SEQUEL dari Novel BOSKU SUAMIKU
Zia putri reyga, putri bungsu dari pasangan Zara almeera reyga dan Alfatih reyga. Gadis berparas cantik yang berkepribadian periang harus menerima perjodohannya dengan seorang pria yang ia sukai di masa lalu, yang saat ini menjadi dosennya.
Nathan himawan, pria berpostur tinggi tampan yang merupakan seorang dosen di sebuab Universitas tempat Zia menuntut ilmu. Perjodohannya dengan Zia mampu menggetarkan hatinya yang sempat mati.
Namun pernikahan yang mereka jalani cukup rumit, kehadiran orang ke tiga di antara mereka mampu membuatnya saling menjauh.
Saling mencintai namun tak terungkap.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Savana Alifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TRAGEDI LIPSTIK
Zia memutar bola matanya dengan malas, setelah sang suami menyuruhnya membawakan tugas dari semua mahasiswanya dengan dalih sebagai hukuman karena Zia dan Lili berbisik-bisik saat jam mata kuliahnya, maka di sinilah Zia sekarang, di ruangan sang dosen yang faktanya berstatus sebagai suaminya.
"Ini pak buku-bukunya, saya permisi". Zia mengibaskan tangannya yang terasa pegal, membawa bertumpuk-tumpuk buku dan makalah cukup membuat tangannya terasa kebas. Perempuan itu berbalik hendak meninggalkan ruangan sang dosen. Namun perkataan yang kemudian terdengar olehnya membuat langkahnya terhenti.
"Siapa yang menyuruhmu keluar, hukuman kamu masih belum selesai Zia Himawan. Nathan sengaja membubuhkan nama belakangnya setelah nama sang istri, yang mana itu membuat perempuan itu mengulum senyumnya kemudian menoleh.
"Apa lagi pak dosen? Apakah saya harus memijat bahu Anda?".
"Kemarilah!!". Titah Nathan. Zia melangkah menghampiri sang suami, berdiri di sebelahnya sesuai dengan perintah pria itu.
Perempuan itu tertawa saat Nathan dengan keras menarik tangannya hingga ia terjatuh ke pangkuan pria itu. Zia mengalungkan ke dua tangannya pada leher Nathan, menyatukan kening mereka seraya tersenyum.
"Ini jam kuliah mas, kamu gak profesional loh".
"Biarin, abisnya aku kangen".
"Kangen?? Baru beberapa menit doang kita pisah mas, masa udah kangen".
"Emang kamu gak kangen sama aku? Aku gak kebayang kalo harus hidup jauh dari kamu, gimana jadinya hidup aku tanpa kamu, baru beberapa menit aja aku gak tahan".
"Kangen lah, tapi ini kan di kampus mas, kalo ada yang liat gimana?"
"Bodo amatlah, palingan aku di laporin terus di pecat papa kamu deh".
Zia yang merasa gemas pada pria itu mencubit hidung lancipnya, hingga pria itu mengaduh dan semakin merajuk.
"Gampang banget kamu ngomong".
Zia tak lagi berkata saat sang suami menyatukan bibir mereka. Keduanya saling memejamkan matanya menikmati hangatnya cinta yang tersalur dari sentuhan bibir.
Suara ketukan di pintu menghentikan kegiatan mereka namun bibir keduanya masih saling menempel. Zia mendorong dada Nathan saat ketukan itu terdengar kembali namun pria itu malah dengan sengaja melanjutkan kegiatannya.
"Ada orang mas". Bisik Zia, perempuan itu hendak beranjak, namun tangan kekar Nathan menahan pinggangnya. "Mas". Tegurnya lagi.
Nathan berdecak sebal, mengecup singkat bibir menggoda milik istrinya sebelum keduanya benar-benar beranjak dan saling menjauh. Pria itu membukakan pintu ruangannya, salah satu mahasiswinya berdiri di sana dengan buku di tangannya.
"Ada apa?". Tanya Nathan dengan tegas.
"Maaf pak, tugas saya tadi ketinggalan". Gadis itu menatap Nathan dengan kagum, tubuh tinggi kekar di padukan dengan pahatan wajah tampan yang nyaris sempurna membuat Nathan menjadi dosen idola di sana. Tak sedikit gadis yang dengan terang-terangan menyatakan perasaannya, namun Nathan tak pernah menanggapinya. Apalagi sekarang hatinya milik Zia seorang, wanita cantik yang membuatnya tergila-gila, mana mungkin ia bisa berpaling ke lain hati saat hatinya telah di penuhi dengan nama Zia.
"Ekheeemmm". Zia berdehem keras, memutus tatapan penuh minat dari salah satu mahasiswi sang suami yang dengan jelas menyukainya.
"Maaf-maaf, saya khilaf, abisnya bapa gantengnya gak ketulungan". Gadis itu tampak tersenyum cengengesan. "Permisi pak".
"Silahkan". Ucap Nathan.
Namun baru beberapa langkah gadis itu mengayunkan kakinya, ia berbalik lagi menatap Nathan.
"Ada apa lagi?". Bukan Nathan yang bertanya, melainkan Nyonya Nathan yang tampak siap-siap mengeluarkan taringnya.
Gadis itu menoleh pada Zia, kemudian kembali menatap Nathan. Gadis itu berkata, "Apa bapa pakai lipstik? Kenapa bibirnya se pink itu??"
"Eh??". Zia menatap Nathan, sepertinya lipstiknya berpindah tempat dari bibirnya ke bibir pria itu. Dan Zia pun menepuk jidatnya sendiri.
Sementara Nathan, pria itu dengan gelagapan mengelap bibirnya sendiri, kemudian menatap tajam mahasiswi di depannya. "Sudah? Kalo sudah silahkan pergi". Ucapnya dingin.
Bukan pipinya yang memerah, namun telinga pria itu yang tampak memerah, entah karena marah atau malu.
Zia mengambil tissue dari meja, kemudian mengelap bibir pria itu dengan menahan tawanya yang nyaris meledak sejak tadi. Suaminya itu terlihat cantik dengan bibir pink merekah, dan Zia tak mampu lagi menahan tawanya, perempuan itu terbahak dengan mendekap tubuh kekar suaminya.
"Kamu pake lipstik apa sih? Kok luntur? Ketawa lagi". Nathan berucap ketus. "Lain kali pake lipstik mahal atu yank, supaya gak luntur".
"Itu juga mahal kok, kamu nya aja yang terlalu gerusukan, jadi luntur deh".
Keduanya saling menatap, saling menahan tawa namun detik berikutnya mereka terbahak. Ah bahagianya...