Seorang psikopat yang ber transmigrasi ke tubuh seorang gadis, dan apesnya dia merasakan jatuh cinta pada seorang wanita. Ketika dia merasakan cemburu, dia harus mengalami kecelakaan dan merenggut nyawanya. Bagaimana kisahnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AgviRa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25
Alice merasa ada sesuatu yang tidak beres. Dia tidak tahu mengapa Marina melakukannya, tapi dia yakin bahwa dia harus mencari tahu kebenaran di balik kejadian itu.
Alice memutuskan untuk menyimpan rekaman itu dan mencari bukti lainnya untuk membantu dia memecahkan misteri ini dan menghadapi Marina tentang perbuatan jahatnya.
Tiba-tiba, Alice menyeringai. Dia sudah mendapatkan apa yang dia inginkan, dan sekarang dia akan memberi pelajaran kepada Marina dan mahasiswi yang bersekongkol dengannya.
Dengan senyum dingin di wajahnya, Alice mulai merencanakan langkah berikutnya untuk menghadapi Marina dan mahasiswi yang telah berkhianat padanya.
"Ini saatnya untuk membalas dendam," kata Alice pada dirinya sendiri, sambil memotong rekaman CCTV menjadi potongan-potongan kecil yang mengerikan.
Alice kemudian mengirimkan potongan-potongan rekaman itu kepada Marina, dengan pesan singkat yang berbunyi, "Apa jadinya jika rekaman video ini tersebar?"
Sementara itu, Marina terlihat gelisah di dalam kamar, wajahnya pucat pasi ketika menerima pesan dari nomor yang tidak dikenal yang mengirimkan video rekaman. Dia membuka pesan itu dengan tangan yang gemetar, dan terkejut melihat rekaman CCTV yang menunjukkan dirinya memukul Alice dengan balok kayu.
Bodoh!!
Dia telah bertindak tanpa pikir panjang saat memukul Alice dan tidak menyadari adanya kamera CCTV di sekitar gudang sebelumnya. Kini, dia harus menghadapi konsekuensi dari tindakannya yang gegabah.
Marina merasa jantungnya berdebar-debar, napasnya menjadi cepat dan dangkal. Dia tidak percaya bahwa rekaman itu bisa jatuh ke tangan orang lain.
"Siapa yang mengirimkan ini?" dia bertanya pada dirinya sendiri, sambil mencari informasi tentang nomor yang tidak dikenal itu.
Tapi, sepertinya nomor itu tidak terdaftar dan tidak ada informasi yang bisa ditemukan. Marina merasa semakin gelisah, tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Dia mencoba untuk menghubungi mahasiswi yang bersekongkol dengannya, tapi tidak ada jawaban.
Marina merasa sendirian dan tidak tahu apa yang harus dilakukan. Dia berjalan mondar-mandir di dalam kamar, mencoba untuk menenangkan dirinya sendiri. Tapi, rasa takut dan cemas terus menguasai dirinya.
"Apa yang akan terjadi jika rekaman ini tersebar?" Marina bertanya pada dirinya sendiri, sambil memikirkan kemungkinan terburuk.
Tiba-tiba, ponselnya bergetar lagi. Marina merasa jantungnya berhenti sejenak, tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Dia membuka pesan itu, dan terkejut melihat kata-kata yang membuatnya semakin gelisah...
**
Hujan deras membasahi bumi, menciptakan suara yang menenangkan, tapi tidak untuk Marina. Sejak mendapatkan pesan dari nomor yang tidak dikenal tadi, Marina tidak bisa tidur. Dia memaksa matanya untuk terpejam, tapi tidak bisa. Malah, bayangan menghantuinya, membuat dia semakin gelisah.
Jam pada dinding telah menunjukkan pukul 23.25 WIB. Marina membaringkan dirinya di tempat tidur, tapi pikirannya terus melayang ke pesan yang dia terima. "Apa yang orang ini inginkan?" Marina bertanya pada dirinya sendiri, sambil memikirkan kemungkinan terburuk.
Suara hujan yang terus-menerus membuyarkan konsentrasi Marina. Dia merasa seperti sedang menunggu sesuatu yang tidak pasti. Tiba-tiba, dia mendengar suara petir yang keras, membuat dia terkejut. Marina bangkit dari tempat tidur dan berjalan ke jendela. Dia melihat keluar, tapi tidak bisa melihat apa-apa karena hujan yang sangat deras.
Marina merasa semakin gelisah, dia kembali ke tempat tidur, tapi tidak bisa tidur. Bayangan tentang pesan yang dia terima terus menghantuinya.
Pagi harinya, Marina terlihat pucat dan lelah, dengan lingkaran hitam di kelopak matanya yang terlihat jelas karena tidak tidur semalaman. Dia berjalan ke cermin dan memandang dirinya sendiri, tidak suka dengan penampilan yang terlihat lelah dan stres.
Marina mencoba untuk menyegarkan dirinya dengan mandi, tapi tidak bisa menghilangkan rasa lelah dan gelisah yang menghantuinya. Dia merasa seperti sedang berada di bawah tekanan yang besar, dan tidak tahu bagaimana cara untuk mengatasinya.
Setelah selesai berpakaian, Marina memutuskan untuk pergi ke bawah untuk sarapan. Ketika dia keluar dari kamar, dia melihat Alice juga keluar dari kamar. Alice terlihat menertawakan penampilan Marina yang pucat dan lelah.
"Wow, kamu terlihat seperti hantu, ah bukan, lebih tepatnya ODgJ," kata Alice dengan nada mengejek. "Apa yang terjadi? Tidak bisa tidur semalaman?"
Marina merasa tidak nyaman dengan ejekan Alice, tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa. Tapi, kemudian Alice mengucapkan kata-kata yang membuat Marina diam membeku dan ketakutan.
"Aku tahu apa yang kamu lakukan, Marina. Dan aku punya bukti."
Marina merasa jantungnya berhenti sejenak ketika mendengar kata-kata Alice. Dia tidak percaya bahwa Alice tahu tentang apa yang dia lakukan.
"Apa yang kamu bicarakan?" Marina mencoba untuk berpura-pura tidak tahu, tapi suaranya terdengar bergetar.
Alice tersenyum sinis. "Jangan berpura-pura tidak tahu, Marina. Aku tahu tentang perbuatan mu waktu itu."
Marina merasa seperti dihantam oleh petir. Dia tidak percaya bahwa Alice tahu tentang hal itu. "Aku... aku tidak tahu apa yang kamu bicarakan," Marina mencoba untuk mempertahankan dirinya, tapi Alice hanya tertawa.
"Jangan bohong, Marina. Aku punya bukti. Dan aku akan memastikan bahwa kamu membayar untuk apa yang kamu lakukan." Alice mengucapkan kata-kata itu dengan nada yang dingin dan menakutkan, membuat Marina merasa semakin ketakutan.
Marina menonton Alice pergi meninggalkan dia dengan perasaan gelisah yang semakin meningkat. Dia tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, tapi dia tahu bahwa dia harus berhati-hati. Marina merasa seperti sedang berada di ujung tanduk, dan dia tidak tahu bagaimana cara untuk menyelamatkan dirinya sendiri.
**
Marina memasuki ruang makan dengan perasaan yang tidak tenang. Dia melihat penghuni rumah sudah lengkap duduk di meja makan.
Deg!
Tatapan tajam Anton langsung menghampirinya. Marina merasa seperti terintimidasi oleh tatapan ayahnya itu, dan dia tidak tahu apa kesalahannya.
Marina duduk dengan canggung, mencoba untuk menghindari tatapan Anton. Tapi, tatapan Anton begitu tajam, membuat Marina merasa semakin tidak nyaman. Dia tidak tahu apa yang sedang terjadi, tapi dia bisa merasakan bahwa Anton sedang marah.
Marina mencoba untuk memakan sarapannya dengan pelan, berharap bahwa Anton tidak akan mengatakan apa-apa kepadanya. Tapi, Anton tidak berbicara. Dia terus menatap Marina dengan tatapan yang tajam, membuat Marina merasa semakin tidak nyaman.
"Ada apa lagi?" Marina bertanya pada dirinya sendiri.
Marina menatap Lucy dengan harapan bahwa mamanya bisa memberi jawaban tentang apa yang salah. Lucy melihat tatapan Marina dan sedikit mengerutkan keningnya, seolah-olah dia juga tidak tahu apa yang sedang terjadi.
"Ada apa, Marina?" Lucy bertanya dengan lembut, sambil menatap Anton dengan sedikit kekhawatiran.
Tapi, Anton hanya diam. Dia terus menatap Marina dengan tatapan yang tajam, membuat Marina merasa semakin tidak nyaman.
Sementara itu, Alice terus makan dengan lahapnya, seolah-olah dia tidak peduli dengan apa yang sedang terjadi di sekitarnya.
Marina merasa semakin gelisah dan tidak nyaman, tidak tahu apa yang sedang terjadi dan apa yang akan terjadi selanjutnya. Dia berharap bahwa Lucy bisa membantu dia memahami situasi ini, tapi sepertinya Lucy juga tidak tahu apa yang sedang terjadi.
Marina terkejut dan merasa seperti dihantam oleh petir ketika Anton bersuara dengan nada yang keras dan tegas. Wajah Anton terlihat merah karena marah, dan matanya yang tajam menatap Marina dengan penuh kemarahan.
"Marina, apa kamu tahu kesalahanmu hari ini?" tanya Anton dengan nada datar.