Lanjutan Novel Liontin dan Devia Pura-Pura Amnesia
Mustika Naga Biru, slah satu pusaka keramat. Keberadaan Mustika Naga ternyata berdampak yang sangat luar biasa bagi yang memilikinya. Pemilik saat ini adalah keluarga besar Anderson yang di sebut Liontin.
Andara Putri Dharma , seorang gadis yang mempunyai keturunan dari Naga. Naga berwujud manusia bernama Mpu Bathara Naga atau Ki Bledek. Dara mempunyai misi untuk menumpas musuh bebuyutannya dahulu kala, bernama Azael atau Raja Ibliss saat ini.
Keturunan Naga yang lahir di hari dan weton yang sama, yang bisa mengendalikan Pedang Naga Langit setelah bersatu dengan Mustika Naga.
Davin, salah satu keluarga Anderson tertarik dengan Dara. Apalagi ia menyimpan Mustika Naga itu.
Dalam penyatuan itu ternyata memakan korban, yang tak lain adalah Raden Mas Satria Hadiningrat. Satria selama ini dilindungi Mustika Naga atau Liontin yang disimpan keluarga Anderson.
Dara dan Davin harus menyempurnakan Pedang Naga Langit. Dan ternyata....!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon si ciprut, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Paman Kumbang
"Neng Ra...!"
Teriak seseorang dari luar kamar Dara.
Dara yakin jika itu adalah Mbok Lasmi yang sengaja memanggilnya. Memang Dara belum keluar kamar, karena badannya lemas. Bahkan hari ini, ia lebih banyak tiduran di kamar tanpa aktifitas apapun.
"Masuk mbok!, tidak dikunci." Ucap Dara lirih, meski tetap terdengar oleh Mbok Lasmi.
Krieeett....!!
Pintu terbuka dan sosok renta masuk menemui Dara. Ia membawa nampan kecil berisi teh hangat untuk Dara.
"Kamu sakit?" Tanyanya kemudian duduk di sebelah Dara. Ia memegang kening Dara.
"Panas!"
Dara hanya mengangguk, "Gapapa mbok, mungkin kecapean." Sahut Dara sambil menerima gelas berisii teh hangat.
"Terimakasih mbok." Lanjut Dara. Kemudian Dara meminum teh perlahan.
"Sudah minum obat?"
Dara menggelengkan kepala, pertanda belum meminum obat apapun. "Baru bangun mbok." Sahut Dara.
Mbok Lasmi pun kemudian keluar mengambil obat warung untuk Dara. Dara pun di suruh untuk istirahat dahulu.
Beruntung hari ini libur sekolah, sehingga Dara istirahat yang cukup untuk memulihkan tenaganya.
.
.
Esok Harinya, Dara berangkat sekolah, karena hari ini ada class meeting antar kelas di sekolahnya.
Meski Dara tahu, jika Dara sebenarnya tidak ikut satu olahraga apapun untuk di pertandingan. Dara seringkali menjadi bahan bulian serta ejekan teman-temannya di kelas, bahkan di sekolahnya.
Meski bukan sekolah favorit, namun nyatanya sekolah tersebut hanya segelintir orang yang tak mampu yang bisa sekolah di sana.
"Kamu bagian pungutin bola ya, pas pertandingan..!" Seru tegas ketua kelas kepada Dara.
Dara adalah anak pendiam, apalagi saat ini tidak ada Nita. Dara pun mengangguk mengiyakan permintaan ketua kelas.
Sewaktu ada Nita, Dara seringkali berbicara dengan hantu yang ada di sekolahnya. Hingga banyak teman temannya mengira jika Dara stress.
Bagaimana tidak?, seringkali Dara bicara sendiri dan itu seringkali disaksikan oleh temannya. Meski Dara tidak memberitahu kebenarannya. Begitu juga dengan Nita kala itu.
Ada salah satu temannya yang memang tidak terlalu dekat dengan Dara. Dan ia seringkali memperhatikan Dara dari kejauhan.
Lebih tepatnya ia takut terhadap Dara, karena pengelihatannya. Dara mengetahui hal itu, tapi ia lebih banyak diam.
Gedung sekolah yang tak bertingkat dan begitu luas, membuat siswa leluasa untuk melakukan kegiatan class meeting.
Bahkan bola futsal sengaja di tendang jauh hingga belakang sekolah. Alhasil Dara lah yang disuruh ambil kesana.
Para siswa tahu, jika belakang sekolah merupakan area perkebunan dan terdapat satu pondok angker. Dan disana tidak ada seorang pun punya nyali untuk mendatanginya.
Berbeda dengan Dara yang saat ini justru melenggangkan kakinya ke arah perkebunan tersebut.
Meski ada batas tembok setinggi satu meter, Dara mampu melompat dengan sekali hentakan. Hingga Dara saat ini tepat di atas tembok pembatas tersebut.
Di bawah sana ada beberapa bola yang memang sengaja anak-anak murid sekolah tendang, namun tidak pernah ada yang mengambil.
Rerimbunan pohon beringin, serta pohon randu tampak memayungi area perkebunan tersebut.
Sekilas Dara melihat sebuah bayangan kemudian menghilang di antara pepohonan. Dara pun melompat turun kemudian mengambil bola tersebut.
Ggrrrrr....!!!
Sebuah suara terdengar dari sebuah pondok yang tak jauh dari sana. Meski saat ini masih pagi.
Dara ingin mengabaikannya, namun suara tersebut kembali terdengar seperti meminta tolong.
Mau tak mau Dara mendatangi pondok tersebut. Ia tahu jika yang berada di pondok tersebut bukanlah manusia.
"Assalamualaikum..."
Dara mencoba mengucap salam sebelum masuk ke dalam pondok yang terkunci.
Ggrrrrr....!!!
"Ada yang bisa saya bantu?" Tanya Dara sambil meremas jemari tangannya.
Ggrrrrr...!!!
Dara yang diliputi penasaran pun akhirnya memaksa masuk dengan mendobrak pintu tersebut hingga terbuka.
Dalam ruangan gelap dan baunya yang sangat menyengat dan lembab, Dara memejamkan matanya kemudian membukanya kembali.
"Tolong cah ayu...!!"
Suara itu kini seperti manusia meminta tolong. Suara lelaki tua yang tidak ia kenal. Dara mengedarkan pandangan matanya ke ruang yang gelap.
"Paman dimana?" Tanya Dara sambil menelisik sekelilingnya.
Suara kembali terdengar menuntun Dara ke sebuah ruangan. Dara terhenyak sejenak, karena pintu terbuat dari batu besar.
"Hanya kamu yang bisa melepaskan ikatan ku, karena kamu salah satu keturunan dari Nyai Sih Tunggadewi!"
Dara mengernyit mendengar nama Eyang buyutnya disebut. Perlahan Dara mendorong batu penutup itu kesamping hingga terbuka.
Seekor macan kumbang yang begitu besar berwarna hitam, melebihi dari dugaannya. Tinggi mencapai dua meter bahkan mungkin lebih besar.
Dara takjub namun sedikit ngeri, Dara juga takut tentunya, tapi macan kumbang berwarna hitam tersebut menunduk kemudian berangsur turun tunduk hormat kepada Dara.
"Salam sejahtera Nyai..!"
Tubuh macan kumbang berangsur-angsur mengecil, kemudian berubah menjadi Kakek renta. Tubuhnya kurus kering karena lama berada di tempat ini.
Kakinya terikat rantai dan tidak bisa bergerak leluasa.
"Siapa yang mengikatnya paman?" Tanya Dara
Dara perlahan mendekati Kakek renta itu.
Kakek kumbang menyeringai tajam ke arah Dara, namun pandangannya kemudian di alihkan ke lantai tanah.
Begitu menatap Dara, bukanlah keberanian, namun sebuah ketakutan.
Terlebih saat melihat kedua mata Dara yang mengeluarkan cahaya berwarna biru.
"Kakek buyutmu."
"Alasannya?"
Kemudian Kakek renta itu bercerita tentang masa lalunya.
Jika dulunya ia adalah salah satu centeng yang suka membuat onar. Hingga ia bertemu dengan Mpu Kalianget, kakek buyut Dara.
Beliau merupakan salah satu pertapa yang suka mengembara. Hingga membuat pedukuhan di sekitar kaki gunung, dan sebuah sungai. Kemudian di beri nama Kalianget. Semenjak itu sang empu menikah dengan Nyai Sih Tunggadewi, nenek buyut Dara.
Ia di kalahkan oleh Mpu Kalianget dan kemudian disekap di tempat ini ratusan tahun lamanya.
Istri dari Mpu Kalianget memberitahukan, jika cucu buyutnya nanti yang akan datang menolong Paman Kumbang.
Bahkan pondok ini sejatinya tidak ada sama sekali. Namun kakek Dara yang bernama Wiryo Manggala membuatnya untuk berteduh Kakek renta di hadapannya ini.
( Nah kan, kakek dan nenek nya banyak si Dara. Silsilahnya belum ya....karena nanti akan author kasih dari urutan silsilah sampai 17 keturunan )
Dan ia berpesan jika suatu saat cucunya lah yang melepaskan ikatan rantai tersebut.
Dirasa sudah cukup saatnya, dan Dara lah yang melepas ikatan tersebut. Paman Kumbang pun meminta tolong kepada Dara.
Kemudian Dara berusaha untuk melepas rantai yang mengikat kaki Paman Kumbang.
Crannggg....!!!
Tangan Dara melepas ikatan kaki Paman Kumbang. Seakan tangan Dara adalah sebuah belati yang mudah melepas rantai tersebut.
"Terimakasih Nyai, Saya akan patuh terhadap Nyai!" Seru paman Kumbang kepada Dara.
Dara mengabaikannya.
"Jika sesuatu terjadi kedepannya, saya siap membantu, Nyai."
"Kalau begitu saya pamit undur diri Nyai." Lanjut paman Kumbang. Kemudian perlahan menghilang.
Dara bernafas lega, kemudian ia ingat. Jika ke tempat ini memang untuk mengambil bola.
Dara segera keluar dari pondok itu kemudian berlari ke arah bola yang terjatuh tadi.
Dilihatnya sekilas pondok tersebut, yang lama kelamaan menghilang.
Kemudian Dara melompat pagar untuk kembali ke sekolahannya.
Tak ada siswa yang mengikutinya sampai belakang sekolah ini ternyata. Sehingga Dara lebih leluasa untuk bergerak lincah. Tidak seperti ketika berhadapan dengan teman-temannya. Ia kalem dan banyak diamnya.
Dara melempar bola ke tengah lapangan, nyatanya masih ada bola lainnya yang di gunakan untuk melanjutkan class meeting pagi ini.
.
.
.
BERSAMBUNG
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
kenapa jadi cinta romantis🤣🤣🤣
dirubah oeeee
sama Noveltoon
Horor, horor tahuu🤣🤣🤣