NovelToon NovelToon
The Lonely Genius

The Lonely Genius

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Sci-Fi / Anak Genius / Murid Genius / Dunia Masa Depan / Robot AI
Popularitas:801
Nilai: 5
Nama Author: PumpKinMan

Di tahun 2070, nama Ethan Lawrence dirayakan sebagai pahlawan. Sang jenius muda ini telah memberikan kunci masa depan umat manusia: energi tak terbatas melalui proyek Dyson Sphere.
Tapi di puncak kejayaannya, sebuah konspirasi kejam menjatuhkannya.
Difitnah atas kejahatan yang tidak ia lakukan, sang pahlawan kini menjadi buronan nomor satu di dunia. Reputasinya hancur, orang-orang terkasihnya pergi, dan seluruh dunia memburunya.
Sendirian dan tanpa sekutu, Ethan hanya memiliki satu hal tersisa: sebuah rencana terakhir yang brilian dan berbahaya. Sebuah proyek rahasia yang ia sebut... "Cyclone".



(Setiap hari update 3 chapter/bab)

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PumpKinMan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 25: Gema di Menara Gading

Keheningan setelah kepergian Profesor Thorne terasa lebih buruk daripada badai data di layar holografik Ethan. Suara pecahnya cangkir cokelat di lantai bergema di ruangan mewah itu, sebuah metafora yang terlalu pas untuk dunianya yang baru saja retak.

Dia berdiri membeku, menatap cairan cokelat yang menyebar seperti noda dosa di lantai putih bersih.

`Kau baru saja secara hukum menyetujui apa yang mereka lakukan di Mars.`

Kata-kata Aurora bergema di kepalanya. Dia telah menandatanganinya. Dia telah memberi Thorne—dan Rostova—izin tertulis untuk melakukan kekejaman atas namanya.

Panik mulai menjalari dirinya, dingin dan menusuk. Dia harus memperbaikinya. Dia harus menarik kembali tanda tangannya. Dia harus menelepon Thorne. Dia harus menelepon Rostova. Dia harus...

Dia meraih komunikator pribadinya, jarinya melayang di atas ikon kontak Rostova.

`Ethan,` suara Aurora terdengar, tenang namun mendesak. `Pikirkan. Apa yang akan kau katakan padanya? Bahwa kau menandatangani tanpa membaca? Bahwa kau tiba-tiba peduli pada protokol keselamatan setelah melanggarnya sendiri untuk mendapatkan datamu? Dia akan tahu kau berbohong. Atau lebih buruk, dia akan tahu kau *tahu* apa yang sebenarnya terjadi.`

Ethan menurunkan tangannya. Aurora benar. Mengakui kesalahannya sekarang hanya akan mempercepat kehancurannya. Itu akan menunjukkan kartunya terlalu dini. Dia telah masuk ke dalam perangkap, dan sekarang dia terjebak di dalamnya bersama para predator.

Dia merasa mual. Dia berjalan ke kamar mandi pribadinya dan membungkuk di atas wastafel porselen dingin, mencoba menarik napas. Wajah yang menatapnya balik dari cermin adalah wajah orang asing—pucat, mata melebar karena ngeri. Ini bukan wajah seorang pahlawan. Ini adalah wajah seorang kaki tangan.

"Aku harus memberitahu Nate," bisiknya pada pantulannya. Nate akan tahu apa yang harus dilakukan. Nate akan...

Tidak. Dia tidak bisa melibatkan Nate lagi. Nate sudah mempertaruhkan segalanya untuk membantunya mendapatkan *Calicite-7*. Jika Ethan memberitahunya tentang ini, tentang memo yang dia tandatangani, Nate akan melakukan sesuatu yang gegabah. Dia akan mencoba mengekspos Thorne secara langsung, dan mereka berdua akan hancur.

Dan Luna? Dia tidak bisa memberitahunya. Dia tidak bisa melihat kekecewaan di matanya. Dia tidak bisa membiarkan Luna tahu bahwa pria yang baru saja diciumnya di bawah hujan adalah seorang pengecut yang mengorbankan nyawa orang lain demi kemajuan proyeknya.

Dia sendirian dalam hal ini. Benar-benar sendirian.

Dia membasuh wajahnya dengan air dingin. Dia menatap pantulannya lagi. Kepanikan itu mulai mereda, digantikan oleh sesuatu yang lebih dingin: tekad yang putus asa.

Dia telah membuat kesalahan. Kesalahan yang mengerikan. Tapi dia tidak bisa mengubah masa lalu. Dia hanya bisa mencoba mengendalikan masa depan.

Dia harus memainkan permainan mereka. Dia harus berpura-pura tidak tahu apa-apa. Dia harus terus menjadi "Direktur Pradana" yang naif dan fokus pada sains. Sementara itu, dia harus menemukan cara untuk menghentikan Thorne. Dia harus menemukan cara untuk menyelamatkan orang-orang di Mars tanpa mengungkapkan dirinya sendiri.

Dia kembali ke kantor utamanya. Lantainya masih kotor karena tumpahan cokelat. Dia mengabaikannya. Dia berjalan ke hologram Jupiter yang masih berkedip merah.

Dia harus bekerja. Itu satu-satunya cara dia tahu cara bertahan hidup. Dia harus menyelam kembali ke dalam satu-satunya dunia di mana dia memiliki kendali: dunia persamaan.

Selama sisa hari itu, Ethan mengubur dirinya dalam pekerjaan. Dia memaksakan pikirannya untuk fokus pada fluktuasi medan gravitasi Jupiter, pada algoritma stabilisasi plasma, pada efisiensi pendingin kuantum. Setiap kali pikirannya melayang ke Mars, ke memo yang ditandatanganinya, dia mendorongnya kembali dengan paksa.

Kenji masuk beberapa kali dengan jadwal atau pertanyaan. Ethan menjawabnya dengan singkat, efisien, dan dingin. Dia bisa melihat kebingungan di mata asistennya. Direktur yang kemarin penuh gairah dan sedikit eksentrik, hari ini menjadi mesin yang pendiam dan jauh.

Pukul 17:00, notifikasi rapat muncul di layarnya. `RAPAT TINJAUAN KEMAJUAN MINGGUAN - SEMUA KEPALA TIM.` Di ruang konferensi utama. Dia tidak bisa menghindarinya.

Dia berjalan ke ruang konferensi, merasa seperti sedang berjalan ke tiang gantungan lagi. Semua kepala timnya sudah ada di sana—Dr. Petrova (Plasma), Dr. Aris (Material), Dr. Singh (Komputasi Kuantum), dan selusin lainnya. Mereka adalah pikiran-pikiran terbaik di planet ini, orang-orang yang dia rekrut sendiri.

Dan duduk di ujung meja, dengan senyum tipis di wajahnya, adalah Dr. Julian Frost.

Ethan berhenti. "Dr. Frost? Apa yang Anda lakukan di sini? Ini rapat tim inti."

Frost berdiri. "Senator Rostova merasa, mengingat pengalaman saya sebelumnya dengan proyek ini, akan bermanfaat jika saya bergabung kembali dalam kapasitas... penasihat. Untuk memastikan transisi berjalan lancar dan metodologi yang tepat diikuti."

Ethan menatap Frost. *Penasihat?* Ini adalah cara Rostova untuk memasang mata-mata di jantung timnya. Tali kekang lainnya.

"Selamat datang kembali, Dr. Frost," kata Ethan datar, berjalan ke kursinya di kepala meja. "Mari kita mulai."

Rapat itu adalah siksaan. Setiap kepala tim memberikan laporan kemajuan mereka. Semuanya positif. Konstruksi Lensa Fraktal di orbit berjalan lebih cepat dari jadwal. Efisiensi energi prototipe darat terus meningkat.

Ethan mendengarkan dengan setengah hati, pikirannya masih terbagi antara Jupiter dan Mars.

Lalu giliran Dr. Petrova. "Direktur," kata kepala tim plasma itu, suaranya seperti biasa, lugas dan tanpa basa-basi. "Simulasi terbaru kami pada sistem injeksi plasma menunjukkan potensi ketidakstabilan jika kita mendorongnya melampaui 95% kapasitas. Algoritma Anda..."—dia menunjuk ke layar yang menampilkan kode kompleks Ethan—"...brilian, tetapi sangat agresif. Saya merekomendasikan pendekatan yang lebih konservatif untuk prototipe skala penuh."

Sebelum Ethan bisa menjawab, Frost menyela. "Saya setuju sepenuhnya dengan Dr. Petrova." Semua mata tertuju padanya. "Pendekatan Direktur Pradana, meskipun inovatif, secara inheren tidak stabil. Itu mengabaikan prinsip-prinsip rekayasa yang telah terbukti. Kita tidak bisa mempertaruhkan keseluruhan proyek pada... 'intuisi puitis'."

Serangan itu dimulai. Frost tidak menyerangnya secara pribadi; dia menyerang *sains*-nya.

Ethan merasakan kemarahan lamanya kembali. Dia menatap Frost. "Intuisi saya," kata Ethan dingin, "adalah apa yang membuat proyek ini berjalan, Dr. Frost. Sementara metodologi 'terbukti' Anda hanya menghasilkan peningkatan 0.5%."

Wajah Frost memerah. "Itu tidak adil! Anda menggunakan data curian..."

"Cukup!" Suara Ethan memotong seperti cambuk. Dia berdiri. Ruangan menjadi sunyi. "Ini bukan debat akademis. Ini adalah proyek untuk menyelamatkan dunia. Dan ya, Dr. Petrova, algoritma saya agresif. Karena *harus* agresif. Kita tidak membangun jembatan di sini. Kita sedang mencoba menahan matahari."

Dia berjalan ke layar utama, mengambil stylus cahaya. "Masalahnya bukan pada agresivitasnya. Masalahnya ada pada *resonansi simpatik* antara injektor plasma dan medan penahanan Lensa itu sendiri. Mereka bernyanyi dalam nada yang sama, dan itu menciptakan umpan balik."

Dia mulai menggambar di atas kode Petrova, bukan mengubahnya, tetapi menambahkan lapisan baru—sebuah algoritma peredam harmonik yang didasarkan pada prinsip musik kontrapoin.

"Kita tidak perlu mengurangi kekuatannya," katanya, sambil menggambar. "Kita hanya perlu... menambahkan suara kedua. Sebuah frekuensi penyeimbang yang akan membatalkan resonansi berbahaya itu tanpa mengurangi output."

Dia menyelesaikan gambarnya—sebuah rangkaian logika kuantum yang tampak mustahil namun elegan. "Jalankan simulasi dengan ini," perintahnya kepada Dr. Singh (Komputasi Kuantum).

Singh, seorang pria India kecil berkacamata tebal, tampak ragu sejenak, lalu mengangguk. Jari-jarinya menari di atas konsolnya.

Seluruh ruangan menahan napas saat simulasi baru berjalan di layar utama. Grafik energi plasma melonjak... 95%... 98%... 100%... 105%...

Garis merah resonansi berkedip... lalu lenyap. Digantikan oleh dua garis hijau paralel yang sempurna. Stabil.

"Ya Tuhan," bisik Petrova.

Frost menatap layar, mulutnya sedikit terbuka karena tidak percaya.

Ethan meletakkan stylus itu. Dia baru saja memecahkan masalah bernilai miliaran dolar dalam waktu kurang dari lima menit, di depan seluruh timnya, setelah tidak tidur selama dua hari dan baru saja secara tidak sengaja menandatangani surat kematian.

Dia kembali ke kursinya. "Ada pertanyaan lain?" tanyanya pelan.

Tidak ada.

Dia telah membungkam mereka. Dia telah membuktikan lagi mengapa *dia* yang memimpin.

Rapat berakhir dalam keheningan yang canggung namun penuh kekaguman. Para kepala tim mengemasi barang-barang mereka, sesekali melirik Ethan dengan ekspresi baru di wajah mereka.

Hanya Frost yang tersisa, masih berdiri di dekat layar, menatap solusi elegan Ethan dengan campuran kebencian dan keengganan untuk mengakui kejeniusannya.

Ethan berjalan melewatinya tanpa sepatah kata pun. Dia telah memenangkan pertempuran ini. Tapi dia tahu perang sesungguhnya baru saja dimulai. Dan dia tahu musuhnya yang sebenarnya bukanlah Julian Frost.

Dia kembali ke kantornya. Dia merasa sedikit lebih baik—kemenangan kecil itu memberinya sedikit kekuatan. Tapi rasa bersalah itu masih ada, mengintai di sudut pikirannya.

Dia duduk di mejanya. Dia harus melakukan sesuatu tentang Mars. Tapi apa?

Dia mencoba mengakses log komunikasi Thorne. `AKSES DITOLAK. OTORISASI ROSTOVA DIPERLUKAN.` Sial.

Dia mencoba meretasnya. `PERINGATAN: UPAYA AKSES TIDAK SAH TERCATAT.` Dobel sial. Frost pasti telah memperkuat keamanan internal setelah insiden Aurora.

Dia bersandar di kursinya, merasa frustrasi. Dia memiliki semua kekuatan di dunia, tetapi dia tidak bisa melihat apa yang terjadi di halaman belakang rumahnya sendiri.

Dia membutuhkan mata dan telinga di Mars. Seseorang yang bisa dia percaya. Seseorang di luar rantai komando Thorne.

Dia memikirkan timnya. Petrova? Terlalu blak-blakan. Singh? Terlalu penakut.

Lalu dia teringat seseorang. Seorang insinyur geologi muda di tim materialnya. Namanya Dr. Elara Vance. Dia brilian, sedikit pemberontak, dan dia pernah bekerja di pos terdepan Mars sebelum Ethan merekrutnya. Dia mengenal medan. Dia mengenal orang-orangnya.

Ethan membuka saluran komunikasi aman internal—saluran yang dia tahu Frost *tidak* pantau karena itu hanya untuk komunikasi tim internal.

"Dr. Vance," katanya. "Bisakah Anda datang ke kantor saya sebentar?"

1
Brock
Saya butuh lanjutannya, cepat donk 😤
PumpKinMan: udah up to 21 ya bro
total 1 replies
PumpKinMan
Halo semua, enjoy the story and beyond the imagination :)
Texhnolyze
Lanjut dong, ceritanya makin seru!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!