FIRST LOVE LAST LOVE (Sekuel MENJADI YANG KEDUA)

Garffin yang sebelumnya memasang raut wajah dingin karena diliputi amarah yang membuncah sedikit menyunggingkan senyumannya melihat intens wanita muda yang menyamar menjadi laki-laki demi bertemu dengannya.

Garffin memberi isyarat dengan dagunya kepada peserta meeting dan keamanan untuk keluar ruangan. Tinggallah di dalam ruangan Garffin, Felix dan wanita muda yang menyamar menjadi seorang laki-laki.

Garffin duduk kembali di kursinya sambil menyilangkan kakinya dan mengusap dagunya. "Siapa kau. Kenapa kau ingin bertemu dengan ku", ketus Garffin menelisik wanita yang berdiri dihadapannya yang menatapnya dengan tatapan penuh kebencian.

Ibarat ujung pisau yang sangat runcing tatapan menghunus gadis dihadapan Garffin.

"Kembalikan rumah ku! kalian orang- orang brengsek yang tidak memiliki hati nurani, dengan seenaknya menggusur rumah ku", teriak wanita itu histeris. Dengan menggebu ia menunjuk muka Garffin dan hendak melemparkan kursi ke wajah Garffin.

Melihat kondisi tidak kondusif, Felix maju dan mencengkram kedua tangan wanita itu. "Jika kau ingin menyampaikan keluhan mu, jaga sikap nona. Atau saya akan akan meminta keamanan menyeret nona keluar sekarang juga", ucap Felix dengan tegas.

"Kalian orang kaya tidak tahu bagaimana rasanya tidur di jalanan karena rumah yang kalian miliki di gusur tanpa persetujuan pemiliknya", ucap wanita itu dengan ketus.

"Hanya rumah itu peninggalan orang tua ku yang aku miliki tuan", ucap nya dengan suara bergetar menahan tangisan.

"Duduklah", perintah Garffin.

"Aku tidak membutuhkan beramah-tamah kepadamu, aku hanya meminta milikku kembali", ketus wanita itu. Mengusap air matanya yang menyentuh wajahnya.

Sekilas Garffin melihat itu. Garffin menatap Felix dan menganggukkan kepalanya.

"Nona silahkan duduk, anda bisa menceritakan semuanya dihadapan tuan Garffin pemilik mall yang sedang dibangun", ucap Felix sambil membuka kursi yang tidak jauh dari tempat duduk Garffin.

"Sebutkan nama nona siapa", ucap Felix. Sementara Garffin menatap wanita itu yang menuruti perintah Felix.

"Nama ku Jessica. Sebelumnya rumah orang tua ku tepat di sebelah mall yang telah di bangun sisi kanan mall itu. Pada saat penggusuran di lakukan perusahaan tuan, aku sedang kuliah. Aku tidak pernah menandatangani kontrak atau perjanjian apapun sebelumnya. Bahkan perwakilan perusahaan anda tidak pernah menemui ku. Saat aku melakukan protes, menurut pengawas lapangan pihak perusahaan anda sudah memberikan uang kompensasi. Demi Tuhan aku tidak pernah melihat apalagi menerima uang yang di sebutkan itu", Ucap Jessica dengan suara bergetar. Lagi-lagi Garffin melihat gadis itu mengusap buliran-buliran bening yang menyentuh wajahnya.

Huhhh.. Garffin menyandarkan punggungnya di sandaran kursi.

"Felix, panggil pengawas lapangan kemari sekarang juga!".

Segera Felix menekan tombol Intercom yang terhubung langsung dengan pengawas lapangan. Tidak perlu waktu lama, sudah terdengar ketukan di pintu.

Felix mempersiapkan pengawas lapangan duduk.

"Jelaskan, siapa nona ini?", perintah Garffin.

Pengawas lapangan menatap wanita dihadapannya. "Nona ini pemilik rumah di sebelah gedung mall, tuan".

"Jelaskan kepada ku kenapa ia mengatakan tempat tinggalnya di gusur tanpa pemberitahuan dan tidak mendapatkan ganti rugi", ucap Garffin dengan tegas.

"Rumah itu atas nama Ali Mustafa tuan, perusahaan sudah memberikan ganti rugi.

"Itu bohong. Rumah itu milik ayah ku Amir Mustafa, aku sudah berapa kali mengatakan kepada mu Ali Mustafa adik ayah ku tidak memiliki hak apapun atas rumah itu. Pamanku sudah memalsukan tanda tangan ku. Aku sudah berapa kali menjelaskan kepada mu tapi kalian hanya mempercayai Ali Mustafa", ketus Jessica sambil menggebrak meja dengan keras.

"Tenang kan diri mu nona", ucap Felix mengingatkan Jessica yang seketika berdiri mendengar penjelasan pengawas lapangan itu.

"Bawa orang yang bernama Ali Mustafa sekarang juga kehadapan ku", perintah Garffin pengawas lapangan.

Setelah pengawas lapangan pergi..

"Felix minta pengacara Affandi kemari! Aku ingin persoalan dengan warga sekitar cepat selesai. Cari juga keberadaan manajer itu. Aku melihat banyak sekali masalah di proyek ini. Beberapa hari ke depan aku akan berkantor di sini. Persiapan semuanya. Aku akan mengambil tindakan hukum jika dugaan ku benar pada orang-orang yang terlibat", ucap Garffin.

"Baik tuan", jawab Felix dengan hormat.

Sementara Jessica mendengar pembicaraan kedua pria di ruangan itu. Ia sesekali menundukkan kepalanya. Beberapa kali pula Garffin mencuri pandang pada gadis itu.

*

Tok tokk tok

"Silahkan masuk", ucap Felix mempersilahkan pengawas lapangan dan seorang laki-laki masuk kedalam ruangan.

Keduanya duduk di hadapan Jessica. Laki-laki yang bernama Ali Mustafa, menunjukkan raut wajah tidak sukanya pada gadis itu.

Tok tokk tokk

Felix membuka pintu. "Silahkan masuk pengacara Affandi!".

"Selamat siang tuan Garffin", ucap pengacara sambil berjabatan tangan dengan Garffin. Garffin mempersilahkan pengacara Affandi duduk.

Affandi melihat gadis yang nampak tertunduk. "Jessica?".

Jessica mengangkat wajahnya menatap sumber suara yang memanggilnya. "Pak Affandi", ucap Jessica sambil menjabat tangan pengacara dengan hormat. Garffin menatap keduanya.

Tiga puluh menit berlalu. Terjadi perdebatan di dalam ruangan antara Jessica dan Ali. Namun Ali terdiam saat Jessica memperlihatkan sertifikasi asli rumah orang tuanya yang saat ini sudah rata dengan tanah.

Pengacara menyatakan sertifikasi itu asli. Ia memperingatkan Ali bahwa laki-laki itu bisa dijerat hukum. Ali berdalih ia melakukan tindakannya karena Jessica masih di bawah umur. Semakin membuat Jessica emosi. Beberapa kali Felix dan Affandi meminta Jessica untuk tenang.

*

"Terimakasih tuan karena sudah mau mendengarkan penjelasan saya", ucap Jessica sebelum keluar ruangan dimana masih ada Garffin, pengacara dan Felix. Garffin bersedia membayar ganti rugi rumah dan lahan milik gadis itu. Sementara pamannya dituntut untuk mengembalikan uang perusahaan yang sudah diberikan kepadanya dalam waktu yang sudah ditentukan.

Garffin meminta Jessica datang menemuinya besok pagi di tempat yang sama.

Sebelum Garffin pulang, pengacara menjelaskan bahwa Jessica adalah salah satu mahasiswi berprestasi di kampus tempat ia mengajar ilmu hukum.

*

Garffin memijat keningnya saat sudah berada di dalam mobil. Beberapa saat mobil yang di kendarai sopirnya meninggalkan proyek pembangunan mall.

Kedua netra Garffin menatap punggung perempuan yang baru saja ditemuinya memasuki halaman panti asuhan yang tidak jauh dari tempat proyek. Tepatnya dibelakang bangunan mall. Sopir sengaja lewat belakang agar terhindar dari padatnya kendaraan.

"Felix...cari tahu data tentang Jessica, aku menginginkan informasi tentang gadis itu", ucap Garffin.

Mendengar perintah atasannya itu membuat Felix mengeryitkan alisnya. "Baik tuan, secepatnya akan saya berikan informasi tentang nona Jessica", jawab Felix menahan senyumnya.