Kenneth memutuskan untuk mengasuh Keyra ketika gadis kecil itu ditinggal wafat ayahnya.
Seiring waktu, Keyra pun tumbuh dewasa, kebersamaannya dengan Kenneth ternyata memiliki arti yang special bagi Keyra dewasa.
Kenneth sang duda mapan itupun menyayangi Keyra dengan sepenuh hatinya.
Yuk simak perjalanan romantis mereka🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YuKa Fortuna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 22. Ken Cemburu?
22
POV KEYRA
Begitu mata itu kembali menatapku, mata yang dulu selalu memandangku dengan kesabaran, dengan kehangatan, ada sesuatu di dalam dadaku yang seketika retak.
Ken berdiri di hadapanku, dia masih setampan dulu, bahkan lebih tampan, lebih kokoh, lebih… laki-laki daripada yang kuingat. Tetapi aku tidak mengizinkan tubuhku bergerak mendekat, meski seluruh diriku berteriak ingin memeluknya. Ingin memastikan kalau ia benar-benar pulang. Benar-benar ada.
Aku menahan diri.
Bukan karena aku tidak merindukannya. Justru karena kerinduanku terlalu besar, menakutkan, dan bisa mempermalukanku kapan saja jika kubiarkan meledak.
Aku hanya tersenyum kecil. Terkendali. Seperti yang diajarkan Madame Elvira.
“Selamat datang, Om Ken.”
Suara sendiri terdengar asing di telingaku, terlalu halus untuk perasaan yang begitu bergejolak. Aku bisa merasakan bibirku ingin bergetar, tapi aku menahannya. Jari-jariku ingin meraih lengannya, ingin memastikan ia tidak akan pergi lagi… tapi aku menyilangkannya diam-diam di belakang tubuhku.
Kalau aku memeluknya sekarang, aku tidak yakin aku bisa melepaskannya.
Aku tidak boleh melakukan itu lagi. Tidak boleh bergantung pada seseorang yang bebas pergi kapan pun ia mau.
Namun… tubuhku seperti punya pikiran sendiri.
Saat Ken berjalan melewatiku menuju ruang keluarga, aku mengikuti. Seolah ada magnet tak terlihat yang menarikku tanpa ampun. Aku selalu ingin berada di sekitar pria itu, di dekat langkahnya, di pinggir pandangannya, bahkan di udara yang ia hirup.
Jadi aku mencari-cari alasan.
“Mau aku buatkan teh?”
“Om kelihatan capek, perlu sesuatu?”
“Boleh aku bantu bawakan barangnya?”
Alasan kecil, sederhana, tapi cukup untuk membuatku tetap berada dalam orbit Ken.
Padahal yang sebenarnya kuinginkan hanya satu,
Tetap dekat.
Selalu dekat.
Meski aku harus berpura-pura dewasa.
Meski aku harus terlihat tenang dan elegan.
Meski aku harus menahan diri dari memeluk punggungnya setiap kali Ken membelakangiku.
Ada kerinduan yang kutahan mati-matian, dan itu menyakitkan.
Tapi aku lebih takut jika Ken tahu betapa besar kerinduan itu.
**
Perayaan ulang tahun itu berlangsung agak tertutup, jauh dari pesta besar yang mungkin diharapkan banyak orang.
Hanya orang-orang terdekat.
Tidak ramai.
Karena Keyra tidak suka itu.
Namun entah mengapa, terasa sangat berkesan.
Lampu-lampu kecil menghiasi sudut rumah, tawa terdengar ringan, dan aroma kue buatan Madame Elvira memenuhi udara. Keyra tampak bahagia, tenang, dewasa, dan bersinar dengan caranya sendiri.
Dan di sanalah Ken berdiri, sedikit menjauh dari keramaian, mengamati.
Matanya mengikuti setiap gerak Keyra tanpa sadar.
Ia melihat bagaimana gadis itu tertawa kecil ketika Rafael membisikkan sesuatu di telinganya.
Bagaimana Rafael mencondongkan tubuh untuk merapikan lilin kue di depan Keyra.
Bagaimana Keyra menepuk lengan Rafael dengan akrab, terlalu akrab.
Terlalu… natural.
Ken merasakan sesuatu mengencang di dadanya.
Rafael berdiri di sisi Keyra seolah itu tempatnya.
Seolah ia sudah lama berada di sana.
Seolah Ken hanyalah tamu yang baru kembali, terlambat, dan tidak lagi punya hak apa pun.
Ketika Keyra meniup lilin, Rafael berdiri paling dekat. Tepuk tangannya yang paling dulu terdengar. Senyumnya yang paling tulus.
Ken ikut bertepuk tangan, tapi rasanya hambar.
Ia tidak tahu sejak kapan rasa itu muncul.
Ia hanya tahu, melihat Rafael begitu dekat dengan Keyra membuatnya… tidak nyaman.
Cemburu.
Ken mengeraskan rahangnya sendiri, kesal pada perasaan yang seharusnya tidak ia miliki.
Bukankah ini yang ia inginkan?
Keyra tumbuh dewasa.
Mandiri.
Punya dunianya sendiri.
Lalu kenapa dadanya terasa seperti kehilangan sesuatu?
Elvira berdiri di samping Ken, memperhatikan tanpa berkata apa pun.
Wanita itu terlalu cerdas untuk tidak menangkap perubahan ekspresi Ken.
“Anda terlambat kembali,” ucap Elvira akhirnya, suaranya tenang.
“Dan dunia Keyra tidak berhenti menunggumu.”
Ken menelan ludah.
Matanya kembali tertuju pada Keyra yang kini tertawa lepas, bukan ke arahnya, tapi ke Rafael.
“Aku tahu,” jawab Ken pelan.
Namun jauh di dalam hatinya, ia sadar akan satu hal yang mengganggu,
Ia tidak siap melihat Keyra sedekat itu dengan pria lain.
Malam itu berakhir dengan kue, doa, dan tawa ringan.
Tidak ada konflik.
Tidak ada adegan besar.
Tapi bagi Ken, malam itu meninggalkan jejak yang dalam.
Karena untuk pertama kalinya sejak kembali, ia menyadari...
Ia bukan lagi pusat dunia Keyra.
Dan fakta itu…
lebih menyakitkan dari yang ia bayangkan.
**
Sejak malam ulang tahun itu, ada sesuatu yang berubah pada Ken.
Tidak drastis.
Tidak mencolok.
Bahkan nyaris tidak bisa dituding sebagai kecemburuan.
Namun Keyra merasakannya.
Ken mulai sering berada di dekatnya, bukan dengan cara menuntut, melainkan hadir lebih sering dari sebelumnya.
Jika Keyra hendak pergi ke kampus, Ken akan berkata santai,
“Aku sekalian ke arah sana. Kita jalan bareng.”
Jika Rafael datang menjemput, Ken akan muncul di ruang tamu lebih dulu, menyapa ramah tapi matanya menilai.
“Pulangnya jangan terlalu malam. Keyra harus tidur tepat waktu.”
Nada Ken tenang.
Logis.
Sulit dibantah.
Ia tidak melarang.
Ia mengatur.
Ken juga mulai memperhatikan hal-hal kecil yang dulu ia abaikan,
siapa yang duduk di sebelah Keyra,
siapa yang mengantarnya pulang,
siapa yang mengirim pesan terlalu larut malam.
Dan setiap perhatian itu dibungkus rapi dengan alasan yang terdengar masuk akal.
“Aku cuma khawatir.”
“Sebagai orang yang bertanggung jawab.”
“Sebagai keluarga.”
Keyra mendengarnya… dan dadanya menghangat sekaligus perih.
Karena meski Ken tidak pernah mengucapkan apa pun yang berlebihan, sikapnya terasa terlalu personal untuk sekadar kewajiban.
Suatu sore, Keyra duduk di teras bersama Rafael. Mereka tertawa pelan membicarakan hal sepele. Tanpa mereka sadari, Ken berdiri tak jauh dari sana, memperhatikan.
Ia tidak memotong.
Tidak menegur.
Hanya berdiri… lalu berkata datar,
“Keyra, tehmu sudah dingin.”
Keyra menoleh.
“Ah, iya, aku lupa.”
Ia langsung berdiri, meninggalkan Rafael tanpa berpikir dua kali.
Ken tidak tersenyum.
Namun ada kepuasan kecil yang tak ia akui saat Keyra memilih bangkit dan mendekat padanya.
Elvira yang menyaksikan dari dalam rumah hanya menghela napas pelan.
Ken sedang bermain api, dan ia sendiri belum menyadarinya.
Malam hari, saat Keyra hendak naik ke kamarnya, Ken menahan langkahnya.
“Kamu kelihatan capek,” katanya.
“Jangan terlalu memaksakan diri. Aku… tidak ingin kamu sakit lagi.”
Keyra mengangguk, menatap Ken sejenak lebih lama dari seharusnya.
“Terima kasih,” ucapnya lembut. "Tapi aku bisa menjaga diriku sendiri, Om. Nggak perlu khawatir ya." Lanjutnya membuat dada Ken terguncang.
Dan di antara jarak yang tetap dijaga itu, ada sesuatu yang mengikat mereka semakin erat, tanpa sentuhan, tanpa kata cinta, hanya lewat perhatian yang terlalu intens untuk diabaikan.
Ken sadar ia bersikap protektif.
Ia sadar ia mulai posesif.
Namun ia membenarkan semuanya dengan satu kalimat yang terus ia ulang di kepalanya,
Aku hanya memastikan dia baik-baik saja.
Sementara Keyra…
mulai bertanya-tanya,
Apakah Ken benar-benar hanya menjaga, atau sebenarnya takut kehilangan?
.
YuKa/ 131225
keburu Keyra digondol Rafael😏
gitu aja terus Ken. sampe Keyra berhenti mengharapkanmu, baru tau rasa kamu. klo suka bilang aja suka gitu loh Ken. sat set jadi cowok. hati udah merasakan cemburu, masih aja nyangkal dengan alasan, kamu tanggung jawabku😭😭😭