Celestine hanya bisa menutup wajahnya dengan kedua tangan, bingung harus bagaimana menghadapi kekacauan ini. Dia melangkah mundur, lalu menoleh padaku dengan ekspresi putus asa yang lucu, seakan memohon bantuan. Johan, yang berdiri tak jauh, mencoba menahan tawa dan akhirnya melerai mereka dengan memisahkan kedua murid itu dengan mudah, seperti memisahkan dua anak kecil yang sedang bertengkar karena permen.

"Kalau kalian mau perhatian Celestine, kenapa tidak coba ikut latihan di dungeon saja?" Johan berkomentar setengah bercanda. Namun, kedua murid itu justru terdiam, dan seolah tersadar bahwa Johan lebih tangguh daripada yang mereka kira, mereka langsung mundur dengan wajah memerah, merasa malu telah membuat keributan di depan semua orang.

Aku, sebagai gurunya, tidak bisa mengabaikan situasi ini. Celestine perlu perlindungan, tapi lebih dari itu, dia perlu dukungan untuk menghadapi masalah yang bahkan dia sendiri tidak pernah bayangkan akan terjadi. Aku sering mendapati Celestine memandangiku dengan mata yang seolah berkata, “Apa yang harus kulakukan?” Tapi sebelum aku sempat berbicara dengannya, dia sudah lebih dulu berpaling, berusaha mengatasi masalahnya dengan caranya sendiri.

Untuk sementara, aku biarkan dia menghadapinya. Aku ingin melihat bagaimana Celestine tumbuh melalui kesulitan ini. Meski tampak rapuh di luar, aku tahu Celestine memiliki hati yang kuat. Seiring berjalannya waktu, aku berharap dia bisa menemukan caranya sendiri untuk menghadapi dan menangkis perhatian yang datang, bukan hanya sebagai penyihir hebat, tetapi sebagai seorang gadis yang tahu bagaimana melindungi dirinya dari dunia yang kadang terlalu berlebihan.

Elyrde mendekatiku dengan wajah sedikit cemberut, tampaknya sudah tak tahan melihat tingkah para murid laki-laki yang terus mengerumuni Celestine. Dia berhenti tepat di sebelahku, melipat tangan dengan ekspresi serius.

“Guru, kenapa kau hanya berdiri di sini dan tidak membantu Celestine?!” Elyrde langsung bertanya tanpa basa-basi. “Kau kelihatan seperti sedang menikmati ini... Kau bukan psikopat kan?”

Aku tersedak mendengar kata-katanya, hampir tertawa. “Elyrde, aku bukan psikopat,” jawabku sambil berusaha menahan tawa yang hampir meledak. “Aku cuma… melihat situasi dari sudut pandang yang berbeda.”

Elyrde menatapku curiga, mengangkat alis. “Sudut pandang berbeda? Atau kau hanya suka melihat Celestine kewalahan? Kau ini diam-diam suka dengan kekacauan, ya?”

Aku tertawa kecil, menggelengkan kepala. “Tidak, Elyrde. Aku bukannya menikmati penderitaan Celestine. Aku cuma ingin dia belajar menghadapi situasi ini sendiri. Ini bagian dari perkembangan pribadinya.”

Elyrde masih menatapku dengan tatapan waspada, seolah tidak sepenuhnya yakin dengan penjelasanku. “Jadi kau membiarkannya kesulitan karena... alasan pendidikan? Benar-benar terdengar seperti alibi seorang psikopat.”

Aku menepuk dahiku, tak menyangka harus menjelaskan diriku seperti ini. “Oke, dengar. Aku bukan orang gila yang menikmati penderitaan orang lain. Aku ingin Celestine mengerti bagaimana caranya menghadapi orang-orang yang mendekatinya karena berbagai alasan. Itu saja.”

Elyrde menatap Celestine yang sedang dikerumuni murid-murid dengan bunga dan hadiah di tangan, lalu kembali menatapku. “Yah, semoga saja Celestine tidak berpikir kau mengabaikannya atau sengaja membiarkannya menderita. Kalau tidak, kau akan punya masalah dengan kami semua.”

Aku menghela napas panjang, mencoba menjelaskan lebih lanjut. “Aku selalu memantaunya dari sini. Kalau situasi benar-benar di luar kendali, aku pasti turun tangan. Tapi kau harus percaya padaku, Elyrde. Ini semua untuk kebaikan Celestine juga.”

Elyrde akhirnya tersenyum, meski masih ada guratan keraguan. “Baiklah, guru, tapi kalau Celestine mulai menangis, aku akan bilang ini semua salahmu. Dan… aku benar-benar tidak ingin mengatakan ‘aku sudah bilang’.”

Aku tertawa pelan, merasakan kekhawatiran Elyrde yang sebenarnya tulus meski disampaikan dengan cara yang kocak. “Deal. Kalau itu terjadi, aku terima disalahkan. Tapi percayalah, Celestine akan baik-baik saja. Dan aku akan selalu ada untuk membantunya, seperti kalian.”

Elyrde mengangguk, lalu melepaskan tawa kecil. “Baiklah, tapi kurasa aku akan tetap mengawasimu, guru. Siapa tahu saja, kan?”

Aku hanya bisa menggelengkan kepala, tersenyum lega. Elyrde, dengan segala kepribadiannya yang unik, selalu tahu bagaimana menghidupkan suasana bahkan di tengah kekacauan.

Belum sempat aku dan Elyrde melanjutkan obrolan, Celestine tiba-tiba berjalan mendekat ke arahku. Wajahnya sedikit memerah, terlihat benar-benar kewalahan menghadapi kerumunan murid laki-laki yang terus mengerubutinya. Tanpa peringatan, Celestine langsung meraih lenganku dan memeluknya erat-erat, membuatku terkejut setengah mati.

Aku memandang Celestine yang tampak putus asa, matanya memohon seolah berkata, “Tolong selamatkan aku!” Meski tidak bersuara, ekspresi wajahnya sudah jelas menunjukkan rasa lelah dan frustrasinya. Murid-murid laki-laki yang tadi ribut mendekatinya tiba-tiba terdiam, suasana canggung langsung menyelimuti tempat itu.

Aku mencoba menenangkan diri meski tidak menyangka situasinya akan seperti ini. “Celestine, apa yang kau lakukan?” tanyaku berbisik, berusaha menahan rasa malu yang mulai muncul karena tatapan heran dari murid-murid lain. Celestine hanya menempel lebih erat, matanya menyipit seperti sedang menikmati perlindungan dariku.

Elyrde di sampingku langsung tertawa lepas. “Haha! Guru, aku tidak tahu kalau kau punya rencana rahasia seperti ini!” katanya sambil memegangi perutnya, tertawa sampai matanya berkaca-kaca. “Kau benar-benar seperti psikopat yang menikmati kekacauan! Benar-benar strategi yang tidak terduga!”

Murid-murid laki-laki yang tadinya penuh semangat kini berubah muram. Salah satu dari mereka, yang tampak paling berani sejak awal, hanya bisa mendengus kesal.

“Jadi, dia lebih memilih gurunya sendiri daripada kami?” salah satu murid berbisik dengan nada patah hati. “Kita tidak punya kesempatan...”

Yang lain saling menepuk bahu dengan ekspresi kalah, dan mundur satu per satu. Tidak ada yang berani mendekati Celestine lagi, apalagi saat dia masih memelukku erat seperti ini. Mereka tampak seperti prajurit yang pulang dengan kekalahan telak di medan perang.

Aku hanya bisa tersenyum masam sambil menatap Celestine. “Aku rasa masalahmu sudah selesai, tapi kau tahu, ini bukan solusi yang biasanya kupikirkan.”

Celestine menatapku dengan wajah polos namun sedikit nakal, dan dia mengangkat bahu ringan seolah mengatakan, “Ini yang paling cepat.” Elyrde yang masih tertawa terpingkal-pingkal pun menimpali. “Celestine, kau benar-benar tahu cara menghancurkan harapan mereka dalam sekejap. Guru, kau baru saja jadi musuh besar para lelaki di akademi.”

Aku hanya bisa menghela napas panjang. “Terima kasih atas dukungan morilnya, Elyrde. Sekarang aku merasa seperti penjahat utama dalam drama percintaan ini.”

Celestine akhirnya melepaskan lenganku, lalu menatapku dengan senyum kecil yang meminta maaf. Elyrde menambahkan sambil menyengir lebar, “Siap-siap saja, guru. Besok, mungkin kau akan menerima tantangan duel dari para fans Celestine.”

“Kalau begitu, aku harap mereka siap kecewa,” jawabku sambil tersenyum masam, sadar bahwa ini baru permulaan dari serangkaian kesalahpahaman yang tidak terelakkan.

1
~YUD~
lajrooot!!
Ned: entar dulu ye kasih Ned nafas dulu wkwkwk...
total 1 replies
Ned
Parah nich, dari pagi tadi update eh kelarnya sore
~YUD~
di festival lunaris ini Arthur bakal ikut main apa cuma jadi guru pengawas doang?
Ned: Jadi pengawas doang, tapi....ada tapi nya hehe/CoolGuy/.... tungguin apa yang bakalan terjadi di sana
total 1 replies
~YUD~
nanti Arthur sama Brandon bakal duel gak author?
Ned: Ya tunggu aja tanggal mainnya
total 1 replies
Gamers-exe
kirain masamune date 👍🗿
~YUD~
nanti Charlotte sama Arthur bakal saling cinta gak author?
Ned: Yakin gak ada yang mau sama Celestine nih /CoolGuy/
「Hikotoki」: betul sekali, jadi meski charlotte umur 16 masih available buat dinikahi
total 8 replies
Erwinsyah
mau nabung dulu Thor🤭
Ned: Monggo silakan, jangan lupa vote dan rate bintang 5 nya kakak
total 1 replies
~YUD~
apa tuh yang segera terungkap?
Ned: apa tuh kira-kira hehehe
total 1 replies
R AN L
penasaran sekali reaksi murinya lihat kekuatan asli guru ny
Ned: tar ada kok, tunggu aja tanggal main nya heheh
total 1 replies
Ned
Update diusahakan tiap hari, setidaknya akan ada 1 BAB tiap hari...kalo Ned bisa rajin up mungkin 2-3 BAB...

Minggu Ned libur
R AN L
di tunggu up ny
Ned: kalo gak berhalangan tiap hari update, Ned usahakan ada 1 chapter update lah minimal sehari....Minggu kayaknya libur...doain aja Ned bisa nulis terus
Ned: kalo gak berhalangan tiap hari update, Ned usahakan ada 1 chapter update lah minimal sehari....Minggu kayaknya libur...doain aja Ned bisa nulis terus
total 4 replies
R AN L
Luar biasa
vashikva
semangatt
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!