*Important*
novel ini ekslusif ada hanya di NovelToon,bila ada di platform lain, bearti plagiat
tolong bantu report
"Ketika dunia mengandalkan pedang dan sihir, aku membawa napalm dan artileri. Oh, dan saldoku? Error Tak Terbatas." Rian, seorang buruh pabrik yang mati karena kelelahan, mengira hidupnya berakhir. Namun, dia membuka mata sebagai Zephyrion IV, Kaisar boneka di dunia Terra Vasta—sebuah planet yang 1.000 kali lebih luas dari Bumi. Nasibnya buruk: Negaranya di ambang kebangkrutan, dikelilingi musuh, dan nyawanya diincar oleh menterinya sendiri. Tapi, Rian tidak datang dengan tangan kosong. Dia membawa "Omni-Store System"—sebuah toko antardimensi yang mengalami ERROR fatal. Saldo Poin: UNLIMITED (∞).
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sukma Firmansyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 25: Hukuman Tanpa Suara
Distrik 4, Ibukota Vexia (Kawasan Pemukiman Buruh).
Malam Hari.
Suara pecahan kaca memecah keheningan malam.
"HANCURKAN!" teriak seorang pria berjubah kusam di atas mimbar kayu darurat. Rambutnya panjang dan kotor, matanya liar penuh fanatisme. Dia adalah Voron, Imam Besar dari sekte The Purifiers.
"Lampu ini adalah mata iblis!" Voron menunjuk lampu jalan bertenaga listrik yang menerangi jalanan kumuh itu. "Mesin-mesin di pabrik memakan jiwa kalian! Kaisar Zephyrion adalah penyihir yang ingin memperbudak kita dengan kenyamanan palsu!"
"KEMBALI KE ALAM! MATIKAN CAHAYA PALSU!"
Ratusan pengikutnya—kebanyakan buruh yang kecewa atau orang tua yang tidak bisa beradaptasi—melemparkan batu.
PRANG!
Bola lampu jalanan pecah. Kegelapan menyelimuti satu sudut jalan. Mereka bersorak.
"Bakar A-Mart!" seru Voron, menunjuk toko minimarket sistem yang ada di ujung jalan. "Makanan di sana beracun! Itu makanan mayat!"
Mereka mulai bergerak membawa obor api, berniat membakar simbol kemajuan Zephyr.
Pusat Kontrol Listrik (Power Station Alpha).
1 Kilometer dari lokasi kerusuhan.
Zephyr berdiri di ruang kontrol yang penuh dengan panel meteran analog dan tuas-tuas besar. Ruangan itu berdengung halus, suara turbin uap yang bekerja sempurna.
Di depannya, layar monitor CCTV (hitam putih, resolusi rendah, dari sistem Tier 2) menampilkan kerusuhan di Distrik 4.
"Mereka mau membakar toko saya, Bos," lapor Kael, tangannya mengepal geram. "Izinkan saya kirim pasukan keamanan. Kita tembak kaki mereka."
"Dan membuat mereka jadi pahlawan?" Zephyr menggeleng, menyesap kopi panasnya. "Tidak, Kael."
Zephyr menunjuk monitor.
"Mereka berteriak menolak teknologi, tapi mereka memakai baju kain hasil tenun pabrik kita. Mereka melempar batu di jalan aspal yang kita bangun. Mereka munafik."
"Voron bilang cahaya kita adalah 'Mata Iblis', kan?"
Zephyr meletakkan cangkir kopinya.
"Kalau begitu, mari kita kabulkan doa mereka. Bebaskan mereka dari 'siksaan' teknologi ini."
Zephyr berjalan ke panel distribusi listrik. Dia melihat label: GRID B-4 (DISTRIK 4).
"Sistem," perintah Zephyr. "Override Manual. Putus aliran listrik ke Distrik 4. Putus aliran air bersih dari pompa hidrolik ke Distrik 4. Dan kunci pintu otomatis A-Mart di sana secara remote."
"Lakukan sekarang."
Kael ragu sejenak, lalu menarik tuas besar berlabel B-4.
KLAK.
WUUUNG....
Suara dengungan di salah satu transformator mati. Jarum meteran turun ke nol.
Kembali ke Distrik 4.
Massa sedang bersemangat membakar ban bekas di depan A-Mart. Voron sedang berapi-api pidato.
Tiba-tiba...
ZZZT.
Lampu jalan di seluruh distrik itu mati total.
Bukan hanya satu lampu. Semuanya.
Jendela-jendela rumah yang tadinya terang benderang karena lampu pijar, kini gelap gulita.
"Hah? Apa yang terjadi?"
Kegelapan total melanda. Hanya cahaya obor mereka yang tersisa, berkedip-kedip lemah tertiup angin malam.
Tapi di seberang jalan—di Distrik 3 dan Distrik 5—lampu-lampu masih menyala terang benderang. Distrik 4 kini tampak seperti lubang hitam di tengah lautan cahaya.
"Lihat!" seru Voron bangga. "Dewa Alam mendengar kita! Cahaya iblis itu mati karena kesucian kita!"
Para pengikutnya bersorak. "Hidup Voron! Hidup Alam!"
Namun, kemenangan mereka hanya bertahan sampai pagi.
Tiga Hari Kemudian.
Distrik 4 adalah neraka.
Tanpa listrik, pompa air mati. Keran-keran di rumah warga kering kerontang. Mereka harus berjalan jauh ke sungai kotor untuk mengambil air, seperti zaman dulu.
Tanpa listrik, kipas angin mati. Udara di dalam rumah pengap dan panas.
Tanpa listrik, kulkas di rumah-rumah (yang baru dibeli warga kaya distrik itu) mati. Daging dan susu menjadi busuk.
Dan yang paling parah: A-Mart Tutup.
Pintu otomatisnya terkunci rapat. Warga tidak bisa membeli beras murah atau air mineral bersih.
Di perbatasan Distrik 4 dan Distrik 3, sebuah barikade kawat berduri dipasang oleh pasukan Zephyr.
Di sisi Distrik 3 (Sisi Loyal), kehidupan berjalan normal. Lampu terang, air mengalir deras, musik radio terdengar ceria, dan pasar malam buka.
Warga Distrik 4 berdiri di balik kawat berduri, menatap tetangga mereka yang sedang makan es krim dan tertawa di bawah lampu neon. Mereka berdiri dalam kegelapan, bau keringat (karena tidak mandi), dan haus.
Voron masih mencoba berpidato di atas tong sampah.
"Bertahanlah! Ini ujian! Jangan tergoda oleh air iblis itu!"
Tapi kali ini, tidak ada yang bersorak.
Seorang ibu muda, yang bayinya menangis kehausan, menatap Voron dengan mata merah.
"Anakku butuh air bersih, Voron," katanya lirih. "Air sungai membuat dia diare."
"Itu pembersihan jiwa!" jawab Voron ngawur.
"Pembersihan pantatmu!" teriak seorang buruh pabrik yang kehilangan gajinya karena tidak bisa masuk kerja (akses ditutup).
Buruh itu mengambil batu. Tapi kali ini dia tidak melemparnya ke lampu jalan.
Dia melemparnya ke kepala Voron.
BUGH!
Voron jatuh tersungkur, darah mengalir dari pelipisnya.
"Dia penipu!" teriak warga lain. "Dia makan roti enak yang dia simpan sendiri sementara kita makan sampah!"
Massa yang kelaparan dan kepanasan itu berbalik menyerang pemimpin mereka sendiri. Kemarahan mereka meledak. Mereka memukuli Voron, menyeretnya keluar dari distrik, menuju pos penjagaan Zephyr.
"Tolong!" teriak warga sambil melempar tubuh babak belur Voron ke kaki prajurit penjaga. "Kami menyerah! Kami salah! Tolong nyalakan lampunya lagi! Tolong nyalakan airnya!"
Zephyr, yang duduk di dalam mobil jip lapis baja di seberang barikade, menurunkan kaca jendelanya. Dia memakai kacamata hitam, menatap kerumunan yang memelas itu.
"Kalian merindukan 'Mata Iblis' itu?" tanya Zephyr datar.
"Itu bukan mata iblis, Tuan! Itu cahaya! Itu kehidupan! Kami bodoh! Ampuni kami!" tangis si ibu muda.
Zephyr menatap Kael di kursi sopir.
"Lihat, Kael. Manusia bisa bertahan tanpa kebebasan, tapi mereka tidak bisa bertahan tanpa kenyamanan."
Zephyr keluar dari mobil, berdiri di depan mereka.
"Kalian menghancurkan 50 lampu jalan. Dan satu pintu A-Mart. Total kerugian: 5.000 Kredit."
"Kami akan ganti! Potong gaji kami! Kerja paksa! Apa saja!"
"Baik," kata Zephyr. "Distrik 4 akan dikenakan Pajak Perbaikan selama 6 bulan. Dan sebagai hukuman tambahan..."
Zephyr menunjuk Voron yang pingsan.
"...Kalian tidak boleh menggunakan listrik selama 24 jam lagi. Gunakan waktu itu untuk merenung dalam gelap."
"Besok malam, jika kalian bersikap manis, matahari buatan akan kembali."
Zephyr masuk kembali ke mobil.
"Jalan, Kael."
Saat mobil menjauh, Zephyr mendengar tangisan penyesalan di belakangnya. Dia tidak perlu membunuh satu orang pun (selain mungkin Voron yang mati diamuk massa sendiri nanti). Dia hanya mematikan saklar, dan pemberontakan itu padam dengan sendirinya.
Jadinya seperti pertarungan Fantasy sihir dengan teknologi modern/militer keren banget
Semoga semakin ramai pembacanya ya kakak author tetap semangat berkarya
Tetap semangat thor 💪
tetap semangat thor 💪
sudah di riview
Keren thor lanjutkan 💪💪