Karena dendam pada Seorang pria yang di yakini merebut wanita pujaannya sejak kecil, Alvino Maladeva akhirnya berencana membalas dendam pada pria itu melalui keluarga tersayang pria tersebut.
Syifana Mahendra, gadis lugu berusia delapan belas tahun yang memutuskan menerima pinangan kekasih yang baru saja di temui olehnya. Awalnya Syifana mengira laki-laki itu tulus mencintainya hingga setelah menikah dirinya justru mengetahui bahwa ia hanya di jadikan alat balas dendam oleh sang suami pada Kakak satu-satunya.
Lalu, apakah Syifana akan terus bertahan dengan rumah tangga yang berlandaskan Balas Dendam tersebut? Ataukah justru pergi melarikan diri dari kekejaman suaminya sendiri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurma Azalia Miftahpoenya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tabur benih (21+)
Gadis yang sedang terkejut dengan apa yang baru saja di dengar itu memutuskan kembali ke kamarnya. Dahaga yang membuatnya turun ke bawah untuk mengambil air putih menjadi jalan untuknya mengetahui alasan utama sang suami buru-buru menikahinya.
Namun, dia belum mengerti alasan apa yang membuat sang suami menjadikannya alat balas dendam yang entah di tunjukkan untuk siapa. Syifana memutuskan untuk kembali mengistirahatkan tubuhnya yang memang sedang dalam keadaan tidak sehat.
Syifana berniat untuk menanyakan langsung tentang balas dendam itu pada suaminya, nanti saat dirinya sudah merasa lebih baik. Jika dia memaksa untuk menemui pria yang kini sikapnya berubah total padanya itu, dia tidak yakin bahwa dia akan mampu mendengar alasan yang di berikan oleh pria itu.
"Lebih baik aku istirahat dulu, setelah tubuhku lebih sehat, aku akan bertanya tentang ini pada Bang Vino." Syifana kembali merebahkan dirinya di atas ranjang dan menyelimuti tubuhnya yang memang masih menggigil.
Menjelang sore, Alvino baru saja kembali dari kantornya. Pria itu mengedarkan pandangan untuk mencari keberadaan istri kecilnya itu. Namun, sama sekali tidak menemukan dimana istrinya itu berada.
Pria itu mengedikkan bahunya sebagai tanda bahwa dia tidak peduli dengan keadaan gadis yang saat ini sudah resmi menjadi istrinya itu. Alvino menaiki anak tangga untuk sampai di kamarnya yang berada di lantai 3 mansion tersebut.
Kebetulan tangga menuju lantai 3 melewati ruangan yang saat ini menjadi kamar Syifana. Pria itu samar-samar mendengar suara rintihan yang sangat lirih. Sebenarnya instingnya memang peka dengan suara sekecil apapun, tetapi memang dia tidak ingin memperdulikan apa yang dia dengar saat ini. Pria itu tetap melangkah menuju kamar utama.
Ketika sampai di kamar itu, dia menatap sebuah foto yang terpajang di atas nakas di samping tempat tidurnya. Sebuah potret kebersamaannya dengan sang pujaan hati, yang saat ini sudah menjadi milik orang lain.
Alvino meraih bingkai foto berukuran 10x10 itu, mengelus bagian bibir pujaan hatinya dengan lembut. Memejamkan mata untuk membayangkan bahwa wanita itu kini tengah berada di depannya. Saat pria itu membuka mata, seorang wanita tersenyum lembut ke arahnya. Alvino yang begitu merindukan wanita itu, kini memeluk wanita itu dengan erat. Menghirup dalam-dalam aroma rambut yang begitu dia sukai dengan mata terpejam.
"Bang Vino,"
Suara itu menyadarkan Alvino dari lamunannya, pria itu melepaskan pelukan eratnya di tubuh wanita yang ada di dekapannya. Saat pelukan terlepas, pria itu begitu terkejut dengan apa yang ada di hadapannya. Wanita yang dia peluk dengan erat barusan bukanlah sang pujaan hati, melainkan istri yang terpaksa dia nikahi.
Bingkai foto yang di pegang oleh Alvino terlepas, jatuh ke bawah hingga kacanya pecah dengan posisi terbalik. Pria itu masih mematung, sementara wanita yang berada di depan Vino dengan penasaran meraih foto yang di jatuhkan oleh sang suami.
Begitu wanita itu mengambil dan membalikkan foto itu, dia terkejut dengan apa yang di lihatnya. Sebuah foto sang suami bersama dengan kakak iparnya. Kedua orang itu terlihat tersenyum ke arah kamera dengan posisi bergandengan tangan.
Pecahan kaca yang masih menempel di bingkai foto itu melukai jari Syifana hingga berdarah. Gadis itu tanpa sengaja memekik, membuat sang suami sadar dari rasa terkejutnya. Saat melihat ke bawah, sang istri masih memegang foto miliknya bersama sang wanita pujaan. Hal itu membuat Alvino semakin emosi, pria itu dengan sengaja merebut bingkai foto itu dengan kasar.
Emosi karena gadis itu sudah lancang masuk ke dalam kamarnya, Alvino mendorong sang istri hingga terjengkang ke belakang. Selain merasa sakit di jari dan bagian bok*ngnya, Syifana juga tidak menyangka bahwa suaminya akan tega menyakitinya secara fisik.
"Sakit, Bang!" teriak Syifana.
"Sakit? Kau bilang ini sakit? Biar aku tunjukkan rasa sakit yang sebenarnya!"
Tidak puas hanya mendorong istrinya, Alvino berjongkok di depan gadis yang masih dengan posisi yang sama saat di dorong oleh tubuh besarnya. Pria itu menyeringai, tangannya meraih dan mencengkram dagu sang istri dengan kasar.
"B-bang Vino, mau apa?" tanya Syifana dengan terbata.
Alvino mendekatkan wajahnya ke wajah pucat Syifana, semakin dekat hingga pria itu memaksa mencium bibir istrinya dengan brutal. Syifana berontak, berusaha menolak apa yang di lakukan oleh suaminya. Namun, Alvino justru menarik tengkuknya, menahan gadis itu agar tetap berada di posisinya.
Syifana memukul-mukul dada Alvino karena gadis itu hampir kehabisan oksigen. Akan tetapi, pria itu sama sekali tidak peduli dengan rontaan sang istri.
Selesai mencium bibir istrinya dengan kasar, Alvino memindahkan tangannya ke pergelangan tangan sang istri, mencengkram hingga menarik gadis itu untuk mengikuti semua perintahnya. Syifana yang badannya lebih kecil, otomatis ikut tertarik ketika pria itu menyeretnya ke ranjang.
Pria yang masih menggunakan pakaian kantornya itu melemparkan tubuh istrinya ke atas ranjang. Syifana yang ketakutan berusaha mundur, gadis itu menatap sang suami yang tengah menatap tajam ke arahnya dengan tangan yang sibuk melepaskan semua pakaiannya.
Mulai dari jas, dasi, kemeja, hingga hanya tersisa celana panjang yang membalut tubuh bagian bawahnya. Alvino ikut naik ke ranjang king size miliknya, lalu perlahan mendekati gadis yang masih ketakutan itu.
"Bang Vino mau apa? Fana takut, Bang!"
Teriakan Syifana hanya di anggap angin lalu oleh pria itu, dia tidak peduli dengan raut wajah ketakutan sang istri. Istri yang masih berusia 18 tahun.
Syifana semakin ketakutan, dada bidang yang pernah membuatnya terpesona, kini justru terlihat sangat menakutkan. Gadis itu semakin memundurkan tubuhnya sedikit demi sedikit, saat kakinya sudah menyentuh lantai, Syifana melarikan diri. Namun, Alvino dengan mudah menangkap dirinya.
Pria itu semakin terlihat garang, wajah yang dulu begitu mempesona, kini berubah menyeramkan. Alvino menarik baju yang di gunakan oleh Syifana hingga robek di beberapa bagian. Pria yang berstatus suami sah Syifana itu kembali melemparkan tubuh sang istri ke ranjang.
Syifana terjatuh dengan posisi terlentang, Alvino dengan cepat menindih tubuh istrinya itu. Melepaskan pakaian yang melekat di tubuh sang istri dengan paksa, lalu menc*mbu. Syifana tetap berusaha menolak, gadis itu belum siap untuk melaksanakan tugasnya sebagai istri. Apa lagi dengan cara pemaksaan dan setelah dia mengetahui bahwa dirinya hanya di jadikan bahan balas dendam oleh suaminya.
Alvino tetap menc*mbu tubuh istrinya, setelah puas melakukan itu, Alvino segera memasuki bagian inti sang istri. Tanpa pemanasan apapun, pria itu langsung memasukkan pusakanya ke dalam inti sang istri dengan kasar hingga Syifana menjerit kesakitan bersamaan dengan darah yang mengalir dari sana.
Pria itu tetap melakukan kegiatannya, memaju mundurkan tubuhnya di atas tubuh kecil istrinya. Memacu dengan ritme cepat, tanpa memikirkan seperti apa rasa sakit yang kini di derita oleh istrinya itu. Sampai lahar panas mengalir di dalam inti sang istri dan dia tumbang di samping istrinya, setelah menabur benih secara paksa di rahim istri kecilnya.
Bersambung...