Kanaya Syifa Pratama, seorang gadis cantik berasal dari desa. Bercita-cita ingin menjadi seorang bidan, merantau ke kota untuk kuliah mewujudkan mimpi.
Tapi takdir berkata lain, ia di jebak oleh pacarnya sendiri sampai dirinya hamil. Semua mimpi yang sudah ia bangun hancur begitu saja, bahkan bukan hanya itu Syifa juga harus menerima perlakuan kasar dari ibu mertuanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Indah R Y, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 26
Di gerebek warga dan di nikahkan secara paksa, sedikitpun tidak ada daftar dalam kehidupan Varo. Bahkan sesungguhnya pria itu tidak memikirkan menikah dengan siapapun lagi semenjak kepergian istrinya yang secara tragis.
Tapi malam ini, ia sudah berganti status menjadi seorang suami. Varo melirik wanita yang masih menangis sesenggukan di sampingnya, ada rasa iba namun juga jengkel yang melanda.
"Berhentilah menangis, karena keadaan tidak bisa berubah lagi" kata Varo.
Syifa mengangkat kepalanya lalu menoleh ke arah pria yang saat ini adalah suaminya. "Ini salah kamu" pekik Syifa.
Kening Varo mengkerut, "kenapa salahku ?"
"Ya kalau kamu tidak berhenti di sana, semua ini tidak akan terjadi"
"Siapa juga yang mau berhenti disana, kamu lupa kalau mobilku mogok"
"Tapi tetap saja salah kamu"
Rio yang sejak tadi fokus mengemudi, mencoba berpikir jernih. Sampai saat ini, ia belum mengetahui kejadian sebenarnya. Tapi melihat raut kekesalan dan amarah pada Varo, sedikit demi sedikit Rio bisa menebak.
Beberapa saat kemudian mobil Rio berhenti di depan apartemen. Pria itu keluar terlebih dahulu untuk membukakan pintu mobil.
"Ayo turun !" Ajak Varo pada Syifa.
"Aku mau pulang ke kosan, aku tidak mau tinggal bersama kamu" balas Syifa, matanya menatap bangunan menjulang itu.
"Terserah" Varo pergi, mengabaikan Syifa yang masih saja menangis. Bukan tugasnya untuk membujuk wanita saat ini.
Rio menatap kepergian Varo, kemudian mengalihkan tatapannya ke arah Syifa. Pria itu menarik napas berat.
"Sebaiknya Nona ikut saja tuan Varo kedalam, ini sudah larut malam, tidak baik jika Nona pulang sendiri" Rio berkata, berharap Syifa akan menurut. Karena jujur saja saat ini ia sudah sangat mengantuk.
"Tapi aku takut"
"Takut kenapa nona ?"
"Bagaimana kalau pria itu orang jahat"
Rio memicingkan matanya, menurutnya Syifa belum mengenal Varo dengan jelas. Pria itu memang sangat dingin.
"Tuan Varo tidak akan macam-macam pada Nona, selama nona tidak membuat masalah"
Berpikir sejenak, Syifa kembali menatap sekeliling. Ini memang sudah larut malam, mungkin sebaiknya ia menurut untuk tinggal bersama Varo. Besok pagi-pagi sekali ia bisa pulang.
"Bisakah kamu mengantar saya ?"
"Kemana ?" Rio menatap Syifa, ia tak bisa membayangkan jika harus mengantar wanita yang tak ia kenal itu.
"Ke tempat pria tadi, besok pagi aku akan pulang"
"Ok"
*
*
*
Dan disinilah Syifa berada, di sebuah apartemen mewah yang membuat ia tak bisa berkata-kata. Suasana begitu sepi, tapi lampu di setiap ruangan itu masih menyala.
Mata Syifa terus menatap setiap inci ruangan itu, hingga tatapannya tertuju pada bingkai foto yang menggantung. Sebuah foto pernikahan.
"Astaga, dia sudah menikah. Ya Allah apa aku sudah menjadi Pelakor" Syifa membatin, ia tak percaya apa yang baru saja ia temui. Varo yang kini adalah suami Sah nya ternyata sudah memiliki istri.
Rasa bersalah tiba-tiba saja membuat Syifa ketakutan, ia tak bisa membayangkan bagaimana posisi istri Varo jika mengetahui Varo menikahi dirinya.
"Kesini juga kau rupanya"
Syifa terperanjat, dengan gerakan cepat ia memutar tubuh. Tidak jauh darinya Varo berdiri dengan mengenakan piyama tidur.
"Ma-af, aku mau menumpang menginap disini malam ini. Besok pagi-pagi sekali aku akan pergi" balas Syifa, kepalanya menunduk tak berani menatap Varo.
"Tinggal dimana kamu ?" Varo kembali bertanya, pria itu berjalan menuju sofa lalu mendudukkan diri disana.
"Di kontrakan C" jawab Syifa sambil menyebutkan nama kontrakan tempat tinggal nya selama ini.
Varo terdiam, ia tidak tau dimana lokasi kontrakan itu. Karena memang itu bukan urusannya. Tapi satu yang menjadi pikiran Varo saat ini.
Wanita yang berdiri di belakangnya sekarang sudah Sah menjadi istrinya, haruskah ia memperlakukan Syifa dengan baik, sementara tak ada rasa cinta yang ia rasakan.
"M-as" panggil Syifa gugup, ia tidak tahu harus memanggil Varo dengan sebutan apa. Memanggil nama rasanya tidak sopan mengingat saat ini pria itu adalah suaminya.
"Hemmm" hanya itu balasan Varo. Tapi ia menunggu kelanjutan ucapan Syifa.
"Mas boleh menalak aku lagi, aku mengerti pernikahan tadi hanya sebuah keterpaksaan"
Varo menoleh, mereka menikah memang sangat terpaksa. Tapi entah kenapa ia kesal mendengar kalau Syifa ingin di talak. Tiba-tiba saja lidah Varo terasa kaku untuk mengucapkan kata itu.
"Aku tidak bisa" jawab Varo cepat.
"Kenapa ?, aku tidak mau menjadi pelakor. Mas kan sudah punya istri"
"Betul, aku memang sudah punya istri. Tapi dia sudah meninggal tiga tahun yang lalu"
Kedua bola mata Syifa terbuka sempurna, kemudian kembali melirik foto pernikahan yang menggantung. Ia masih tak menyangka jika wanita cantik itu sudah tiada.
"Maaf aku tidak tahu"
"Tidak apa-apa"
Suasana menjadi hening, Entah kenapa keduanya menjadi gugup.
"Aku ini seorang janda, aku memiliki seorang anak" jelas Syifa kemudian, ia pikir Varo berhak tau statusnya saat ini.
Kali ini yang di buat terkejut adalah Varo, menurutnya Syifa masih terlalu mudah untuk menjadi seorang janda.
"Kenapa kau bisa jadi janda, ku lihat umurmu masih sangat mudah"
"Ceritanya panjang dan aku tidak bisa menceritakannya"
"Ok baiklah, aku pun tidak tertarik mendengar ceritamu"
"Lalu apa mas akan menalak aku ?"