Hamil Anak Siluman.

Revisi.

"Ada apa raja dan ratu ingin bertemu denganku?" ucap Pandita tanpa basa-basi dengan bersimpuh didepan orang tuanya.

"Duduklah nak." ucap Pramudya. Pandita berdiri lalu duduk di kursi yang berada di sebelah ayahnya.

"Nak, apakah Mecca bersedia menikah denganmu?" tanya Pramudya. Pandita mengangguk dengan senyum mengembang.

"Syukurlah nak, kalian memang harus segera menikah nak, Mecca sepertinya akan mengandung anakmu!" ucap Rengganis.

Pandita yang terkejut lalu menatap ibunya dengan tatapan tak percaya.

"Benarkah yang ibunda katakan?" tanya Pandita dengan senyum di bibirnya.

Rengganis tersenyum dan mengangguk.

"Benar nak, maaf jika bunda lancang karena mengintip kalian bercinta di telaga kristal, saat kalian selesai bercinta, ibunda melihat perut Amecca memancarkan cahaya berwarna putih terang. Itu tandanya benih yang kau tanam telah berhasil membuahi Mecca nak." jelas Rengganis.

Pandita meraup wajahnya lalu tertawa senang.

"Ha ha ha, aku akan menjadi seorang ayah begitu?" tanya Pandita dengan menatap kedua orang tuanya.

Pramudya dan Rengganis mengangguk dan tersenyum hingga memperlihatkan barisan giginya.

"Aku tidak menyangka Bunda, secepat ini aku akan menjadi ayah." Pandita berdiri dan berjingkrak senang hingga membuat Pramudya dan Rengganis tertawa.

"Nak, katakan pada Mecca, besok kita akan melakukan ritual pernikahan untuk kalian. Setelah itu sampaikan juga padanya jika," Pramudya menggantung kata-katanya dan menatap intens Pandita.

"Jika apa ayah, katakan saja." ucap Pandita dengan raut wajah bahagia.

"Jika setelah kalian menikah, kamu harus menjadi panglima perang untuk menyerang kerajaan ular biru yang berada di gunung Sinabung." ucap Pramudya.

Binar bahagia dari wajah Pandita perlahan memudar, berganti dengan wajah mendung dan mata berkaca-kaca.

"Haruskah aku mengikuti perintah ayah kali ini ayah, ayah benar-benar akan melakukan ini padaku, bahkan aku baru saja merasakan bahagia karena mengetahui Mecca mengandung anakku. Bagaimana ayah bisa tega mengirim ku ke Medan perang dalam kondisi Mecca yang sedang hamil ayah." ucap Pandita dengan suara serak.

"Pandita anakku, ayah minta maaf karena hal itu harus ayah lakukan nak, raja siluman ular biru memaksa ayah untuk menikahkan kamu dengan putrinya yang bernama Firas, Firas saat ini menjadi gila karena kamu menolak nya, mereka berencana untuk menyerang kerajaan kita nak, ayah pikir akan berbahaya bagi Mecca dan calon anak kalian jika mereka menyerang kerajaan kita, maka dari itu ayah mengirimkan mu untuk menjadi panglima perang sebelum mereka menyerang kerajaan kita terlebih dahulu. Kamu jangan khawatirkan Mecca nak, ayah dan bunda akan menjaga Mecca disini. Setelah kau berhasil dengan misi mu kali ini, ayah akan memberikan tahta raja padamu, kau tau kan, ayah sudah sakit-sakitan dan tidak mampu lagi untuk memimpin kerajaan ini. Dengan kehamilan Mecca, kau akan menjadi raja yang berjaya memimpin kerajaan ini nak, dan setelah anak kalian lahir, kau akan menjadi raja yang hebat nak, kekuatan mu tidak akan ada yang bisa menandinginya. Karena darahmu sudah bercampur dengan darah manusia." ucap Pramudya.

Pandita menjatuhkan bahunya lemas dan tergugu menangis karena sesak memikirkan harus meninggalkan Mecca dalam keadaan hamil.

"Kira-kira berapa lama aku akan meninggalkan Mecca ayah?" tanya Pandita dengan wajah merah karena menangis.

"Tergantung berapa lama kamu bisa mengalahkan kerajaan mereka nak, semakin cepat kamu bisa mengalahkan mereka, akan semakin cepat kamu pulang untuk bertemu Mecca." jawab Pramudya.

Rengganis turun dari kursi tahta ratu dan mendekati putranya yang sedang menangis.

"Nak, percayalah, kekuatanmu saat ini tidak ada tandingannya, darahmu sudah menyatu dengan darah manusia, selama Mecca disini aman, kau akan selalu kuat menghadapi musuh-musuh mu. Bunda berjanji akan menjaga Mecca dan calon anak mu dengan baik, bunda akan memberikan asupan bergizi untuk Mecca agar calon anak kalian sehat nak." ucap Rengganis dengan membelai pucuk kepala Pandita.

Pandita memeluk ibunya dan menumpahkan airmatanya di dalam pelukan ibunya.

Pramudya dan Rengganis ikut menangis karena sangat sedih melihat putra kesayangan mereka menangis.

Selama ini Pandita tidak pernah menolak jika Pramudya mengirimkannya menjadi panglima perang, bahkan pada perang paling besar sekalipun Pandita tak pernah gentar. Tapi kali ini pandita terlihat sangat rapuh karena harus meninggalkan Mecca dalam keadaan mengandung.

"Baiklah ayah, ibu. Kapan aku harus pergi?" Pandita mengangkat wajahnya setelah puas menumpahkan tangisannya.

"Lusa nak, ayah memberikanmu waktu untuk bersama istrimu setelah kalian menikah. Jika begitu ayah akan mempercepat pernikahan kalian malam ini. Agar kalian memiliki waktu sedikit lebih panjang untuk bersama." ucap Pramudya.

Pandita mengangguk dan berdiri meninggalkan kedua orang tuanya untuk menemui Amecca.

"Kanda, aku benar-benar tidak tega melihat putra kita seperti itu. kesedihan yang Pandita alami bahkan lebih sedih dari saat ia kehilangan kakek nya dulu." ucap Rengganis dengan menatap bahu pandita yang menjauh dari ruang tahta kerajaan.

"Mau bagaimana lagi adinda, akan lebih berbahaya jika aku yang menjadi panglima perangnya bukan. Selain aku bisa mati di Medan perang, raja ular biru juga bisa memonopoli kerajaan kita nantinya. Percayalah adinda, Pandita adalah pangeran terhebat yang kita miliki, bahkan banyak yang menginginkan Pandita untuk menjadikan nya menantu, tapi bersyukurlah kita, jika ternyata pandita berjodoh dengan manusia. Sangat mustahil terjadi manusia dan siluman bersatu, tapi ternyata pangeran kita bisa mematahkan pemikiran itu. Setelah pernikahan pangeran dan permaisuri, kerajaan kita akan semakin di segani dan di hormati oleh kerajaan lainnya. Tapi kita jangan jumawa, setelah putra mahkota terlahir, akan banyak musuh dalam selimut yang akan berusaha, dan mengatur taktik untuk bisa membunuh putra mahkota. Dan jika putra mahkota sampai tewas, maka hancurlah Pandita beserta kerajaan kita." jelas Pramudya. Rengganis mengangguk paham.

"Adinda, nanti kau yang harus memakaikan permaisuri pakaian pengantin ya, dan lilitkan kain ini ke bagian perut permaisuri, jangan sampai ada tamu undangan yang mengetahui kehamilan permaisuri, karena itu akan mengancam jiwanya." Pramudya memberikan kain yang melilit di bagian pinggangnya pada Rengganis untuk di pakaikan pada Mecca.

Para siluman yang memiliki ilmu tinggi yang akan menghadiri resepsi pernikahan Pandita dan Mecca malam ini akan bisa melihat jika Mecca sedang mengandung putra mahkota.

Dan jika mereka sampai mengetahui hal itu, mereka bisa membahayakan Mecca dan calon putra mahkota kerajaan mereka.

"Baik suamiku, aku pergi dulu."

Rengganis menuju kamar dimana Mecca sedang di rias.

sementara Pramudya meminta para abdi kerajaan untuk menyebarkan undangan resepsi pernikahan bagi seluruh rakyatnya dan beberes kerajaan yang berada tak jauh dari kerajaannya.

"Pandita, sebaiknya kamu bersiap-siap sekarang nak, bunda akan membantu dayang untuk menyiapkan Mecca." Rengganis mendekati Pandita yang sedang menatap Mecca yang sedang di pakaikan baju.

Pandita mengangguk paham dan keluar dari dalam kamar.

"Biar aku yang memakaikan menantuku pakaian, kalian boleh keluar." ucap Rengganis pada para dayang yang di tugaskan untuk membantu Mecca.

"Nak, kita lepaskan dulu pakaian mu ya. Bunda harus memakaikan kamu kain ini." ucap Rengganis dan kembali melepaskan pakaian yang sudah Mecca pakai.

"Kenapa harus memakai kain ini Bunda?" tanya Mecca penasaran.

"Pandita sudah mengatakan padamu nak jika kamu sudah mengandung anak Pandita?" tanya Rengganis.

Mecca lalu mendongakkan wajahnya dan menatap Rengganis dengan mata membelalak.

"Benarkah yang bunda katakan? Pandita tidak mengatakan apapun bunda, dia hanya diam memperhatikan Mecca. Apakah bisa secepat itu, padahal baru beberapa hari aku dan pandita melakukannya?" jawab Mecca, dan juga bertanya setelahnya. dengan raut wajah yang tak bisa di artikan.

"Hmm, kalian akan menjadi orang tua. Akan ada calon putra mahkota di dalam rahimmu, maka dari itu kita harus melindunginya dengan menyembunyikan kehamilan mu dari siluman lainnya. Mereka bisa membahayakan mu jika mereka mengetahui kehamilan mu. Kamu mengandung anak dari siluman nak, apapun bisa terjadi di sini, dunia siluman dan dunia manusia berbeda Mecca." ucap Rengganis menjelaskan.

Mecca hanya menghela nafas karena hidupnya sepertinya akan terasa berat.

"Maaf ya nak, jika kamu merasa hidupmu akan semakin rumit setelah menikah dengan Pandita, tapi bunda janji akan menjagamu dan putra mahkota, nyawa taruhan bunda demi melindungi kalian berdua." ucap Rengganis yang mengerti isi hati Mecca.

Mecca tersenyum kelu mendengar perkataan Rengganis.

"Bunda, aku memang merasa seperti nya hidup ku berat, tapi aku yakin, selam Pandita berada disisiku aku akan baik-baik saja.