NovelToon NovelToon
After The Fall

After The Fall

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa Fantasi
Popularitas:4k
Nilai: 5
Nama Author: ARQ ween004

Viora Zealodie Walker, seorang gadis cantik yang memiliki kehidupan nyaris sempurna tanpa celah, namun seseorang berhasil menghancurkan segalanya dan membuat dirinya trauma hingga dia bertekad untuk mengubur sikap lemah, lugu, dan polosnya yang dulu menjadi sosok kuat, mandiri dan sifat dingin yang mendominasi.

Bahkan dia pindah sekolah ke tempat di mana ia mulai bangkit dari semua keterpurukan nya dan bertemu dengan seseorang yang diam-diam akan mencoba merobohkan tembok pertahanan nya yang beku.

Sosok dari masa lalu yang dia sendiri tidak pernah menyadari, sosok yang diam-diam memperhatikan dan peduli pada setiap gerak dan tindakan yang di ambilnya.

Agler Emilio Kendrick ketua geng motor besar yang ada di jakarta selatan sana... Black venom.

Dia adalah bad boy, yang memiliki sikap arogan.

Dan dia adalah sosok itu...

Akankah Agler berhasil mencairkan hati beku Viora dan merobohkan dinding pertahanan nya, atau cintanya tak kunjung mendapat balasan dan bertepuk sebelah tangan??

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ARQ ween004, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

ruang serbaguna

Cahaya matahari menembus kaca besar di sisi barat, menciptakan pantulan keemasan di lantai marmer ruang serbaguna Starlight School.

Deretan kursi tersusun rapi menghadap ke arah panggung kecil, dan di sana, beberapa siswa sudah berkumpul—suasana ramai tapi tertib, khas acara yang dipegang oleh siswa-siswa elit.

Zea masuk perlahan, mengenakan seragam rapi dengan dasi abu di lehernya. Tas berwarna coklat tua tergantung di bahunya.

Ia menatap sekeliling—melihat wajah-wajah yang sebagian besar asing, beberapa di antaranya tampak sangat bersemangat, sebagian lain sibuk mencatat atau membagikan dokumen.

Di depan, seorang perempuan berambut pendek dengan kacamata bulat menepuk tangan dua kali.

“Oke, semua, selamat datang di rapat perdana Event Committee! Gue Tania, wakil ketua, dan hari ini kita bakal ngebahas garis besar acara Starlight Cultural Gala.”

Beberapa orang bertepuk tangan kecil, suasana segera mencair.

Zea duduk di kursi tengah barisan kedua. Di sampingnya, seorang siswa laki-laki dengan name tag bertuliskan Gavin — Logistik menatapnya ramah.

“Baru join, ya?” tanyanya pelan.

Zea mengangguk kecil. “Iya. Zea.”

“Welcome, Zea. Lo tepat banget gabung sekarang, lagi masa padat persiapan. Gue jamin, lo bakal sibuk tiap hari,” ujarnya sambil tertawa kecil.

Zea ikut tersenyum. “Kayaknya itu justru yang gue butuh.”

Di depan, Tania mulai menjelaskan lewat proyektor. Slide pertama menampilkan logo Starlight dan tagline acara: “Cultural Gala 2025 — Harmony in Diversity.”

“Acara ini bakal jadi event terbesar semester ini,” ucap Tania dengan nada tegas tapi antusias. “Kita kerja sama sama beberapa sekolah besar lain juga, termasuk Satropa.”

Sekilas, nama itu membuat Zea menahan napas sesaat.

Satropa. Hanya mendengar namanya saja sudah cukup untuk membuat bayangan masa lalu berkelebat cepat di benaknya. Tapi ia cepat menepis, menegakkan duduknya, berusaha tetap fokus pada pembahasan.

Tania melanjutkan, “Jadi, tim kita bakal dibagi jadi beberapa divisi: dekorasi, publikasi, sponsorship, dokumentasi, dan stage management. Setiap divisi nanti dipimpin satu head.”

Gavin yang duduk di sebelah Zea berbisik, “Divisi dekorasi paling rame, tapi publikasi paling seru.”

Zea menoleh singkat. “Lo di logistik, kan?”

“Iya. Tapi kalo lo punya sense estetik, mending ke publikasi. Mereka butuh orang yang rapi tapi punya taste.”

Zea mengangguk pelan, mulai mempertimbangkan. Ia memang punya kecenderungan menyukai hal-hal visual — layout, warna, dan keteraturan yang menenangkan.

Beberapa menit kemudian, Tania kembali bersuara.

“Untuk anggota baru, kalian bisa isi formulir pembagian divisi di meja depan nanti. Tapi sebelumnya, gue mau kalian lihat rundown kasar acara ini.”

Slide berikutnya menampilkan detail panggung, susunan acara, dan daftar kolaborasi sekolah — termasuk logo besar Satropa di sudut kanan bawah.

Mata Zea sempat berhenti di sana. Ada rasa getir samar di dadanya, tapi bukan luka yang sama seperti dulu — lebih seperti kenangan yang menunggu untuk dihadapi dengan cara baru.

Rapat berlangsung sekitar satu jam. Semua berjalan lancar dan profesional. Setelahnya, sebagian anggota mulai beranjak, beberapa masih sibuk berdiskusi.

Tania menghampiri Zea sebelum keluar. “Lo kelihatan tenang dan cepat nyimak. Lo ambil divisi apa nanti?”

Zea tersenyum tipis. “Kayaknya publikasi.”

“Bagus,” kata Tania dengan anggukan. “Tim publikasi lagi butuh orang kayak lo — bisa diandalkan tapi gak ribut.”

Zea mengangguk sopan, lalu berjalan keluar ruang serbaguna.

Udara sore Starlight terasa lebih lembut saat ia melangkah di koridor luar. Di tangannya masih tergenggam map berisi rundown acara dan lembar pendaftaran divisi.

Namun begitu matanya menatap tulisan kecil di sudut bawah dokumen — “Inter-school Coordination: handled by Satropa Student Council” — napasnya kembali tertahan sesaat.

"Oke, mari belajar melupakan dan bersikap profesional." Katanya pelan.

Ia kemudian melangkah menuju parkiran, membiarkan langkahnya tenang — tak sadar bahwa keputusan sederhana itu baru saja membuka kembali jalur takdir yang belum tertutup sempurna.

°°°

Langit sore mulai berwarna lembayung ketika Zea melangkah keluar dari area Starlight School. Udara masih hangat, tapi angin sore membawa kesejukan lembut yang menenangkan setelah rapat panjang barusan.

Ia melirik jam di pergelangan tangannya — pukul lima lebih sedikit. Masih cukup waktu untuk mampir sebentar sebelum pulang.

Dan seperti kebiasaannya setiap kali butuh “napas”, Zea mengarahkan langkah ke Kaffé D’Lune, kafe kecil bergaya vintage di sisi jalan utama yang terkenal dengan es krim buatan sendiri.

Begitu pintu kaca terbuka, lonceng kecil di atasnya berdenting lembut. Aroma manis vanilla bercampur kopi memenuhi ruangan. Beberapa meja diisi siswa Starlight, tapi suasananya tetap tenang dan nyaman.

Zea melangkah ke konter, matanya tertuju pada papan menu berwarna pastel.

“Raspberry cheesecake, satu scoop aja,” katanya pada barista, disertai senyum kecil.

Sambil menunggu, matanya berkeliling menyusuri ruangan — dan hampir tak sengaja berhenti pada satu sudut dekat jendela.

Di sana, seorang siswa duduk sendirian. Kemeja putihnya sedikit terbuka di bagian atas, memperlihatkan kaus putih polos di dalam. Dasi abu-abu tergulung di lengan kirinya. Ia menatap ke luar jendela dengan ekspresi datar, sementara tangan kirinya memegang sesuatu yang mencolok... sebuah sapu tangan putih dengan bordiran huruf kecil ‘R’ di ujungnya.

Zea tertegun.

Itu... miliknya.

Sapu tangan yang semalam ia kira hilang.

Langkahnya otomatis berhenti, lalu maju lagi — kali ini dengan langkah mantap.

“Seriusan?” suaranya terdengar sebelum sempat ia tahan, nada kesalnya muncul begitu saja.

Pemuda itu menoleh perlahan. Agler. Alisnya sedikit terangkat.

Zea menyilangkan tangan di dada. “Gue gak nyangka, ternyata pencurinya malah nongkrong santai sambil pamer barang curian.”

Agler menatapnya tanpa ekspresi, tapi sorot matanya tajam, mengamati wajah gadis di depannya heran.

“Pencuri?” Ia mengulang pelan, belum benar-benar paham maksudnya — tapi pandangannya segera mengikuti arah tatapan Zea. Saat sadar benda yang dimaksud, suaranya berubah rendah, nyaris seperti gumaman.

“Gue cuma nemuin benda itu.”

“Nemuin? Di mana?” nada Zea menajam, meski ia masih menahan suara agar tak menarik perhatian sekitar.

“Toilet semalam,” jawab Agler santai sambil meletakkan sapu tangan itu di meja. “Waktu gue mau nyusul, lo udah gak ada. Gue mau balikin pas istirahat tadi, tapi lo kayaknya lagi keasyikan nonton band abal-abal di taman belakang.”

“Sembarangan lo! Perform mereka tadi keren, tahu. Udah nyindir, nyolong juga,” gerutunya pelan.

Agler menyandarkan punggung ke kursi, tatapannya tetap datar. “Lo pikir gue punya waktu buat nyolong sapu tangan?”

Zea menunduk sedikit, lalu menghela napas. “Ya udah, sorry. Tapi itu benda kesayangan gue. Sini balikin!"

Agler menatapnya beberapa detik, kemudian mendorong sapu tangan itu ke tepi meja.

“Yaudah. Sekarang udah balik ke pemiliknya.”

Zea memandangi benda itu sejenak sebelum perlahan mengambilnya. Sentuhan lembut kain itu menimbulkan rasa bersalah kecil yang sulit ia jelaskan.

“Thanks,” katanya pelan. “Dan… sorry sekali lagi, kalau gue salah paham.”

Agler hanya mengangkat bahu. “Udah biasa. Orang kayak lo emang suka nyolot duluan.”

Zea sempat terpancing, tapi akhirnya menghela napas panjang. Ia memilih tak meladeni.

“Gue duluan, deh,” katanya sambil menenteng cup es krimnya. “Capek ngomong sama orang baperan.”

Agler menatap sekilas, lalu kembali menatap keluar jendela. “Jangan sering ninggalin barang lo sembarangan.”

Zea berhenti sejenak di ambang pintu, menatapnya dengan ekspresi setengah kesal. “Gue bakal ingat itu,” jawabnya pelan, sebelum melangkah keluar.

Begitu pintu tertutup di belakangnya, Agler menatap meja kosong di depannya — sapu tangan itu sudah tak ada.

Senyum tipis nyaris tak terlihat terukir di wajahnya.

“Zealodie, huh…” gumamnya pelan. “Barang kesayangan. Tapi lo lupa kisah di balik sapu tangan yang lo pegang.”

****

1
Mar lina
pasti Agler
yg menatap nya secara dlm...
lanjut thor ceritanya
Mar lina
siapa ya
sosok misterius itu???
Mar lina
bener Rafka ada main sama sahabat Viola
lanjut thor
Yunita Aristya
kok aku merasa friska ada main sama rafka🤭
ARQ ween004
Aku update tiap hari jam delapan ya! makasih yang udah mampir 🫶 tinggalkan jejak kalian di kolom komentar sini ya! biar aku tambah semangat nulisnya, hhe...

love u sekebon buat para readers ku🫶🫶
Madie 66
Aku jadi bisa melupakan masalah sehari-hari setelah baca cerita ini, terima kasih author!
ARQ ween004: makasih kembali, makasih udah baca cerita ku dan aku juga senang kalau kalian suka🫶🫶
total 1 replies
Carlos Vazquez Hernandez
Dapat pelajaran berharga. 🧐
Kelestine Santoso
Menguras air mata
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!