Kisah seorang menantu yang pernikahannya hancur karena ibu mertuanya yang memaksa putranya untuk menikah lagi dengan alasan sang menantu mandul. Vanniya harus merasakan sakit hati melihat kemesraan sang suami bersama madunya hingga ia membalas rasa sakit ini kepada ibu mertuanya.
Suatu hari ibu mertua Vanni mendapati sang suami membawa wanita lain ke rumahnya dengan status sebagai istri kedua. Wanita itu terduduk lesu, Vanni yang melihatnya segera mendekatinya.
" Bagaimana ma? Manis bukan madu yang aku kirimkan untuk mama?"
Bagaimana usaha Vanni balas dendam kepada ibu mertuanya? Apakah setelah ini Vanniya akan kembali kepada sang suami atau ia memilih meninggalkan suaminya dan menjalani kehidupan barunya?
Ikuti dan dukung kisah mereka berdua.
Baca pelan" dan tidak perlu boomlike karena akan mengurangi performa karya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon swetti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
HANA KEGUGURAN
Tiba.. tiba...
Huek..
Hana langsung menutup mulutnya saat perutnya terasa mual seperti mau muntah, ia berlari menuju wastafel kamar mandi yang ada di dapur. Melihat itu tuan Ardi begitu panik. Ia segera berlari menyusul Hana.
Huek...
Hana memuntahkan seluruh isi perutnya ke dalam wastafel. Tuan Ardi yang baru tiba segera memijat tengkuk Hana berharap kondisi Hana bisa membaik.
" Sayang kamu kenapa? Tolong jangan buat mas khawatir." Ujar tuan Ardi.
Hana membasuh mulutnya dengan air bersih.
" Sepertinya aku hamil mas." Ucap Hana membalikkan badan menghadap sang suami.
" Tidak sayang."
Sungguh reaksi yang suami membuat Hana tak mengerti. Ia menatap tuan Ardi sambil mengerutkan keningnya.
" Apa maksudmu tidak mas?" Selidik Hana.
" A... Aku.. Aku tidak siap menjadi seorang ayah sayang."
Deg...
Jantung Hana terasa berhenti berdetak. Ia menatap sang suami dengan tatapan kecewa.
" Jadi mas tidak mau punya anak dariku?" Hana tersenyum kecut menertawakan dirinya sendiri.
" Bu... Bukan begitu sayang. Mas.. "
" Lalu apa lagi?" Tanya Hana dengan nada tinggi. Ia marah bercampur kecewa mendengar jawaban dari sang suami. " Kalau memang tidak ingin punya anak dariku, tidak masalah mas. Aku bisa menggugurkannya, dan kita pisah."
" Tidak sayang, mas tidak bisa berpisah darimu." Tuan Ardi menggenggam tangan Hana namun Hana segera menepisnya.
" Aku tidak peduli mas, mau kamu bisa hidup tanpaku atau tidak, aku sudah tidak peduli lagi. Mungkin kau hanya menginginkan anak dari mbak Ratna saja. Aku sadar diri mas, aku bukan seseorang yang mas harapkan. Semua itu karena salahku sendiri yang masuk ke dalam hidupmu." Ujar Hana.
" Sayang dengarkan mas dulu! Bukannya mas tidak mau memiliki anak darimu, tapi untuk saat ini mas belum siap punya anak lagi. Mas.."
" Cukup mas!!!!!" Bentak Hana membuat tuan Ardi berjingkrak kaget. " Aku tidak mau mendengar alasanmu karena aku tahu tujuan kamu setelah ini. Kamu ingin memintaku untuk menggugurkannya kan? Tidak masalah, aku bisa melakukannya."
Hana pergi meninggalkan tuan Ardi begitu saja. Kekecewaan yang mendalam membuat kesedihan di dalam hatinya. Pria yang ia cintai, pria yang ia pilih sebagai akhir tujuan hidupnya justru tidak menginginkan seorang keturunan darinya. Dosa apa yang pernah ia perbuat sebelumnya, akhirnya mendapat karmanya. Tanpa terasa air mata menetes membasahi pipi tirus milik Hana.
Semua orang terheran saat Hana melewati ruang tamu begitu saja. Tuan Azka dan nyonya Hani saling melempar tatapan. Tuan Azka mengedikkan kedua bahunya. Tak lama tuan Ardi pun menyusulnya.
" Ardi." Panggil tuan Azka menghentikan langkah tuan Ardi.
" Iya mas." Sahutnya.
" Kenapa dengan Hana? Apa dia baik baik saja? Sepertinya dia sedang tidak enak badan." Ujar tuan Azka.
" Sepertinya begitu mas, tapi mas Azka tenang saja! Aku akan mengurusnya dengan baik." Ujar tuan Ardi.
" Baiklah kalau begitu." Sahut tuan Azka tidak mempermasalahkan kepergian adiknya tanpa pamit.
Hana berlari kecil menuju mobilnya yang ada di seberang jalan. Rupanya kesedihan yang ia rasakan membuatnya kurang hati hati dalam bertindak. Ia menyebrang tanpa melihat ke kiri kanan. Tanpa ia sadari, sebuah mobil mewah melaju dengan kecepatan tinggi.
Tin... Tin....
Pengemudi mobil itu tak sempat menginjak rem hingga...
Brak....
Mobil tersebut menabrak tubuh Hana hingga Hana terpental beberapa meter. Sepertinya perut Hana yang terbentur bagian depan mobil.
" Hanaaaaaaa!!!!!!" Teriak tuan Ardi yang menyaksikan kejadian naas itu dengan mata kepalanya sendiri. Ia segera berlari menghampiri tubuh Hana yang tergeletak di aspalan dengan bersimpah darah. Terutama darah dari sela sela kakinya.
" Astaga anakku." Gumam tuan Ardi.
" Tolong bawa kami ke rumah sakit segera." Ucap tuan Ardi kepada pengemudi yang baru menabrak Hana. Pengemudi itu kelihatan masih syok hingga ia tidak memberikan respon apapun.
Keluarga Azkara yang mendengar teriakan tuan Ardi beserta suara dentuman mobil yang terdengar keras segera keluar memastikan apa yang terjadi di luar rumahnya. Tuan Azka dan yang lain benar benar terkejut saat melihat tuan Ardi yang memeluk Hana dengan darah yang menempel di bajunya.
" Astaga Hana!!!" Teriak nyonya Hani. Ia segera berlari mendekati tuan Ardi.
" Kita harus segera membawanya ke rumah sakit." Ucap nyonya Hani. Ia menatap suaminya, " Mas langsung siapkan mobil, kita harus segera membawa Hana ke rumah sakit. Dan kalian," Nyonya Hani menatap Tama dan Arga, " Tahan pelaku yang menabrak Hana. Dia harus bertanggung jawab sepenuhnya."
" Baik tante."
Tuan Azka dan nyonya Hani segera membawa Hana ke rumah sakit untuk segera mendapatkan pertolongan. Sampai di rumah sakit, Hana segera masuk ke ruang ICU guna mendapatkan penanganan dari dokter terbaik di rumah sakit itu.
" Bagaiamana ini bisa terjadi Ardi? Ada sebenarnya dengan kalian? Apa ada masalah?" Tanya tuan Azka menatap adik iparnya yang sedang duduk di kursi tunggu.
" Hana hamil mas."
Deg..
" Apa?? Hana hamil?" Tanya tuan Azka mengulangi ucapan tuan Ardi.
" Iya mas. Semua ini salahku, aku yang salah mas hiks.. "
Tuan Azka semakin tidak mengerti kenapa adik iparnya ini menyalahkan dirinya sendiri.
" Aku mengatakan kepada Hana kalau aku belum siap menjadi seorang ayah lagi, Hana marah mas. Dia pergi begitu saja, mungkin saat menyebrang dia tidak menengok kiri kanan sampai sampai mobil itu menabrak istriku hiks..." Tuan Ardi semakin terisak mengingat kejadian yang begitu cepat tadi.
" Apa alasanmu belum siap menjadi seorang ayah? Bukan kah kau bilang sangat mencintai adikku? Kalian berhubungan layaknya suami istri pada umumnya, seharusnya kamu tahu konsekuensi dari perbuatanmu itu. Lalu kenapa sekarang setelah Hana hamil kamu merasa belum siap? Atau memang sebenarnya kamu hanya mempermainkan adik saya Ardi?" Selidik tuan Azka menatap adik iparnya dengan tatapan menyelidik.
" Aku.. Aku terkena.. "
Belum sempat tuan Ardi melanjutkan ucapannya, tiba tiba dokter memanggilnya.
" Keluarga nyonya Hana."
" Saya suaminya dok."
Dokter itu nampak tertegun melihat sosok pria di depannya. Ia menatap tuan Ardi dari atas sampai bawah.
" Usia kami memang terpaut jauh dok." Ujar tuan Ardi membuat dokter tersebut tersadar dari lamunannya.
" Oh maaf tuan saya tidak bermaksud." Ucap dokter merasa tidak enak hati.
" Bagaimana keadaan istri saya dok?" Tanya tuan Ardi.
" Istri anda mengalami keguguran tuan, dan benturan keras pada perutnya membuat rahimnya rusak. Dengan sangat terpaksa saya mengatakan jika istri anda tidak mungkin bisa hamil lagi."
Jeduarrrr...
Tuan Ardi sangat terkejut dengan kabar ini, bahkan ia sangat terpukul dengan apa yang telah menimpa istrinya. Hana sangat menginginkan anak ini dan sekarang, bahkan Hana tidak bisa mengandung lagi. Tubuh tuan Ardi terhuyung ke belakang. Rasanya seluruh urat urat sendinya terasa lemas bagai jelly.
" Bagaimana aku bisa menjelaskan hal ini kepada Hana? Aku tidak bisa membayangkan reaksinya nanti. Ya Tuhan, karena kesalahanku akhirnya Kau menghukumku seperti ini. Aku menyesal Tuhan, maafkan aku! Aku sudah menerima takdirMu dengan ikhlas, tapi mengapa ujian yang aku terima justru bertubi tubi seperti ini? Apakah Hana akan memaafkan aku? Andai saja aku bisa memilih, aku pasti akan memilih memiliki banyak anak bersamanya. Kenapa Tuhan? Kenapa semua ini terjadi padaku? Apakah ini karma yang harus aku tanggung karena dulu pernah menyakiti hati menantuku?"
TBC...
Hayooo sebenarnya tuan Ardi kenapa nih? Ada yg bisa tebak?
percepat pertemukan mereka kak, ingat karma itu ada kak hukum Alloh lebih kejam.