IG : embunpagi544
Kematian istri yang paling ia cintai beberapa saat setelah melahirkan kedua buah hatinya, membuat hati seorang laki-laki bernama Bara seolah membeku, dan dunianya menjadi gelap. Cintanya ikut ia kubur bersama mending sang istri. Alasan kenapa Bara masih mau bernapas sampai detik ini adalah karena kedua buah hatinya, si kembar Nathan dan Nala. Bara tak pernah sedikitpun berniat untuk menggantikan posisi almarhumah istrinya, namun demi sang buah hati Bara terpaksa menikah lagi dengan perempuan pilihan sang anak.
SYAFIRA seorang gadis berusia 20 tahun yang menjadi pilihan kedua buah hatinya tersebut. Syafira yang sedang membutuhkan uang untuk pengobatan adik satu-satunya dan juga untuk mempertahankan rumah dan toko kue kecil peninggalan mendiang ayahnya dari seorang rentenir, bersedia menikah dengan BARATA KEN OSMARO, seorang duda beranak dua. Mungkinkah hati seorang Bara yang sudah terlanjur membeku, akan mencair dengan hadirnya Syafira? Akankah cinta yang sudah lama ia kubur bersama mendiang sang istri muncul kembali?
"Aku menikahimu untuk menjadi ibu dari anak-anakku, bukan untuk menjadi istriku..." Bara.
"Lebih baik aku menikah dengan om duda itu dari pada harus menjadi istri keempat rentenir bangkotan dan bulat itu..." Syafira.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon embunpagi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35
Terlalu asyik mengobrol dengan kedua sahabatnya, Syafira hampir lupa jika si kembar sudah waktunya pulang sekolah.
"Astaghfirullah! Keasyikan ngobrol sama kalian aku jadi lupa, anak-anak sudah waktunya pulang sekolah," ucap Syafira menepuk jidatnya sendiri.
"Cieeee yang udah punya anak," goda Mia.
"Ho oh yang udah jadi emak. Baik-baik sama anak mak, jangan galak-galak. Ntar di pecat lagi jadi emak kalau galak," sambung Shinta.
"Anak-anaknya mah baik sama emaknya ini, bapaknya yang suka rewel," ucap Syafira penuh arti.
"Kasih susu kalau rewel, ntar juga diem," celetuk Shinta. Membuat kedua sahabatnya menatap tajam ke arahnya.
"Siapa tahu dia rewel karena haus kan,"
"Haus kasih sayang kali," imbuh Mia.
Syafira hanya geleng-geleng kepala mendengar celotehan keduanya.
"Udah ah aku pulang dulu, mbul bayarin ya," ucap Syafira lalu nyelonong pergi.
"Yeee sudah jadi istri sultan juga masih minta di bayarin. Besok-besok gantian!" teriak Shinta. Syafira hanya tersenyum tanpa menoleh, berjalan menuju ke parkiran sepeda motornya. Rencananya ia akan membawa William ke kediaman Osmaro. Meskipun ia sudah memiliki mobil mewah, namun hanya William yang paling ia sukai, sepeda motor matic bututnya itu yang selalu menemaninya berjuang selama ini.
Bertemu dan bersenda gurau dengan kedua sahabatnya membuat Syafira melupakan sejenak masalah drama rumah tangganya. Dan sekarang saat kembali ke drama itu lagi.
Beruntung, saat ia sampai rumah si kembar masih dalam perjalanan pulang dari sekolah bersama sopir dan nanny yang menjemput mereka. Sehingga Syafira bisa menyiapkan makan siang untuk mereka sebelum mereka sampai.
"Assalamualaikum bunda," ucap si kembar bersamaan saat memasuki rumah dan mendapati Syafira menyambut mereka. Dua anak kembar yang tampak menggemaskan dengan menggendong tas minny mouse dan yang satunya karakter spiderman tersebut mendekati Syafira dan mencium tangannya bergantian.
"Anak-anak bunda bau acem ih, tadi panas-panasan ya di sekolah?" ucap Syafira sambil memeluk dan mengendus-endus keduanya. Mereka pun tertawa karena merasa geli akibat ulah Syafira.
Si kembarlah yang menjadi mood boosternya yang membuatnya tetap tinggal di rumah besar tersebut.
"Aduh bunda geli geli bunda, ampun bunda!" seru keduanya.
"Iya bunda tadi olah raga jadi keringetan deh," ucap Nala kemudian saat Syafira berhenti mengerjai mereka.
"Ya udah, ganti baju yuk, terus makan. Bunda udah masakin buat kalian,"
"Mau mandi dulu bunda," ucap Nathan yabg sudah tidak tahan dengan keringat uang menempel di badannya.
"Tapi ini masih siang,"
"Nathan tidak bisa ada keringat di badannya bunda, dia risih," ucap Nala.
Syafira pun mengalah, dari pada anak laki-lakinya itu nanti mual karena keringatnya sendiri. Akhirnya si kembar mandi dulu baru menikmati makan siang mereka.
🌼🌼🌼
Malam harinya, Bara baru saja pulang dari kantor. Ia melihat Syafira sedang bermain dengan Nala, sementara Nathan asyik dengan gadgetnya.
"Nathan, udah dulu gamenya, udah tiga puluh menit. Ingat ya, bunda hanya kasih waktu bermain game paling lama tiga puluh menit tidak lebih," peringat Syafira. Dan Nathan pun langsung mematikan dan menaruh gadgetnya.
Bara cukup takjub melihatnya, anak laki-lakinya yang biasanya tidak mau berhenti jika sudah bermain game, kini langsung menurut apa yang di katakan Syafira. Entah seperti apa gadis itu mendidik anak-anaknya. Baru satu minggu, sudah ada perubahan besar dari kedua buah hatinya. Mulai dari rajin bangun pagi, mau makan sayur, mudah menghapal sesuatu, Nala yang tak pernah lagi merengek tentang kuncirnya dan lainnya. Ia akui, jika ia tidak salah pilih menjadikan Syafira sebagai ibu mereka.
Cukup lama Bara terdiam melihat pemandangan indah di depannya tersebut. Hingga, Syafira menyadari keberadaannya.
"Eh om, udah pulang?" tanya Syafira.
"Sudah dari tadi, salam saya apa tidak kedengaran?" jawab Bara.
"Hemm maaf om nggak dengar. Wa'alaikumsalam," ucap Syafira dan diikuti oleh si kembar.
"Bunda ke atas dulu ya, mau nyiapin air buat daddy mandi," ucap Syafira kepada si kembar dan di balas anggukan oleh keduanya.
🌼🌼🌼
Syafira merasa sudah mengantuk sekali, ia memutuskan akan segera tidur setelah selesai memakai skincare malamnya.
Ceklek
Pintu kamar terbuka Syafira menoleh ke arah pintu.
"Om..." Sapa Syafira melihat Bara yang baru saja kembali dari ruang kerjanya.
Om? Bara selalu merasa kesal setiap kali istrinya tersebut memanggilnya dengan sebutan tersebut.
"Bisa tidak memanggil saya dengan yang lebih pantas?" ucapnya sambil mendekati Syafira.
"Maksud om?"
"Jangan panggil saya om lagi, bagaimanapun juga saya suami kamu Fira, bukan om kamu,"
"Terus, om maunya di panggil apa?" Syafira bangkit dan menatap suaminya.
"Sayang? Cinta? Honey? Bebeb?" goda Syafira.
"Terserah asal jangan om," jawab Bara cuek, tak terpancing dengan godaan Syafira. Namun sebenarnya dia senang mendengar kata-kata itu. Bara berbalik badan untuk menyembunyikan senyum senangnya.
"Emmm atau suamiku? Cieeeee suami cieee," goda Syafira lagi. Ia muncul dari balik ketiak suaminya tersebut untuk menggodanya.
Bara menautkan kedua alisnya dengan tangan bersedekap di dada.
"Gimana, gimana pilih yang mana? Suamiku cocok kayaknya untuk selalu mengingatkan kalau om itu suami saya sekarang,"
"Cieee suamiku," Syafira terus menggoda Bara dengan menekan kata Suami dan mengucapkannya dengan mesra. Lalu pergi meninggalkan laki-laki menyebalkan tersebut. Ya kali, panggil sayang, suamiku? Dia aja nggak dianggap sebagai istri.
"Mau kemana?" tanya Bara.
"Tidur om, udah ngantuk berat. Mata tinggal dua setengah watt aja nggak nyampe," ucap Syafira. Ya, setelah Bara mengatakan Syafira hanya perlu menjadi ibu yang baik buat si kembar dan Bara tak menganggapnya istri, Syafira memilih tidur dengan si kembar.
"Tidurlah di sini!" ucap Bara.
"Eh apa om?"
Bara mengernyit, kenapa gadis keras kepala tersebut masih saja memanggilnya dengan kata itu.
"Jangan GR. Saya hanya tidak ingin para pekerja di sini bergunjing tentang kamu yang selalu tidur dengan anak-anak. Nanti berita itu bisa sampai ke telinga mama," ujar Bara.
Syafira tersenyum kecut mendengarnya, ternyata itu alasan suaminya memintanya tidur di kamar tersebut. Hanya karena tidak ingin mendengar omelan ibu mertuanya.
Oke, akhirnya Syafira naik ke ranjang. Bukankah menjaga nama baik suami dan keluarga adalah kewajibannya juga? Hanya perlu berakting kalau hubungan rumah tangga bahkan ranjang mereka harmonis bukan?
Syafira tidur membelakangi Bara yang masih duduk bersandar di sandaran tempat tidur. Seperti ada sesuatu yang mengganjal di pikirannya.
"Fir, sudah tidur?"
" Sudah om," jawab Syafira, Bara lagi-lagi mengernyit, bagaimana bisa menjawab kalau sudah tidur.
"Bagaimana jalan-jalanmu dengan William tadi?" Ya! itulah yang sejak tadi mengganggu pikirannya.
"Kenapa emangnya?" tanya Syafira.
"Tanya aja," jawabnya cuek.
"Jutek amat, mau aku jawab nggak nih?"
"Terserah, nggak penting juga mau di jawab atau enggak,"
"Ya udah kalau nggak penting, nggak aku jawab,"
"Fir...!"
"Iya iya, jalan-jalannya lancar jaya tanpa hambatan, William enak di ajak jalan, nggak rewel, apalagi ngeselin kayak om,"
"Kamu itu sudah bersuami harus membatasi diri dari laki-laki lain,"
Syafira yang mendengarnya, langsung menahan tawanya. Bagaimana bisa William dianggap sebagai laki-laki.
"Besok saya ajarin nyetir mobil, biar kamu perlu repot-repot lagi meminta si William itu untuk mengantar kamu,"
"Kenapa? Cemburu ya? Cemburu nih?"
"Saya hanya tidak ingin mempertaruhkan nama baik keluarga, karena kedekatan kamu dengan laki-laki lain,"
"Bilang aja cemburu, apa susahnya sih mengakui," cebik Syafira.
"Saya tidak cemburu,"
"Oh ya udah, baguslah kalau enggak. Aku jadi bisa bebas dekat dengan siapapun, tanpa harus memikirkan suamiku cemburu," ucap Syafira.
"Fir, saya..." Bara tak melanjutkan bicaranya saat mendengar istrinya tersebut sudah teratur napasnya yang menandakan kalau dia sudah terlelap.
"Cepat amat tidurnya, barusan masih ngoceh," ucap Bara.
Bara turun dari ranjang, ia menyelimuti Syafira. Ia memandangi wajah istrinya dari dekat, di sibakkannya rambut gadis itu yang menutup li sebagian wajahnya.
"Sepertinya Saya mulai cemburu Fir mendengar kamu menyebut laki-laki lain di depan saya. Jangan terlalu baik sama saya Fir apalagi mencintai saya, karena saya tidak akan bisa membalasnya," gumamnya. Tanpa sadar, Naluri laki-lakinya mendorongnya untuk mencium kening Syafira secara diam-diam.
🌼🌼🌼
gak salah memang bara, kamu tuh gak perlu melupakan almarhumah istrimu karena bagaimana pun kisah kalian itu nyata. dia orang yang kau cintai.
tapi kan sekarang kau dah menikah, maka cobalah buka perasaan mu buat istri mu.
jangan lupakan almarhumah istrimu, namun jangan juga terus membayangi pernikahan mu yang baru dengan almarhumah istri mu
cukup dihati dan di ingatan aja.
gak mudah memang tapi bagaimana pun, istri mu yang sekarang berhak untuk dapat cintamu.
saya relate sih, mungkin bukan dalam hubungan suami istri lebih tepatnya ke ibu.
Ibu saya meninggal 2 tahun lalu dan ayah saya menikah lagi.
saya awalnya gak senang dengan dia, tapi ibu sambung saya itu baik.
dulu awal, saya selalu bilang Mak lah, Mak lah ( maksudnya ibu kandung saya)
tapi perlahan saya tidak ungkit2 Mak kandung saya di depan ibu tiri saya untuk menjaga perasaannya.
cukup saya ingat dalam hati saya aja.