NovelToon NovelToon
Cinta Cucu Sang Konglomerat

Cinta Cucu Sang Konglomerat

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Aliansi Pernikahan / Percintaan Konglomerat
Popularitas:5.4k
Nilai: 5
Nama Author: Ichi Gusti

Jika sebelumnya kisah tentang orang miskin tiba-tiba berubah menjadi kaya raya hanyalah dongeng semata buat Anna, kali ini tidak. Anna hidup bersama nenek nya di sebuah desa di pinggir kota kecil. Hidupnya yang tenang berubah drastis saat sebuah mobil mewah tiba-tiba muncul di halaman rumahnya. Rahasia masa lalu terbuka, membawa Anna pada dunia kekuasaan, warisan, dan cinta.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ichi Gusti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

William yang (tidak) Tenang

Ruangan sekretaris pun menjadi heboh.

Pria tinggi blasteran Amerika-Indonesia itu menatap Sherly dengan dingin. "Apakah seperti ini cara membimbing yang saya perintahkan?"

Syok.

Sherly merasakan lututnya bergetar lalu lemas dan akhirnya perlahan ia pun tersungkur. Tidak ada seorang pun yang berani maju untuk membantu Sherly hingga William memutar tubuh untuk meninggalkan ruangan itu.

"Kamu!" tunjuk William ke arah Anna yang masih terkejut. "Ikut ke ruangan saya!"

Anna melangkah dengan patuh di bawah tatapan teman-temannya, melewati Sherly yang terjatuh pingsan. Dengan cepat menyusul langkah panjang dua pria menuju ruangan direktur utama.

William menuju wastafel mencuci tangan nya. Rasa jijik dan muak ia tumpahkan dengan menggosok kedua telapak tangannya di bawah air mengalir.

"Tissunya!" William membuka telapak tangan ke arah asisten pribadinya.

Putra menyodorkan tissu ke arah William yang menatap tajam ke arah kedatangan wanita berpakaian putih hitam yang baru saja masuk ke ruangan itu.

Paham akan situasi saat itu, Putra berkata, "saya akan tunggu di mobil." Tanpa menunggu jawaban, ia pun meninggalkan ruangan direktur utama Wijaya Grup.

Blam!

Anna tersentak. Kedua tangannya saling bertaut di belakang tubuh menyembunyikan semua rasa yang saling bercampur.

William duduk di sofa lalu menyilangkan kakinya. Tatapan pria itu tak lepas sedikitpun dari Anna. "Rupanya kamu tidak mendengar instruksi kemarin dengan benar!" William tersenyum miring seperti biasa.

Anna merasa bulu kuduknya meremang di bawah tatapan dingin William. Instruksi yang mana? Menggantikan sekretaris direktur? Bukankah gue sudah bergabung dengan divisi sekretaris?

Wiliam melihat ekspresi bingung Anna. Ia bangkit dari tempat duduknya.

Anna menahan napas saat pria tinggi besar itu melangkah menuju dirinya. Jantung nya berlompatan di bawah tatapan intens pria itu.

William memegang kerah kemeja Anna dengan ujung jarinya, merasakan kasarnya benang pada kerah yang kaku itu. "Apa kemeja ini lebih bagus dari yang kau dapatkan kemarin?" sebelah alis pria itu terangkat.

Anna memerah. Ah! Kemeja itu! Ja-jadi maksudnya, pria ini marah karena gue ga makai kemeja kemarin?

"Ah... I-itu."

"Apa kau gagap?" tanya William dengan suara berat berbisik di telinga Anna, membuat wajah gadis itu makin bersemu merah. William tidak tahu apa yang dilakukan nya. Ia hanya mengikuti nalurinya yang memerintahkan untuk berperilaku seperti 'menggoda' gadis ini. Cucu Adi Wijaya. Ada rasa yang tidak dapat digambarkan saat melihat wajah oval berkaca-mata itu bersemu merah.

"Tidak!" Anna menggeleng, lalu menelan saliva. "Sa-saya tidak bisa memakai pakaian yang belum dicuci!" jawab Anna sekenanya.

"Oh, benarkah?" William berputar ke samping Anna. Ujung telunjuk nya secara kurang ajar mengangkat dagu Anna yang lancip. "Tolong angkat dagumu ketika berbicara Anna Pratiwi Wijaya!"

Anna melempar wajahnya ke samping, mengelak dari ujung jari yang meskipun milik seorang lelaki kekar, namun terasa halus di kulit dagu nya itu. Jangan kurang ajar! kutuk Anna dalam hati. Dan dia panggil siapa tadi? Apa dia tau namaku? Atau orang tua itu yang memberitahu nya?

Anna mencoba tetap sabar dan menahan diri.

William pun menyungging senyum melangkah ke belakang Anna. "Kita berdua tahu kalau kedatangan mu ke tempat ini tidak sama dengan karyawan lainnya." Lelaki itu menarik sanggul rambut Anna yang menurutnya sangat mengganggu pandangan mata.

Anna refleks menggeleng dan akhirnya rambut panjang nya jatuh terurai. Sialan! Anna menggigit bibir, memutar tubuh berhadapan dengan pria yang dirasanya sangat kurang ajar itu.

"Ini namanya pelecehan!" suara Anna bergetar dengan kedua tangan mengepal menahan marah dan sakit hati. Rasa panas menjalar di pelupuk matanya.

William menyembunyikan kedua tangan nya ke dalam kantong celana, membalas tatapan Anna dengan senyum. Entah kenapa, dia sangat menyukai ekspresi gadis yang sedang berada di depannya. Tatapan tajam setajam anak kucing yang merasa terancam, sungguh terlihat imut dan lucu.

"Ini hanya perhatian atasan kepada sekretarisnya. Bukan pelecehan!" kilah William.

Anna benci. Tidak suka dengan nada santai orang ini.

William mengeluarkan lengan kirinya, melihat petunjuk waktu yang melingkar di lengan yang ditumbuhi rambut-rambut halus keemasan itu. "Sayang sekali saya harus pergi," ucap nya kemudian.

Anna tidak tahu harus menjawab apa. Ia masih terpaku di tempatnya saat William kembali mendekat hingga hembusan napas pria itu terasa panas di wajah Anna

William mengulurkan tangan, mengambil beberapa rambut Anna dan membawanya ke hidung nya yang lurus tinggi. "Halus dan wangi. Sayang kalau harus terikat seperti tadi."

Hap!

Tangan Anna yang hendak melayangkan tamparan ditangkap oleh refleks yang luar biasa dari lelaki yang dianggap Anna sangat mesum itu.

"Ini hanya sapaan selamat datang! jangan terlalu berlebihan!" William berbalik dan meninggalkan ruangan itu.

Fiuuh!!

Laki-laki itu melepas napas setelah sampai di dalam lift. William menempelkan dahinya ke dinding lift. Sial! Aku lepas kendali!

***

Anna masih terpana memandang pintu keluar ruang direktur utama di depannya. Aroma tubuh pria yang baru saja mencium rambutnya masih tertinggal bersamaan dengan irama jantungnya yang tidak beraturan.

Sapaan selamat datang, endasmu! Kesal Anna.

Anna hendak meninggalkan ruangan itu ketika seseorang kembali membuka pintu dari luar. Seorang pria tua masuk, menutup dan memutar kunci di belakangnya.

Pria tua itu tersenyum. "Buatkan kakek mu ini kopi!"

Lagi-lagi Anna merasa dirinya seperti sedang berada di atas roller coaster. Kakekmu? Kopi?

Ingin Anna mengabaikan perintah itu, namun entah kenapa tubuhnya bergerak seperti robot, melangkah menuju mini bar yang terletak di sudut ruangan. Ia tidak bertanya kopi seperti apa yang diinginkan pria tua itu. Tangan nya bergerak saja mengambil kopi, memasukkan gula dan menuang air panas ke cangkir.

Tanpa bicara, Anna meletakkan kopi buatannya ke atas meja di dekat pria tua yang duduk menyilang kaki. Tatapan mereka bertemu sekilas.

Adi Wijaya mengambil minuman yang telah diseduh Anna, menghirup dan menikmati aroma kopi yang menguar sebelum mencicip nya sedikit. Panas namun pas!

"Duduklah di sana!" tunjuk Adi Wijaya dengan dagu nya.

Anna tidak membantah. Dengan patuh, gadis itu duduk mengambil tempat di depan pria tua itu.

"Masih ingat aku?" pertanyaan yang tidak perlu ditanyakan sebenarnya.

Anna mengangguk. Ya! tentu saja Anna ingat lelaki tua yang datang sebelum nenek nya mengambil keputusan untuk melakukan prosedur pemasangan cincin di jantung itu.

Lelaki yang sama yang juga pernah berpapasan di lift dengan Anna di Rumah Sakit saat nenek nya dirawat. Lelaki tua yang saat itu seperti tidak mengenal ana, meski mereka terjebak di lift selama beberapa menit.

"Bagus kalau begitu." Adi Wijaya meletakkan cangkir kopi nya. "Jadi... apakah kamu tertarik untuk menjadi pemilik Wijaya Grup?!" Adi to the point.

Keheningan tiba-tiba menyelimuti ruangan direktur utama Wijaya Grup itu.

1
Juliana Pieter
thir mana lanjutannya
Ichi Gusti: lagi direview🤭
total 1 replies
&-miss chan-&
Bikin merinding! 😱
Mưa buồn
Aku setia menunggu, please jangan membuatku menunggu terlalu lama.
Ichi Gusti: terima kasih atas dukungan nya
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!