PENJARA CINTA Untuk STELLA

Zein duduk termenung di balkon depan kamar mewahnya. Pria tinggi besar ini tiba-tiba mengingat senyuman seorang wanita yang pernah mengukir kebahagiaan di hatinya. Siapa lagi kalau bukan Stella.

Pria ini sekarang menyadari, jika dirinya salah. Salah karena telah menuduh Stella berbuat hina. Kali ini Zein hanya bisa menatap kosong ke arah hamparan laut lepas yang ada di belakang vilanya.

Deburan ombak serasa mencabik-cabik harga dirinya. Mengolok-olok kebodohannya. Menertawakan betapa kolot pemikirannya.

Menyesal ... hanya itulah kata yang kini mewakili suara hati pria ini. Andai ia tahu di mana Stella berada, saat ini juga ia ingin menghampiri wanita itu. Meminta maaf pada wanita yang ia sakiti dan ia taburi racun hatinya, di saat di mana Dia seharusnya bahagia.

Zein menatap nanar di antara ombak-ombak yang bergulung penuh keceriaan. Jika boleh ia ingin meminta pada angin nyang kini bercanda dengan ombak. Memohon pada angin untuk menyampaikan rindunya pada Stella. Untuk mengantarkan permintaan maaf pada wanita itu. Zein, menangis ... hatinya resah, terbelengu oleh rasa takut kehilangan sekarang.

***

Di sini, bukan hanya Zein yang gelisah. Ada juga Rehan. Pria tampan ini terlihat mondar mandir di kamar pribadinya. Memikirkan bagaimana cara menyampaikan kabar buruk ini pada Zein. Rehan yang sangat paham dengan sikap tempramen Zein, tentu saja khawatir dengan apa yang mungkin terjadi pada Widya, yang tak lain adalah ibu kandung dari Zein sendiri. Rehan takut, jika kabar yang akan ia sampaikan pada big bosnya akan menimbulkan polemik antara ibu dan anak ini.

Pria tampan yang berprofesi sebagai asisten pribadi Zein ini, bukan hanya menghawatirkan masalah yang mungkin akan timbul di keluarga Zein. Diam-diam ia juga menghawatirkan seorang gadis yang ia selamatkan di club beberapa hari yang lalu.

Rehan sangat prihatin saat melihat tempat tinggal Renata yang baru. Hanya kontrakan sepetak yang ia huni sendiri. Gadis ini rela tinggal di kontrakan sempit itu karena rumah penginggalan sang orang tua telah ia jual untuk membayar biaya pengobatan sang adik tercinta. Yang kini telah berjuang melawan kanker otak stadium 3. Kesedihan yang dirasakan Renata tak sampai di situ. Ia dijebak oleh seseorang untuk menjadi wanita penghibur. Padahal, awalnya ia hanya di tawari sebagai pelayan di sebuah restoran. Ia memang dikasih tahu bahwa restoran tempat ia bekerja hanya buka di jam malam saja, namun gadis ini tidak menyangka jika restoran yang dimaksud orang tersebut adalah sebuah tempat laknat yang akan menghancurkan masa depannya.

Beruntung ia bertemu Rehan, meskipun awalnya ia sangat marah pada pria ini.

Rehan tak bisa menahan rasa kasihannya pada gadis ini. Akhirnya demi memastikan gadis itu baik-baik saja ia pun menyewa seseorang untuk menjaga gadis itu. Entahlah, kenapa ia bisa sepeduli ini dengan seorang wanita, selain pada Evelyn, sang mantan istri yang meninggalkannya demi pria yang lebih mapan darinya. Yang lebih bisa memanjakannya dengan harta benda.

Tak kuasa memedam kekhawatirannya, Rehan pun meraih jaket dan juga kunci motor sportnya. Ia ingin melihat sendiri keadaan gadis itu. Apakah dia baik-baik saja atau membutuhkan bantuannya.

Rehan memacu kendaraannya menuju kediaman Renata. Wanita ayu yang kehilangan pekerjaannya gara-gara ulah sang big bos.

Seperti seseorang yang memiliki hutang dan ingin segera melunasinya, akhirnya Rehan pun sampai juga di tempat tinggal Renata.

Sesampainya di sana, Rehan tertegun. Ia melihat banyak sekali orang keluar masuk kontrakan gadis itu. Ramai sekali. Seperti terjadi sesuatu. Setelah Rehan mendekat, ia pun terkejut. Netranya menangkap pemandangan yang menyayat hati.

Terlihat Renata sedang menangis. Menangisi seseorang yang tengah terbujur kaku dan Rwhan yakin itu adalah Jenazah Riyanti. Yang tak lain adalah adik kandung Renata.

Hati Rehan serasa hancur, remuk redam tak tersisa. Bagaimana tidak? Ia datang ke tempat ini membawa tujuan hendak membantu pengobatan adik dari gadis itu. Sayangnya sebelum tujuannya terlaksana, seseorang itu telah berpulang untuk selama-lamanya.

Rehan terpaku. Menatap nanar pada sepotong jasad yang tak mau menunggu uluran tangannya datang. Yang tak kuat lagi menunggu ia menyalurkan niatnya. Yang tak sabar menunggunya mencarikan obat untuknya.

Sesal ... hanya itulah kata yang ini ada di dalam hatinya. Rehan menangis dalam diam. Pria ini tak sanggup menemui Renata. Tak mampu menatap mata gadis itu. Padahal ia ingin meminta maaf dan maaf pada gadis itu. Karena tak mampu mengendalikan keadaan, sebagai teman sekaligus sahabat Zein.

Seandainya ia bergerak cepat, mencari penyebab sang big bos membatalkan pernikahannya. Mungkin, keadaan ini tak akan berimbas panjang seperti ini. Ah .... Entahlah, Rehan hanya bisa membenci dirinya sendiri sekarang. Menyalahkan kelalaiannya. Menyalahkan ketidaksepurnaannya.

Menyesal ... hanya itulah yang ada di benaknya saat ini.

****

Rehan berada dalam penyesalan karena tak mampu mengendalikan keadaan. Berbeda dengan seorang pria paruh baya yang kini sedang berada di salah satu tahanan di Singapura karena kasus penyalahgunaan obat terlarang. Siapa lagi kalau bukan Jovan, ayahanda dari Stella.

Merasa tak pernah memiliki barang haram itu, Jovan pun meminta seseorang mencari tahu siapakah yang menaruh barang jahanam itu ke dalam minuman sekaligus saku celananya.

Pria ini mencurigai Anti, sang mantan istri. Jovan bersumpah, jika kecurigaannya terbukti maka ia tak akan segan-segan melenyapkan wanita itu dari muka bumi.

Bersambung ....