NovelToon NovelToon
Di Bawah Aturan Suami Baruku

Di Bawah Aturan Suami Baruku

Status: sedang berlangsung
Genre:Dokter / Selingkuh / Crazy Rich/Konglomerat / Konflik etika
Popularitas:6.2k
Nilai: 5
Nama Author: Ziafan01

Saat Shima lyra senja seorang dokter berbakat di rumah sakit ternama, menemukan suaminya berselingkuh dengan sahabatnya sendiri, dunianya hancur seketika.
Pengkhianatan itu tidak hanya merenggut pernikahannya, tapi juga rumah, nama baik, dan tempat untuk pulang.
Di titik terendah hidupnya, ia menerima tawaran tak masuk akal datang dari Arru Vance CEO miliarder dingin dengan aturan yang tidak bisa dilanggar. Pernikahan kontrak, tanpa cinta, tanpa perasaan. Hanya ada aturan.
Namun, semakin dekat ia dengan Arru, semakin ia sadar bahwa sisi dingin pria itu menyembunyikan rahasia berbahaya dan hati yang mampu merasakan semua yang selama ini ia rindukan.
Ketika pengkhianatan masa lalu kembali muncul dan skandal mengancam segalanya, Shima harus memilih: mengikuti aturan atau mempertaruhkan segalanya demi cinta.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ziafan01, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

FITTING BAJU PENGANTIN

Suasana fitting tetap profesional, namun Arru tetap diam di sudut, matanya menilai gerakan Shima. Setiap pujian yang dialamatkan pada Shima terasa mengganggu ketenangan Arru seolah dia tak mau ada yang melihat sisi lembut atau cantik Shima selain dirinya sendiri.

Di ruang fitting yang hangat, Shima berdiri sambil menyesuaikan gaun pengantin, matanya menatap refleksi dirinya di cermin. Arru tetap diam di sudut, wajahnya serius, tapi perlahan ia melangkah mendekat.

“Jangan terlalu tegang,” ucap Arru dengan nada tenang, hampir terdengar lembut, tapi ada sesuatu yang menahan kata-katanya agar tetap terasa dingin. “Aku… ingin semuanya sempurna untukmu, Shima.”

Shima sedikit terkejut. Nada itu sedikit lebih hangat dari biasanya membuatnya menyadari satu hal: Arru sengaja memainkan drama seolah dia peduli secara personal. Shima menelan ludah, lalu mengangguk perlahan, menyesuaikan diri dengan “peran” yang harus ia mainkan.

Desainer yang menyesuaikan lipatan gaun di dekat mereka menatap dengan mata berbinar, seolah kagum pada chemistry yang tampak di antara Shima dan Arru. Shima bisa merasakan desainer sedikit tersenyum malu tapi ia tetap fokus.

“Baiklah… aku mengerti,” ujar Shima sambil menyesuaikan posisi gaun, bibirnya menyungging tipis. “Kalau begitu, mari kita selesaikan ini dengan cepat.”

Arru menatapnya beberapa detik, lalu mundur kembali ke sudut ruangan. Matanya tetap menempel pada Shima, namun wajahnya kembali datar, menahan ekspresi apapun. Shima menahan senyum tipis, menyadari bahwa drama ini sekadar persepsi orang lain adalah bagian dari strategi yang harus ia jalani.

Setelah beberapa menit, Shima mengucapkan terima kasih pada desainer. “Aku harus kembali ke rumah sakit. Ada pasien menunggu.”

Desainer menatapnya kagum dan sedikit baper, namun mengangguk. “Tentu, Shima-san. Semoga semuanya lancar.”

Di luar mansion, Ethan menunggu dengan mobil mewah, siap mengantarnya kembali ke rumah sakit. Shima masuk ke mobil, duduk dengan tenang sambil memikirkan semua yang baru saja terjadi.

Di perjalanan, pikirannya melayang: “Kalau aku masih bersama Arya, aku yang menanggung semua biaya pernikahan ini… semua harus keluar dari kantongku sendiri. Tapi bersama Arru, tidak sepersen pun aku perlu mengeluarkan uang. Semua yang terjadi hanyalah drama. Aku hanya perlu memainkan peran ini.”

Shima menarik napas panjang, matanya menatap jalanan yang gelap. Ia menyadari satu hal: untuk melindungi diri sendiri, dan sekaligus membalas dendam pada Arya serta Laura, ia harus bermain cerdik menggunakan Arru, menggunakan situasi, dan tetap menjaga ketenangan hatinya.

Ethan, duduk di sampingnya, menyadari perubahan aura Shima. Ia tersenyum tipis, mengetahui bahwa wanita ini bukan lagi Shima yang rapuh dan lemah. Shima sudah mulai menjadi versi yang berbeda lebih kuat, lebih waspada, dan jauh lebih berbahaya bagi siapa pun yang meremehkannya.

***

Malam itu, Shima duduk sendiri di cafe kecil dekat rumah sakit, menyeruput kopi hangat sambil menatap lampu jalan yang berpendar lembut. Udara dingin menusuk pipinya, tapi hatinya terasa tenang. Sesaat ia membiarkan diri sendiri berpikir tentang hari ini, tentang operasi yang berjalan lancar, tentang pertemuan singkatnya dengan Arru yang tetap meninggalkan kesan misterius.

Tiba-tiba, sebuah suara yang sangat familiar terdengar dari belakangnya.

“Shima… apa hubunganmu dengan Arru?”

Shima menoleh perlahan, menemukan Arya berdiri dengan tatapan campur aduk antara penasaran dan marah. Sejenak, wajah Arya memerah, seolah mencoba menutupi rasa cemburu yang tak bisa dibendung.

Shima tersenyum tipis, senyuman yang penuh makna, seolah menertawakan kebodohan Arya sendiri.

“Hubungan? Kau terlalu sibuk memikirkan orang lain sampai lupa siapa dirimu sendiri, Arya,” ucap Shima dengan nada tenang tapi menusuk. “Mungkin kau harus lebih fokus pada dirimu, bukan pada urusan orang lain.”

Dengan kalimat itu, Shima bangkit, menatap Arya sebentar dengan tatapan dingin namun penuh percaya diri, lalu berlalu meninggalkan Arya yang masih terdiam. Suara langkah Shima di lantai kayu seolah menggema di telinga Arya, menambah amarahnya.

Arya menelan ludah, dadanya naik turun, marah dan frustasi bercampur menjadi satu. Ia berbalik ke Laura yang duduk di dekatnya.

“Kau dengar itu, Laura? Dia… dia tersenyum padaku… seolah menertawakan kita!”

Laura, yang awalnya santai, kini menatap Arya dengan mata penuh kecemburuan. “Hmph! Sudah jelas! Shima itu… dia bahkan tidak peduli padamu, Arya. Mungkin memang dia tidak pernah menyukaimu.”

Kemarahan Arya memuncak, dan ia menepuk meja dengan frustrasi, melemparkan amarahnya pada Laura yang hanya bisa menatap balik dengan tatapan setengah iri, setengah marah.

Di sisi lain, jauh dari mereka, Shima melangkah dengan tenang di trotoar yang diterangi lampu jalan. Kopi di tangannya hampir habis, tapi hatinya tetap dingin. Malam itu, ia menyadari satu hal: Arya dan Laura semakin memperlihatkan sisi rapuh dan emosional mereka dan itu hanya akan mempermudah rencana balas dendamnya.

Malam hari. Tengah malam, Shima baru pulang ke mansion Arru. Karena malam ini ada jadwal operasi, ia pulang agak larut. Shima menatap sejenak ke jendela kamar Arru yang masih hidup lampunya, tapi ia segera masuk ke kamar tamu untuk beristirahat. Baru saja ia menanggalkan jas dokternya, terdengar ketukan di pintu.

Arru berdiri di sana, menatap Shima yang menatap balik. Tanpa banyak basa-basi, Arru mengulurkan ponselnya.

“Kita harus saling bertukar nomor ponsel, supaya komunikasi lebih mudah,” katanya.

Shima mengangguk, menyerahkan nomor ponselnya. Arru sendiri menyimpan nomor itu dengan nama Dr. Senja. Shima mengangguk lagi, lalu mulai masuk ke dalam kamar.

Langkahnya terhenti ketika Arru hendak pergi. Ia menoleh.

“Tuan… apakah semua staf rumah sakit akan hadir di pernikahan ini?” tanya Shima.

Arru berhenti di ambang pintu, menatapnya datar.

“Iya, tanpa terkecuali. Aku harap kau tidak lupa dengan aturan kontrak pernikahan kita.”

Shima mengangguk pelan, menatap Arru menaiki tangga untuk masuk ke kamar miliknya.

***

Pagi harinya. Ruang kerja Arru Vance sunyi, hanya terdengar dengungan halus pendingin udara dan ketukan jari Arru di meja kaca. Layar-layar monitor di sekelilingnya menampilkan grafik, laporan, dan jadwal operasi rumah sakit miliknya. Dia duduk tegap, mata tajam menatap satu layar yang menampilkan data terbaru dari Vance Medical Center.

“Ethan,” suaranya terdengar dingin, tapi tegas.

Ethan, yang berdiri di dekat rak buku berlapis kulit, menoleh. “Ya, Tuan?”

“Aku perlu scan semua aktivitas Shima Lyra Senja. Mulai dari jadwal operasi hari ini, pasien yang ditangani, interaksi dengan staf, hingga hal sekecil apapun yang menarik perhatiannya. Jangan ada yang terlewat.”

Ethan mengerutkan dahi. “Tapi, Tuan… ini cukup detail. Apakah benar-benar perlu semua?”

Arru menatapnya dengan dingin, bibirnya tipis, tanpa senyum. “Dia sudah menjadi target. Semuanya harus jelas, Ethan. Lebih cepat lebih baik.”

Ethan mengangguk pelan, memutar layar monitor yang lebih besar, menyalakan sistem pemindai digital yang terhubung dengan Vance Medical Center. Segera, jadwal operasi Shima muncul di layar, lengkap dengan catatan singkat tiap pasien yang ditanganinya. Kamera pengawas menampilkan Shima tengah memeriksa pasien dengan cekatan, gestur tangannya tepat, perintahnya kepada dokter muda terdengar tegas tapi tetap sopan.

1
Wita S
kereennnn
Sweet Girl
Siram bensin terus aja...
Sweet Girl
Buat memelihara bangkai di rumah, Laura... mending dibuang aja.
Sweet Girl
Dan bakal kehilangan Dana segar Luuu pada...
Sweet Girl
Asyeeek... beli yang kau mau, Shima...
bikin mereka yg menyakiti melongo.
Sweet Girl
Tunggu tanggal mainnya duo penghianat.
ketawa aja kalian sekarang sepuasnya, sebelum ketawa itu hilang dr mulut kalian.
Sweet Girl
Nah Lu... kapok Lu... sekalian aja seluruh Penghuni rumah sakit denger...
Sweet Girl
Kelihatan sekali yaaaa klo kalian itu bersalah.
Sweet Girl
Ada Gondoruwo🤪
Sweet Girl
Kamu pikir, setelah kau rampas semua nya, Shima bakal gulung tikar...
OOO tentu tidak... dia bakal semakin kaya.
Sweet Girl
Masuklah sang Penguasa 🤣
Sweet Girl
Dan pilihan mu akan menghancurkan mu... ojok seneng disek...
Sweet Girl
Kamu yang berubah nya ugal ugalan Brooo
Sweet Girl
Ndak bahaya ta... pulang sendiri dengan nyetir mobil sendiri?
Sweet Girl
Kok ngulang Tor...???
Sweet Girl
Wes ora perlu ngomong, Ndak onok paedaheee.
Sweet Girl
Naaah gitu dong... semangat membongkar perselingkuhan Suami dan sahabat mu.
Sweet Girl
Musuh dalam selimut, iya.
Sweet Girl
Gayamu Ra... Ra... sok bener.
Sweet Girl
Kamu jangan kebanyakan mikir tho Syma...
mending bergerak, selidiki Arya sama Laura.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!