NovelToon NovelToon
Palasik Hantu Kepala Tanpa Tubuh

Palasik Hantu Kepala Tanpa Tubuh

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Iblis / Kutukan / Hantu / Tumbal
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: iwax asin

Sebuah dusun tua di Sumatra Barat menyimpan kutukan lama: Palasik, makhluk mengerikan berupa kepala tanpa tubuh dengan usus menjuntai, yang hanya muncul di malam hari untuk menyerap darah bayi dan memakan janin dalam kandungan. Kutukan ini ternyata bukan hanya legenda, dan seseorang harus menyelami masa lalu berdarah keluarganya untuk menghentikan siklus teror yang telah berumur ratusan tahun.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon iwax asin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11 Langkah Pertama ke Tanah Mati

Fajar baru menyapu ujung langit ketika Reno, Ajo, Aris, dan dua pemuda lainnya—Damar dan Ucup—berkumpul di balai desa. Mereka membawa bekal seadanya, parang, senter, dan satu ikat daun kelor serta garam dari Mang Idun.

Pak Leman menyerahkan satu kantong kecil berisi abu hitam. “Jangan tinggalkan garis pelindung. Begitu kalian masuk wilayah selatan, aturan biasa sudah tak berlaku.”

Langit sedikit mendung, dan udara pagi terasa lebih berat dari biasanya. Bahkan burung-burung pun seperti enggan bersuara.

“Udah siap?” tanya Ajo sambil memasukkan ikat kepala merah.

Aris menjawab, “Kalo belum siap juga percuma. Jalanin aja.”

Mereka berjalan menuruni lembah, melewati pematang sawah yang sudah lama ditinggalkan. Di kejauhan, deretan bambu tua berdiri seperti barisan penjaga sunyi. Udara makin dingin ketika mereka mendekati kawasan yang disebut Tanah Mati oleh warga.

Begitu masuk ke hutan bambu, suasana berubah drastis. Kabut turun pelan, tanah lembap, dan suara daun-daun kering seolah terlalu keras di telinga.

Ucup, yang dikenal cerewet, kini diam sejak dari balai desa. Tapi akhirnya ia nyeletuk pelan, “Kalo tahu jalannya setegang ini, mending gue bantuin emak nyabit rumput di belakang rumah.”

Damar tertawa pelan. “Udah terlanjur. Kita kayak nasi goreng, gak bisa balik jadi nasi putih.”

Mereka melanjutkan langkah hingga mencapai sebuah lahan terbuka yang gersang. Tak ada rumput, tak ada suara serangga. Hanya tanah retak dan batu-batu besar berlumut hitam.

Reno membuka kertas pemberian Ujang. Ia mencocokkan pola di tanah dengan simbol di peta. “Ini dia. Titik matahari kecil. Tempat ini.”

Tiba-tiba, angin menderu dari arah belakang. Mereka semua menoleh cepat. Tak ada apa-apa.

Lalu, muncul suara gemeretak... seperti benda digeser perlahan. Dari balik batu besar, muncul sosok tinggi—kurus dan kaku. Wajahnya seperti topeng kayu, tanpa ekspresi. Tapi matanya merah menyala.

“Reno...” gumam Ajo.

Sosok itu tak bicara. Tapi tanah di bawahnya retak pelan. Dari celah-celah retakan, uap hitam naik ke udara, membentuk pola.

Reno mengambil garam dan membuat lingkaran cepat. “Jangan keluar dari lingkaran!”

Makhluk itu mendekat, tapi berhenti di tepi lingkaran. Ia lalu mengangkat tangannya, menunjuk langsung ke Reno. Di udara, suara bergaung:

“RAKASA... akan bangkit.”

Semua terpaku. Ucup hampir terjatuh mundur.

“Siapa kamu?” tanya Damar.

Makhluk itu menjawab dengan suara seperti gemuruh: “Aku... penjaga perbatasan. Kalian membangunkan yang tertidur.”

Tiba-tiba, tanah di sebelah kanan mereka runtuh. Sebuah lubang terbuka, dan dari dalamnya, muncul angin dingin seperti dari dunia lain.

Reno memberanikan diri bertanya, “Apa yang tertidur di sini?”

Jawaban itu membuat bulu kuduk mereka berdiri:

“Palasik hanyalah bayangan. RAKASA adalah bayangnya.”

Lalu makhluk itu menghilang begitu saja, tersapu angin dan asap.

Setelah kepergiannya, Reno dan tim memutuskan menandai tempat itu. Mereka tak cukup siap untuk turun ke dalam lubang yang baru terbuka. Tapi jelas, ini bukan tempat biasa.

Dalam perjalanan pulang, Ucup berkata pelan, “Gue lebih suka lihat mantan pacar daripada makhluk tadi.”

Ajo menyambar, “Kalau mantanmu juga matanya merah, kita punya masalah lain.”

Tawa kecil meredakan ketegangan. Tapi dalam hati, mereka semua tahu—langkah mereka ke Tanah Mati bukan awal yang bisa dibatalkan. Mereka sudah masuk ke dalam lingkaran pertempuran lama, antara yang terlihat dan tak terlihat.

Dan dari kejauhan, di balik kabut, mata merah itu masih mengintai mereka.

Sejak kepulangan dari Tanah Mati, perubahan terasa di Desa Rambahan. Langit menjadi lebih sering mendung meskipun tak turun hujan. Burung-burung hijrah ke arah utara lebih awal dari biasanya. Dan yang paling mengganggu, suara tangisan bayi terdengar hampir tiap malam, berpindah dari satu sudut desa ke sudut lainnya.

Reno mencatat semua peristiwa yang terjadi. Di dinding rumahnya, ia membuat bagan. Titik-titik lokasi penampakan Palasik, suara bayi, boneka jerami yang ditemukan warga, dan sekarang: lubang di Tanah Mati.

Ujang, si bisu dari telaga, kembali datang diam-diam. Kali ini ia membawa lembaran kulit kayu yang usang. Di sana tergambar dua sosok besar: satu berbentuk kepala dengan usus menggantung, dan satu lagi seperti siluet raksasa dengan tangan terbalik.

Ajo menatap gambar itu, bergidik. “Jadi Palasik itu... cuma pembuka jalan?”

Ujang mengangguk. Ia menunjuk pada simbol matahari di ujung kiri dan bulan terbalik di kanan. Lalu menggambar garis lurus dari keduanya, melewati sebuah simbol yang mirip dengan lambang desa Rambahan.

“Reno,” kata Aris pelan, “kalau gambar itu beneran rute bangkitnya Rakasa, berarti desa kita ada di tengah jalur.”

Reno mengangguk lambat. “Kita bukan hanya korban. Kita pusatnya.”

Malam itu, Reno dan Ajo kembali berjaga. Di pos ronda, mereka ditemani Aris dan Damar. Ucup tak bisa ikut karena mendadak demam tinggi, tubuhnya panas tapi berkeringat dingin.

“Apa mungkin dia kena pengaruh?” tanya Aris.

Ajo menjawab, “Atau mungkin dia sempat menginjak tanah yang terlarang.”

Obrolan mereka terpotong suara petir. Tapi langit masih mendung tipis. Tak ada hujan, hanya kilat sesekali seperti menyambar awan.

Tiba-tiba, langit memerah di arah timur. Semua berdiri.

“Apa itu kebakaran?”

Reno menyipitkan mata. “Bukan. Itu... cahaya dari atas.”

Tak lama kemudian, seekor burung hitam jatuh tepat di depan pos ronda. Matanya putih seluruhnya, paruhnya terbuka, dan dari mulutnya keluar gulungan kecil kulit daun.

Damar mengambilnya dengan hati-hati.

Gulungan itu berisi gambar... sebuah peta. Tapi bukan peta tanah. Ini peta langit—bintang, bulan, dan lintasan benda langit.

Di bagian bawah peta, tertera tanggal: 27 bulan depan. Dan satu kata dalam huruf aksara kuno: “PEMBUKA”.

Keesokan harinya, mereka membawa peta itu ke rumah Mang Idun. Dukun tua itu memandangi gambar lama dengan mata berkaca.

“Ini kalender leluhur,” katanya. “Dipakai untuk menentukan waktu tanam, panen... dan waktu-waktu gaib.”

Ia menunjuk tanggal itu. “Malam itu adalah ketika bintang jatuh membuka gerbang antara dua dunia. Jika Palasik aktif, dan Rakasa menunggu di batas... maka malam itu adalah jembatan.”

Aris langsung nyeletuk, “Jembatan? Jembatan tol apa jembatan ke neraka ini, Mang?”

Mang Idun mengelus jenggotnya. “Lebih dekat ke yang kedua.”

Mereka menyadari waktu mereka tidak banyak. Hanya beberapa minggu untuk mempersiapkan segalanya.

Reno memutuskan mengumpulkan semua pemuda. Mereka harus membagi tugas: penjagaan, pemetaan simbol, dan pelatihan dasar perlindungan diri.

Dan yang paling penting—mereka harus temukan tempat munculnya PEMBUKA sebelum malam itu tiba.

Sementara itu, jauh di dalam lubang Tanah Mati, sesuatu mulai bergerak. Tulang-tulang hewan yang membusuk di dasar mulai bergabung, membentuk struktur seperti sarang.

Dan di tengah sarang itu, segumpal daging merah menyala... berdetak perlahan seperti jantung yang menunggu perintah untuk hidup kembali.

1
Hesti Bahariawati
tegang
Yuli a
mereka ini bercandaan mulu ih...

biar nggak tegang kali ya... kan bahaya...😂😂
Yuli a
ada ya.... club anti miskin.... jadi pingin ikutan deh...🤭🤭
Yuli a
mampir kesini rekom KK @Siti H katanya penulisannya tertata rapi dan baik...
semangat Thor... semoga sukse...
Siti H
Semoga Sukses Thor. penulisanmu cukup baik dan tatabahasa yang indah.
Yuli a: atau karma ajian jaran goyang sih...🤔
Siti H: tapi sekilas doang... cuma jadi Pemeran viguran, klau gak salah di gasiang tengkorak🤣
total 5 replies
Siti Yatmi
ajo JD bikin suasana ga seremmm
Siti Yatmi
wk2 ajo ada2 aja...org lg tegang juga
Siti Yatmi
ih....takut....
Yuli a: ih... takut apa...?
total 1 replies
Siti Yatmi
baru mulai baca eh, udah serem aja..wk2
Yuli a: 👻👻👻👻👻👻
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!