Dimalam pertamanya dengan suaminya, Patricia menyaksikan perselingkuhan suaminya dengan adik kandungnya.
Kamar pengantin yang harusnya digunakannya bersama suaminya berakhir menjadi tempat bermain suaminya dengan adik kandungnya.
Permainan panas dua orang itu dilakukan di depan Patricia tanpa ada rasa bersalah.
Karena tidak tahan, Patricia meninggalkan hotel dan berjalan dalam hujan, naasnya, dia malah menjadi korban pelecehan pria asing.
Belum berhenti di situ, seluruh harta warisan yang ia dapat dari orang tuanya juga telah dirampas oleh adiknya.
Dia bahkan dipaksa menikah lagi dengan pria lumpuh bernama Lewi, Seorang CEO yang terkenal kejam dan dingin.
Bagaimana? Mampukah Patricia mengubah takdirnya dan mendapat kebahagiaan?
Kuy temukan jawabannya dengan membaca novel ini...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon To Raja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
C26. Datang menemui selingkuhan
Pintu lift khusus CEO terbuka dan seorang pria yang duduk di kursi roda di dorong oleh asistennya keluar dari lift.
Semua orang memberi hormat pada pria yang berjalan ke arah mereka.
Sementara Jun yang mendorong kursi roda langsung terhenti ketika melihat Patricia diapit oleh dua orang sekuriti dan terlihat tampilan Patricia sudah acak-acakan.
"Ada apa ini?" Jun bertanya. Pada semua orang.
"Tuan, maafkan kami, kami lalai berjaga di sini dan seorang perempuan tiba-tiba datang mengacau dan bersikeras bertemu dengan Tuan Muda." Salah satu resepsionis berbicara.
Lewi menatap Patricia yang berdiri diam dengan tampilan acak-acakan, dia melihat lengan Patricia yang terluka kembali berdarah karena dipegang terlalu keras oleh dua security.
Tatapan Lewi menggelap, dia sudah susah payah mengobati luka itu namun kini orang lain dengan kasarnya membuat luka-luka itu kembali berdarah.
Tapi tatapan Lewi hanya sesaat saja merasa kasihan, karena ketika dia mengingat bahwa perempuan itu telah hamil dan telah membohonginya, kemarahan dalam hatinya menjadi lebih besar.
"Jalan." Ucapnya pada Jun.
"Tapi Tuan, bagaimana dengan,,"
"Apa kau tuli?" Suara Lewi terdengar sangat tajam, jadi Jun tidak bisa membantah apapun lagi.
Jun hanya melemparkan tatapan permohonan maafnya pada Patricia lalu mendorong keluar dari tempat itu.
Mata Patricia memerah dan giginya terkatup keras, dia tidak menyangka kalau pria itu sama sekali tidak memberinya muka didepan para karyawannya.
"Sudah, bawa pergi perempuan itu!" Sang resepsionis kembali mengingatkan security ketika lebih dan Jun sudah berjalan jauh.
"Baik Nona." Jawab sala satu security.
Akhirnya, Patricia hanya bisa berpasrah ketika kedua sekuriti menariknya keluar.
Jika suaminya sendiri tidak bisa membelanya, maka untuk apa dia mengharapkan belas kasihan dari orang lain?
Tetapi dia belum sepenuhnya diseret keluar ketika sebuah suara yang tidak asing di telinganya tiba-tiba terdengar.
"Apa yang kalian lakukan?" Rolland muncul dari dalam lift.
"Selamat siang tuan Rolland, tidak usah memperdulikan perempuan itu dia datang membuat keributan di sini jadi sekuriti hendak mengusirnya." Salah satu resepsionis dengan percaya diri berbicara karena tadi dia sudah melihat bagaimana Lewi mengacuhkan Patricia, maka sekarang pasti kita tidak akan berbeda jauh.
"Apa?! Cepat lepaskan dia! Dia adalah temanku!" Rolland segera menghampiri Patricia yang kemudian dilepaskan oleh dua security dan melihat lengan Patricia yang terluka di sana sini.
"Apa yang terjadi?" Rolland bertanya dengan cemas sembari mengulurkan tangannya untuk menyentuh lengan Patricia.
"Bukan apa-apa," jawab Patricia dengan mata memerah yang menahan air matanya.
Dia masih belum terlalu fokus pada pria yang sedang berbicara dengannya, pikirannya masih tertinggal pada peristiwa tadi di mana Lewi mengabaikannya begitu saja.
"Tapi ini,, bagaimana bisa kau terluka seperti ini? Ayo ikut denganku dan mengobati lukamu lebih dulu." Kata Rolland menarik tangan Patricia ke dalam lift.
Semua karyawan yang berada di situ terkejut melihat bagaimana Rolland bersikap sangat lembut pada Patricia.
"Astaga, bagaimana ini?" Para resepsionis ketakutan, kalau Patricia sampai mengadu pada Tuan Rolland maka habislah mereka!
Sementara di dalam lift, Patricia berdiri dengan canggungnya, ia merasa tidak nyaman dengan tangan Rolland yang memegang tangannya.
"Adik ipar," Patricia menarik tangannya.
Rolland segera melepaskan tangan Patricia "Ah, maaf, aku tidak sadar." Jawab Rolland.
"Tidak apa." Jawab Patricia sembari menunggu lift sampai di tempat tujuan.
Ting!
"Ayo," Rolland menunggu Patricia melangkahkan kakinya keluar dari dalam, tapi setelah beberapa detik perempuan itu tidak bergeming.
"Ada apa?" Rolland kembali bertanya pada Patricia.
"Maaf, tapi aku rasa sebaiknya aku mengobati lukaku sendiri." Patricia akhirnya tersadar bahwa dia sudah naik ke lantai atas bersama dengan Rolland.
Dan tentunya, dia tidak mau disentuh oleh sembarang pria, meskipun dia adalah adik kandung Lewi tapi tetap saja dia bukan wanita yang mudah disentuh oleh pria mana pun!
"Tapi lukamu--"
"Aku bisa mengatasinya." Patricia berbicara sembari menekan lantai dasar pada tombol lift.
Rolland memperhatikan Patricia yang terlalu menjaga jarak darinya, perempuan itu meski sedang sakit dia seperti menyembunyikan seluruh lukanya di tempat yang tidak bisa dilihat oleh orang lain.
"Kalau begitu, aku akan mengantarmu," kata Rolland lalu mereka segera turun ke lantai dasar dan keluar dari perusahaan.
"Terima kasih atas pertolongan adik ipar," ucap Patricia dengan sopan lalu dia hendak berjalan ke arah parkiran ketika Rolland mencekal tangannya.
"Hanya ucapan terima kasih? Tidak ada yang lain?" Tanya Rolland.
Patricia mengernyit lalu melepaskan tangannya dari Rolland dan mundur 2 langkah.
Pria di depannya terlalu lancang dan dia tidak pernah menyukai pria seperti itu. Pria di depannya harusnya sudah tahu bahwa dia sudah menikah dengan kakaknya, dan seharusnya tahu bahwa kakaknya adalah seorang dengan temperamen yang buruk, mengapa dia terus mencarikan masalah untuknya?
"Aku sudah berhutang dua kali pada adik ipar, aku pasti akan membalasnya dilain hari." Kata Patricia.
"Tapi bagaimana kalau aku tidak ingin lain hari, tapi sekarang?" Suara Rolland terdengar tegas, tapi wajah pria itu terlihat santai.
Patricia menatap pria di depannya, diam-diam dalam hatinya dia bertanya-tanya apakah semua pria dari keluarga Azura memang suka mempersulit orang lain atau hanya perasaannya saja?
"Tidak perlu terlalu serius begitu, aku hanya bercanda. Kita adalah saudara ipar, bagaimana bisa aku meminta balas budi setelah menolongmu? Pergilah, obati lukamu." Ucap Rolland sebelum berbalik meninggalkan Patricia sendirian.
Sementara dari sisi lain, seorang pria yang duduk di kursi roda di dalam mobil melihat adegan itu.
Suasana di dalam mobil begitu menegangkan, tapi Jun yang duduk di kursi kemudi hanya bisa mengatur nafasnya supaya tetap stabil.
"Ternyata dia datang untuk menemui selingkuhannya, menarik." Sebuah kalimat dari mulut lebih membuat Jun hampir saja tersedak.
'Tuan benar-benar kejam, dia selalu menyimpulkan segala sesuatu dengan benar, tetapi saat hal itu berhubungan dengan Nyonya muda, semuanya selalu diprediksi dengan salah.' diam-diam dalam hatinya Jun merasa kasihan pada Patricia yang sudah masuk ke keluarga Azura.
sok polos
aneh banget pernah jadi pemimpin perusahaan, tapi "lugu"
Terima kasih ya Kak utk karyanya 🙏🏻💐
Semangat utk karya2 terbarunya 💪🏻🤗