NovelToon NovelToon
Cinta Dan Tawa Di Kota : Kisah Perempuan Tangguh

Cinta Dan Tawa Di Kota : Kisah Perempuan Tangguh

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa / Slice of Life
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: xy orynthius

Tara Azhara Putri Mahendra—biasa dipanggil Tara—adalah seorang wanita muda yang menjalani hidupnya di jantung kota metropolitan. Sebagai seorang event planner, Tara adalah sosok yang tidak pernah lepas dari kesibukan dan tantangan, tetapi dia selalu berhasil melewati hari-harinya dengan tawa dan keceriaan. Dikenal sebagai "Cewek Tangguh," Tara memiliki semangat pantang menyerah, kepribadian yang kuat, dan selera humor yang mampu menghidupkan suasana di mana pun dia berada.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon xy orynthius, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 33

Mobil melaju di bawah cahaya bulan yang temaram, menciptakan bayangan panjang di sepanjang jalanan sepi. Tara, Raymond, Adrian, dan Lucas berangkat menuju fasilitas pengembangan senjata biologis, tempat di mana Proyek Apocrypha dijalankan. Setiap detik berlalu membawa mereka lebih dekat ke titik tanpa kembali.

"Saya rasa kita hampir sampai," kata Adrian, matanya menatap peta di tangannya. "Fasilitas ini tersembunyi di dalam hutan. Kita harus ekstra hati-hati, terutama menjelang area yang dijaga ketat."

Raymond mengangguk, meningkatkan konsentrasi saat mereka mendekati tujuan. "Kita sudah mempersiapkan rencana, tapi kita harus tetap fleksibel. Jika ada yang tidak berjalan sesuai rencana, kita harus cepat beradaptasi."

"Lucas, apakah perangkat yang kau bawa bisa meretas sistem keamanan di dalam?" tanya Tara, berusaha menenangkan dirinya sendiri.

"Seharusnya bisa. Aku sudah menghubungkan perangkat ini dengan semua data yang kita curi sebelumnya," jawab Lucas, menunjuk ke perangkat kecil di sampingnya. "Tapi kita harus bergerak cepat. Jika kita terlambat, mereka mungkin sudah mengaktifkan sistem alarm."

Setelah beberapa menit berkendara, mereka akhirnya tiba di lokasi yang dimaksud. Fasilitas itu tampak megah dan menakutkan, dikelilingi oleh pagar tinggi dan kamera pengawas di mana-mana. Suasana mencekam terasa, menciptakan ketegangan di antara mereka.

"Di mana kita masuk?" tanya Raymond, mengawasi sekeliling.

"Menurut peta, ada pintu belakang yang kurang dijaga," jawab Adrian. "Kita bisa menggunakan celah itu untuk menyusup ke dalam."

Mereka memarkir mobil di tempat yang aman dan keluar dengan hati-hati, memastikan tidak ada yang mengawasi. Dengan langkah-langkah perlahan, mereka menyusuri jalan setapak menuju pintu belakang. Tara bisa merasakan detak jantungnya berpacu, ketegangan meliputi setiap sarafnya.

"Ini dia," bisik Adrian, menunjuk ke pintu kecil yang terlihat usang. "Ayo, kita masuk."

Tara meraih pegangan pintu, berusaha tetap tenang. "Semoga tidak ada yang mendengar kita."

Ketika mereka masuk, suasana di dalam berbeda jauh dari apa yang mereka bayangkan. Ruangan itu gelap, hanya diterangi oleh lampu-lampu berkedip yang menunjukkan bahwa fasilitas itu sedang beroperasi. Suara mesin bergetar memenuhi udara, menambah ketegangan yang sudah ada.

Mereka melangkah perlahan, menghindari kamera pengawas dan petugas yang berpatroli. Tara memimpin, mengamati setiap sudut dengan seksama. "Kita harus menemukan ruang kontrol. Di situlah semua data dan informasi tentang proyek ini disimpan."

"Di sebelah kanan ada koridor yang tampaknya menuju ruang kontrol," ujar Lucas, melihat peta di perangkatnya. "Kita harus melewati dua pintu dan satu pos keamanan sebelum sampai di sana."

Mereka maju menuju koridor yang ditunjuk Lucas, dengan hati-hati menavigasi tempat berbahaya ini. Tiba-tiba, mereka mendengar langkah kaki mendekat.

"Cease!" teriak salah satu petugas keamanan, membuat semua orang terdiam. "Kembali ke pos!"

Dengan cepat, mereka berlindung di balik dinding, menahan napas. Tara bisa merasakan ketakutan dan ketegangan dalam dirinya. "Kita tidak bisa terjebak di sini," bisiknya.

Raymond mengangguk, "Kita harus mengalihkan perhatian mereka. Lucas, kau punya sesuatu?"

Lucas mengeluarkan perangkat yang berfungsi sebagai pengacau. "Aku bisa mematikan kamera dan sinyal alarm untuk beberapa detik. Itu akan memberi kita sedikit waktu."

Tara menunggu saat Lucas menekan beberapa tombol. "Sekarang!" teriaknya, dan mereka bergerak cepat, melintasi koridor saat alarm tidak aktif.

Akhirnya, mereka sampai di depan pintu ruang kontrol. "Ini dia," kata Adrian, menatap pintu logam besar. "Lucas, bisa kau meretasnya?"

Lucas dengan sigap mulai mengetik di perangkatnya, wajahnya serius. "Aku butuh beberapa detik. Jangan ada yang bergerak."

Ketika pintu terbuka, mereka segera masuk. Ruang kontrol itu dipenuhi layar besar yang menampilkan data dan informasi tentang Proyek Apocrypha. Tara merasa bersemangat, tetapi juga merasakan tekanan yang luar biasa.

"Kita harus segera mengunduh semua data yang bisa kita temukan," kata Adrian. "Ini bisa menjadi kunci untuk menghentikan proyek ini."

Lucas mulai bekerja di terminal, memasukkan kode untuk mendapatkan akses. "Aku menemukan beberapa file penting. Ini adalah rencana pengembangan senjata biologis," ujarnya, wajahnya semakin tegang.

Tara memeriksa layar lain dan menemukan daftar nama. "Ini adalah semua orang yang terlibat dalam proyek ini. Kita perlu membagikan informasi ini kepada pihak berwenang."

Sebelum mereka bisa melanjutkan, suara langkah kaki kembali terdengar dari luar. "Kita tidak punya banyak waktu!" teriak Raymond.

"Segera, aku hampir selesai!" seru Lucas, terfokus pada layar.

Dengan cepat, pintu ruang kontrol terbuka, dan beberapa petugas keamanan masuk. "Di sana! Mereka!" teriak salah satu dari mereka.

"Raymond, jaga pintu!" Tara berteriak, mengambil posisi di belakang meja untuk berlindung. Raymond mengambil senjatanya dan bersiap untuk melawan.

Lucas berhasil menyelesaikan unduhan data, dan saat itulah mereka merasakan ketegangan meningkat. "Aku sudah mendapatkan datanya! Ayo pergi!" teriaknya, segera menyimpan data di perangkat portabel.

Raymond mulai menembak ke arah petugas yang menyerang, menciptakan kekacauan di dalam ruangan. "Kita tidak punya waktu untuk bermain-main! Pergi, sekarang!" teriaknya.

Tara, Adrian, dan Lucas meluncur keluar dari ruang kontrol, berusaha menghindari peluru yang berdesingan. Mereka berlari melalui koridor, mencari jalan keluar.

"Mereka pasti akan memblokir semua jalan keluar!" kata Adrian, melihat sekeliling. "Kita harus mencari jalan lain."

Dengan cepat, mereka menemukan tangga darurat di sisi koridor. "Ke atas! Ayo!" teriak Tara, memimpin mereka menaiki tangga. Mereka berlari ke atas, mendengar langkah kaki semakin mendekat.

Ketika mereka mencapai lantai atas, mereka menemukan pintu darurat yang terbuka. "Kita harus keluar dari sini!" kata Raymond, mengamati sekeliling dengan cemas.

Mereka berlari menuju pintu darurat dan melompati keluar ke atap. Saat mereka tiba, pemandangan kota di bawah terlihat jelas, tetapi ancaman di belakang mereka semakin mendekat.

"Sini! Kita bisa turun dari sisi atap!" seru Lucas, menunjuk ke arah pintu akses ke sisi bangunan.

Mereka bergerak cepat menuju tepi atap, tetapi saat mereka bersiap untuk melompat, petugas keamanan muncul dari pintu yang lain. "Jangan bergerak! Serahkan diri kalian!" teriak salah satu dari mereka.

Tara bisa merasakan ketegangan memuncak. "Kita tidak bisa menyerah!" katanya, menatap semua orang. "Kita harus bertarung!"

Raymond bersiap dengan senjatanya. "Mereka tidak akan membiarkan kita pergi tanpa perlawanan."

Saat petugas-petugas itu mendekat, Tara dan timnya berusaha bertahan. Raymond menembak, tetapi mereka dikelilingi oleh banyak penjaga. "Kita harus mencari cara untuk keluar!" teriak Adrian, terus berjuang melawan.

Tara meraih satu dari beberapa barang yang ada di atap—sebuah pipa besi. Dia berlari ke arah salah satu penjaga dan menyerang, menghantamnya hingga terjatuh. "Ayo, kita harus melawan!" dia berteriak, berjuang bersama teman-temannya.

Lucas dan Adrian bekerja sama untuk menyerang satu penjaga setelah yang lain, tetapi mereka tidak bisa bertahan selamanya. Suara sirene di kejauhan menggetarkan hati mereka. "Kita hampir kehabisan waktu!" teriak Lucas.

Melihat situasi semakin kritis, Tara berteriak, "Ayo, kita mundur ke tepi atap! Kita bisa melompat ke gedung sebelah!"

Raymond mengangguk. "Itu satu-satunya pilihan kita!"

Dengan semangat yang tidak tergoyahkan, mereka berlari menuju tepi atap, menghindari serangan dan peluru. Saat tiba di tepi, mereka melompat dengan sekuat tenaga, mendarat di atap gedung sebelah.

Mereka berlari cepat menyeberangi atap, mencoba menemukan jalan ke bawah. Saat mereka mencapai sisi lain, Tara merasakan napasnya terengah-engah. "Kita harus turun! Di mana pintu masuk?" teriaknya.

"Di sana!" seru Lucas, menunjukkan pintu akses yang terbuka. Mereka melesat ke dalam gedung, berlari menuruni tangga.

1
·Laius Wytte🔮·
Pengalaman yang luar biasa! 🌟
Kei Kurono
Mantap! Bukan cuma ceritanya, bagus dalam segala hal.
<|^BeLly^|>
Nggak sia-sia baca ini. 💪
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!