Ana, seorang ibu rumah tangga dengan 2 anak yang tidak pernah memperhatiakn penampilannya, hingga suaminya berpaling pada wanita lain. Ana berusaha menggoda lagi suaminya agar kembali kepelukannya. Apakah godaan Ana berhasil? Akankah Prasetya, suami Ana, akan tergoda?
Let's check this out!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khodijah Rahman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Vonis, Tetapi Belum Finish
"Jadi ini yang membuat Anda mengundurkan diri menjadi kuasa hukum anak saya? Apa mereka sanggup membayar lebih tinggi dari kami? Atau Anda mendapat bayaran berupa hal lain?" Pak Bayu melontarkan pertanyaan dengan suara lantang hingga didengar oleh semua orang yang ada di ruang sidang itu.
Tidak hanya Pras, Rafka pun langsung menoleh menatap Pak Bayu dengan tatapan yang sangat tajam dan kedua tangan terkepal serta rahang yang mengeras! Kedua laki-laki itu melangkah ke arah Pak Bayu. Pras berhenti tepat di depan Pak Bayu.
"Jaga bicara Anda. Kami bukan penjilat seperti Anda, yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan apa yang Anda inginkan," ucap Pras tajam dengan rahang yang masih mengeras.
"Anda sadar dengan siapa Anda berbicara? Saya bisa memperkarakan ucapan Anda ke meja hijau jika Anda lupa." Rafka menambahkan.
Siapa yang tidak kenal dengan Rafka Wijaya, pengacara muda yang sukses dan tidak pernah kalah dalam kasus yang ditanganinya. Dia juga sering pergi ke berbagai kota di seluruh negeri untuk memenuhi panggilan kliennya. Rafka orang yang sangat sibuk dan tidak sembarangan menerima pekerjaan. Dia orang yang sangat teliti dan perfeksionis.
Pak Bayu merasa gentar mendengar ucapan Rafka. Dia tidak mau berakhir di penjara seperti anaknya. Sementara Bu Widia semakin gemetar dan merasa hilang harapan. Dia sudah sesekali terisak membayangkan anak yang sangat dibanggakannya akan menginap di hotel prodeo.
Pras dan Rafka sudah duduk di tempat masing-masing. Pras yang duduk di belakang Ana memeluk wanita itu dari belakang lalu mencium pipinya. Dia berusaha menguatkan istrinya.
"Kamu jangan takut, kamu tidak bersalah, Sayang. Mereka yang bersalah, jadi mereka pasti menerima hukumannya," bisik Pras.
Ana mengeratkan genggamannya pada tangan Pras. Dia merasa gugup dan gemetar. Dia tidak pernah membayangkan akan duduk di kursi yang berada tepat di depan meja hijau. Ini bagaikan mimpi baginya, menjadi seorang korban kejahatan.
Sidang berjalan cukup tegang. Kuasa hukum terdakwa, yang dalam hal ini Niko dan Una, beberapa kali melontarkan interupsi keberatan atas tuduhan yang dilayangkan pada kliennya. Tetapi Rafka tidak kehabisan akal, dia terus menyudutkan Niko dan Una dengan pertanyaan-pertanyaan yang menjebak.
Sidang selesai setelah hakim mengetuk palu tiga kali. Sidang akan dilanjutkan dua minggu di muka untuk mendengar pembelaan terdakwa. Polisi langsung membawa Niko dan Una keluar ruangan.
Ana, Pras dan lainnya keluar ruang sidang. Mereka berhenti di depan pintu ruangan karena Niko dan Una menghadang mereka. Dua terdakwa itu menatap tidak suka pada Ana dan Pras.
"Jangan merasa menang, Ana. Aku tidak akan tinggal diam. Jika aku dipenjara, aku akan membalaskan sakit hatiku setelah aku keluar nanti. Jadi bersiaplah," ucap Una penuh ancaman.
"Aku tidak akan membiarkanmu mengganggu istriku," geram Pras dengan tatapan sengit.
"Kau juga tidak perlu sombong hanya karena kau pengacara muda yang terkenal," ucap Niko yang ditujukan pada Rafka.
Rafka menyeringai. "Aku sangat menyukai lawan yang menantang sepertimu."
"Ayo cepat jalan!" perintah polisi dan menggiring Niko dan Una ke mobil tahanan yang sudah menunggu di parkiran.
"Bagaimana jika kita makan malam dulu," ajak Rifky setelah melihat jam tangannya.
Ana, Pras dan Deby pun setuju untuk makan malam bersama. Mereka menuju restoran yang tak jauh dari kantor pengadilan. Mereka duduk di ruang VIP restoran itu.
Rafka dan Rifky bergantian melontarkan pertanyaan pada Ana tentang kronologi kejadian penculikannya. Rifky seorang detektif yang bisa diandalkan. Rafka selalu bekerja sama dengan kembarannya itu disetiap kasus yang ditanganinya.
"Saya sudah mendapatkan rekaman cctv yang berada di halaman supermarket. Kita bisa mengeluarkannya saat persidangan mendatang," ucap Rifky.
"Berarti kita bisa membuktikan jika Niko benar-benar bersalah dan menjebloskannya ke dalam penjara," sahut Deby.
"Orang yang membekap Ana menggunakan penutup muka. Tapi kita bisa melacaknya lewat mobil yang digunakan. Anak buahku sudah menyelidikinya." Rifky berkata dengan yakin.
"Apa kau sudah mendapatkan bukti yang lengkap?" tanya Rafka pada kembarannya, Rifky.
"Besok atau lusa semua laporan penyelidikan kupastikan sudah ada di mejamu," jawab Rifky.
"Bagus." Rafka tersenyum lebar.
***
Rafka beberapa kali menghubungi Pras meminta jadwal bertemu dengan Ana. Dia ingin mengetahui lebih detil lagi tentang kasus itu. Dia juga menanyakan hal-hal yang mungkin dianggap sepele oleh orang lain, tapi bisa membantu pada kasus-kasus yang menimpa kliennya.
Rifky pun turut membantu mengusut kasus ini tanpa pamrih. Dua saudara kembar itu tidak pernah membahas tentang berapa yang harus Pras dan Ana keluarkan. Mereka tidak mengharapkan imbalan apa pun, mereka benar-benar hanya ingin membantu.
Hingga hari persidangan tiba, Rafka memasuki ruang sidsng dengan penuh percaya diri seperti biasanya. Ana dan Pras berjalan berdampingan di belakang pengacara muda itu disusul Deby. Kedua orang tua Pras dan Ana pun turut hadir.
Tidak berapa lama, Hakim Ketua beserta jajarannya memasuki ruang sidang. Pras selalu berada di samping Ana yang merasa tegang dan gugup menghadapi persidangan. Kali ini Alan tidak hadir karena ada urusan lain. Lagi pula Alan sudsh memberikan keterangannya pada persidangan sebelumnya.
Perang argumen pun terjadi saat persidangan sudah dimulai. Rafka mulai mengeluarkan bukti-bukti yang sudah dikumpulkan Rifky untuk memberatkan Niko dan Una. Saat sedang seru-serunya karena Una yang berteriak menumpahkan kesalahan pada Ana, Hakim Ketua menjeda sidang untuk makan siang.
Pras langsung memeluk istrinya yang gemetar entah karena takut atau menahan amarah. Dia ingin mengatakan pada istrinya, jika dia akan selalu bersamanya. Mereka semua pun akhirnya makan siang di kantin yang ada di kantor pengadilan.
Setelah makan siang, sidang kembali dilanjutkan dengan pembacaan keputusan hakim. "Berdasarkan bukti-bukti dan keterangan para saksi, dengan ini pengadilan memutuskan bahwa, saudara Niko Siswanto dan Una Aprilia dinyatakan bersalah. Untuk saudara Niko Siswanto dijatuhi hukum penjara selama empat tahun lima bulan," putus Hakim Ketua.
"Dan untuk saudari Una Aprilia, dijatuhi hukuman penjara selama empat tahun dua bulan." Hakim Ketua melanjutkan.
Hakim Ketua menutup sidang dengan mengetukkan palu sebanyak tiga kali. Ana dan Pras merasa lega, mereka saling berpelukan. Mereka jiga tidak lupa menjabat tangan Rafka dan Rifky serta mengucapkan terima kasih. Senyum terkembang di bibir mereka semua.
Sebagai rasa syukur dan ucapan terima kasih, Pras mengundang Rafka, Rifky dan Deby untuk makan malam bersama di rumahnya. Mereka pun sepakat untuk bertemu kembali malam ini di rumah Pras.
***
Ana, Bu Maya, Bu Lili sedang menata makanan di atas meja. Bi Siti terlihat sangat sibuk bolak-balik dari dapur ke ruang makan. Sementara Pras sedang asik bermain dengan kedua buah hatinya. Deby yang sengaja datang lebih awal untuk ikut bantu-bantu pun terlihat sibuk juga.
Mereka bernapas lega memandang meja makan yang sudah dipenuhi aneka lauk dan buah-buahan. Pras dan Ana tidak ingin mengecewakan orang yang sudah menolong mereka di meja hijau. Pras bergegas membuka pintu saat mendengar suara bel pintu.
"Selamat malam, silakan masuk," ucap Pras dengan senyuman.
"Selamat malam. Terima kasih," balas tamu itu, Rafka dan Rifky.
Mereka pun masuk lalu duduk di sofa. Pras mengajak kedua tamunya untuk berbincang sejenak lebih dulu. Ana ikut bergabung bersama mereka seraya menggendong Arzetta.
"Terima kasih sudah membantuku," ucap Ana dengan senyum tulus.
"Sama-sama, An," balas Rafka. "Hai, Cantik.Mau ikut dengan Om?" Rafka mengulurkan tangannya ingin menggedong Arzetta. "Boleh 'kan kalau aku menggendong anakmu sebentar?"
"Boleh."
"Makan malamnya sudah siap," ucap Deby memberi tahu.
"Kita ngobrol dulu sebentar, Deb. Apa kamu ga kangen sama kita?" pinta Rifky yang langsung diangguki oleh Deby.
Rafka terlihat sangan menyukai anak-anak. Dia berkali-kali mencium pipi gembul Arzetta. Rifky menatap kembarannya dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Jadi benar kalau kamu sedang mendekati mantan kamu itu?"
Sebuah suara yang terdengar penuh emosi menggema di ambang pintu.
**Cirebon, 1 April 2022
Seneng banget Emak bisa up lagi. Jangan lupa like, komen dan hadiahnya yaaa 🤩🤩
Oh ya, sambil menunggu Ana menghampiri kalian, yuk baca karya teman Emak yang dijamin seru**.
Mala Rahma, gadis desa nelayan yang menikah dengan seorang pria amnesia. Berharap rumahtangganya bahagia, tapi harapan itu sulit terwujud.
Sang sahabat yang pernah dijodohkan dengannya, yang sangat dia percaya ternyata menjadi penyebab perceraiannya. Walaupun Mala berharap semua itu bukan ulah sahabatnya, tapi kenyataan berkata lain.
Perjuangan hidup Mala membawanya bertemu Andra. Senior yang jatuh cinta padanya sejak pandangan pertama. Saat cinta sudah tak bisa dimatikan, Andra baru tahu jika Mala sudah menikah dan memiliki seorang anak. Dan bahkan telah menjadi janda.
Bagaimana cinta Andra yang sudah terlanjur berakar?
Apakah cinta itu akan begitu saja dipadamkan ketika tengah bersemi?
Bagaimana jika sang mantan tetap terus memperjuangkan cintanya untuk kembali bersama?
Ikuti kisah Mala selanjutnya.
kadang wanita tuh pada gt, menolak pakai art, pda akhirnya gak keurusan diri sendiri
ibuku anaknya 4 kecil2 smua dlu, ibuku jg bangun dr dini hari, masak ngurus anak rumah dll tpi abis subuhan ibuku sempet pake lipstik, baju ama celana, ga dasteran aja 😅😅
itu ku lihat dari aku kecil sampai dewasa gini.
ah.. kami ga punya art