Kehidupan rumah tangga Riana baik-baik saja, sampai suatu malam dia tak sengaja bertemu dengan Almeer. Seorang pemuda yang hadir ke dalam hidupnya dan membuat biduk rumah tangganya menjadi kacau.
Rumah tangga Riana tak dapat lagi diselamatkan, setelah suaminya mengetahui Riana sedang mengandung anak dari pria lain.
Bagaimana lika-liku percintaan Riana dan Almeer?
Akankah mereka menemukan kebahagiaan?
Salahkah apa yang Riana lakukan?
Ikuti kisah selengkapnya.
Follow IG : @poel_story27
Cover By : @wnc_design_didesc
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Poel Story27, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perdebatan
"Berumur 35-tahun, dan seorang janda!" Tuan Adrian tersenyum hambar seraya melemparkan berkas yang di tangannya ke atas meja.
"Benar, Tuan," jawab orang kepercayaannya.
"Anak kurang ajar! Tukang buat malu, mau kutaruh di mana wajahku jika berita ini sampai ke media!" Tuan Adrian menggeram emosi.
Nyonya Agnes memegangi dadanya, dia terlihat syok mengetahui informasi dari orang kepercayaan suaminya.
"Tidak, anakku tidak boleh berhubungan dengan wanita seperti itu. Ini tidak bisa dibiarkan, ini sangat memalukan!" Nyonya Agnes mengepalkan kedua tangannya.
Sementara itu Tuan Adrian langsung meraih ponsel untuk menghubungi anaknya.
"Datang ke mansion malam ini untuk makan malam, daddy tunggu!" Perintah itu langsung keluar dari mulut tuan Adrian, begitu Almeer menjawab panggilannya.
"Iya, Dad," jawab Almeer lesu.
Di seberang sana Almeer menghela napas berat, dia tahu apa maksud daddynya memanggilnya pulang. Semua ini pasti berhubungan dengan Fenny, gadis itu pasti sudah mengadu kepada orang-tuanya, sehingga orang-tuanya yang sedang berlibur itu jadi pulang mendadak.
Setelah selesai mandi dan mengganti pakaiannya, Almeer berangkat ke mansionnya. Dengan berat hati Almeer harus membatalkan niatnya untuk mengajak Riana makan malam romantis malam ini. Bukan mengajak, memaksa lebih tepatnya, karena Riana sudah pasti akan menolak.
Saat tiba di mansionnya Almeer langsung disambut tatapan marah daddynya, tuan Adrian berdiri seraya mengambil berkas yang ada di atas meja, lalu melemparkannya kepada Almeer.
"Jelaskan apa maksud semua itu, Al" bentak Tuan Adrian.
Nyonya Agnes mengusap lengan suaminya agar sedikit tenang. "Dad, jangan terlalu keras, kita bicarakan sambil makan, ya," bujuknya.
Almeer memungut berkas yang dilemparkan Daddynya di lantai, dia melihat itu adalah data pribadi milik Riana.
"Jadi Daddy memanggilku ke sini hanya untuk membicarakan ini?" Almeer meremas berkas yang kini di tangannya.
"Gunakan otakmu, Al! Sejak kapan kau menjadi bodoh? Kita ini keluarga terhormat, beraninya kau membuat malu daddy!" bentak tuan Adrian.
"Apanya yang salah? Aku berhak memilih dengan siapa aku berhubungan, Daddy tidak berhak mengaturku. Dan jika Daddy menyuruhku datang hanya untuk menjauhi Riana, maaf aku tidak mau," tegas Almeer.
"Al, kau itu sudah dijodohkan dengan putri paman Danesh, dia itu sahabat Daddymu, mommy tidak ingin kau merusak hubungan keluarga kita dengan keluarga paman Danesh." Nyonya Agnes tidak sabar untuk menyela.
"Perjodohan ini kami lakukan untuk kabahagianmu sendiri, Al. Dengan menikahi Fenny kamu akan menjadi orang terkaya di Indonesia, bahkan salah satu yang terkaya di dunia." Nyonya Agnes menambahkan.
Almeer berdecak pelan, bahkan di usia yang sudah menua, orang-tuanya masih menjadikan harta sebagai tolak ukur.
"Kebahagiaanku? Apa sebuah pernikahan bisnis bisa mendatangkan kebahagiaan? Tidak, dan aku dengan tegas menolak perjodohan ini. Aku tidak akan menikahi putri rekan bisnis Daddy itu," tolak Almeer.
"Tidak bisa, kau harus menurut dan menikah dengan putrinya Danesh!" bentak Tuan Andrian tidak ingin dibantah.
Tapi bukan Almeer namanya jika akan menurut seperti kerbau yang dicolok hidungnya. Bagi Almeer sudah cukup dia mengalah, menuruti semua keegoisan orang-tuanya sejak dia masih kecil. Sekarang jangan lagi.
"Maaf, Dad. Kali ini aku mengecewakamu," ujar Almeer dengan santai, lalu berbalik badan ingin meninggakan ruangan tersebut.
"Anak kurang ajar! Beraninya kau bicara seperti itu kepada orang tua yang telah membesarkanmu dengan penuh kasih sayang!" bentak Tuan Adrian meluapkan amarah yang kini memuncak di kepalanya.
Kasih sayang? Dua kata itu membuat Almeer menghentikan langkahnya, dia berbalik badan lalu menatap daddynya.
"Kasih sayang? Kasih sayang seperti apa yang Daddy maksud? Yang kalian pikirkan hanya harta dan harta! Apa Daddy lupa, bahwa kalian selalu pergi meninggalkanku dan Aeyza saat kami masih kecil?"
"Al, dengarkan mommy baik-baik, kami melakukan semua itu agar kamu dan Aeyza memiliki masa depan yang terjamin," sahut nyonya Agnes dengan nada membujuk.
Almeer tertawa hambar. "Dengan mengorbankan perasaan anak-anaknya? Seperti yang kalian lakukan selama ini padaku dan Aeyza? Apa Mommy dan Daddy pernah memikirkan perasaanku dan Aeyza? Kalian terlalu mengejar harta sampai lupa anaknya juga membutuhkan perhatian dan kasih sayang."
"Al, tidakkah kamu melihat hasil dari semua itu? Kamu dan adikmu tinggal menikmati jerih payah mommy dan daddy. Lantas kami bisa menikmati hari tua dengan tenang, karena sudah mencukupi semua kebutuhan untuk anaknya," sanggah nyonya Agnes.
"Tapi Mommy dan Daddy lupa, bahwa kebutuhan anak bukan sekedar tentang materi. Seorang anak juga membutuhkan perhatian dan kasih sayang dari orang-tuanya. Oh, Tuhan, kalian bahkan tidak tahu jika Za selalu menangis setiap malam karena ditinggal oleh orang-tuanya. Kami berdua hanyalah anak malang yang tidak pernah mendapat perhatian dari mommy dan daddynya."
"Satu lagi, di saat kami sudah dewasa pun kami tetap tidak mendapatkan kasih-sayang yang seharusnya menjadi hak kami! Contohnya sekarang, kalian bahkan tidak berinisiatif pulang saat Za melahirkan, kalian seolah tidak peduli dengan kelahiran cucu kalian, anaknya Za. Bahkan karena kalian terlalu memaksa suaminya mengurusi perusahaan, sehingga Za harus melahirkan tanpa didampingi suaminya." Almeer menggelengkan kepalanya.
"Dan aku heran, Mommy dan Daddy langsung pulang saat ingin mengurus sebuah pernikahan bisnis, aku tidak menyangka di umur kalian yang sudah menua, yang kalian pikirkan masihlah harta dan harta. Tanpa pernah sekali pun memikirkan perasaan anaknya!" pungkas Almeer.
"Al, maksud mommy dan daddymu bukan seperti itu!" Nyonya Agnes berusaha meredakan emosi anaknya, karena jika dibiarkan seperti ini, Almeer dan daddynya yang sama-sama keras kepala pasti akan terlibat keributan.
"Sudahlah, Mom. Kalian memang tidak pernah mengerti perasaan kami." Almeer medesah berat lantas mengayunkan langkah untuk pergi.
"Berhenti di tempatmu, Al. Atau daddy akan mencoretmu dari hak waris keluarga, dan mengeluarkanmu dari Rahadi group!" Teriak tuan Adrian dengan nada membentak.
"Daddy, mengapa malah bicara seperti itu?'' Nyonya Agnes menyesali sikap suaminya yang terlalu keras kepada sang anak.
"Dia itu yang kurang ajar, tidak tahu diuntung!"
Nyonya Anges menggelengkan kepala, sikap suaminya yang terlalu keras inilah yang membuat hubungan mereka dengan anak-anak sangat renggang.
Almeer kembali mengehentikan langkahnya. "Terus saja mengancam seperti itu, Dad. Seolah-olah aku akan kelaparan tanpa harta milik Daddy. Daddy lupa? Aku masih memiliki beberapa perusahaan yang aku bangun dengan jerih payahku sendiri, aku rasa itu sudah lebih dari cukup untukku bertahan hidup."
"Ya, tapi kau membangunnya dengan uangku!"
"Daddy ...." Nyonya Agnes mengusap dada suaminya semakin kelewat batas.
Almeer menghela napasnya dalam-dalam. "Baiklah, aku tidak keberatan jika Daddy juga menginginkannya. Aku akan menyerahkannya kepada Daddy, tanpa semua itu pun aku masih bisa bertahan hidup!"
"Nak, semua yang kami miliki adalah milikmu dan Aeyza, tidak akan ada yang mengambilnya darimu," bujuk nyonya Agnes.
"Tidak masalah, Mom. Jika memang itu yang Daddy inginkan, maka aku mengembalikannya. Dan asal Mommy tahu, aku tidak akan pernah meninggalkan wanita dalam berkas ini. "Almeer menunjukkan berkas pribadi Riana. "Karena dia sedang mengandung anakku!"
Bersambung.
Jangan lupa tinggalkan like, dan komentarnya, ya.
semangaaaat semua perempuan