Anindya Selira, panggil saja Anin. Mahasiswa fakultas kedokteran yang sedang menempuh gelar dokter Sp.Dv, lebih mudahnya spesialis kulit.
Dengan kemurahan hatinya dia menolong seorang pria yang mengalami luka karena dikejar oleh penjahat. Dengan terpaksa membawa pria itu pulang ke rumahnya. Pria itu adalah Raksa Wirajaya, pengusaha sukses yang memiliki pengaruh besar.
Perbuatan baiknya justru membuat Anin terlibat pernikahan paksa dengan Raksa, karena mereka berdua kepergok oleh warga komplek sekitar rumah Anin.
Bagaimana hubungan pernikahan mereka berdua?
Akankah mereka memiliki perasaan cinta satu sama lain?
Atau mereka mengakhiri pernikahannya?
Yuk baca kisah mereka. Ada 2 couple lain yang akan menambah keseruan cerita mereka!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cchocomoy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Situasi Terpojok
Semua orang membawa Raksa dan Anin ke kepala komplek untuk melaporkan perbuatan mereka berdua yang berbuat mesum.
“Mereka sudah mencemarkan reputasi komplek!!”
“Benar! Jadi mereka harus segera dinikahkan! Jika tidak itu akan membuat contoh buruk untuk anak-anak yang lainnya!!”
“Setuju! Nikahkan mereka berdua!!! Atau anak-anak muda di komplek ini akan mengikuti perbuatan Anin yang sudah berbuat mesum!!”
“Benar!! Nikahkan mereka!!”
“Ti-tidak! Saya mohon pak, ini hanya kesalahpahaman! Saya tidak melakukan apapun dengan dia!” Anin menunjuk Raksa sudah sangat lemah.
“Apa kalian semua tidak bisa melihat kondisinya? Dia terluka! Saya hanya membantu mengobati lukanya!” Anin terus berusaha membela dirinya sendiri, karena pada kenyataannya mereka berdua tidak melakukan seperti yang dituduhkan.
“Jika memang dia terluka parah, kenapa tidak dibawa ke rumah sakit? Dan kenapa harus ke rumahmu? Apalagi dengan pintu tertutup! Lampu dimatikan!”
“Benar! Itu sudah membuktikan jika kalian sedang berbuat mesum!!”
“Itu tidak benar!! Tuan Raksa, tolong katakan sesuatu, atau kita akan benar-benar menikah.” Air mata Anin sudah mengalir deras. Ia memohon agar Raksa bisa membantunya mencegah pernikahan mereka.
“A-apa yang bisa ku lakukan dalam kondisi seperti ini?” lirihnya dengan suara yang nyaris tak terdengar.
Anin dan Raksa sedang di dudukkan di sofa milik kepala komplek. Anin menatap Raksa yang sudah sangat lemah dengan air mata yang tak henti-hentinya menangis.
...* * *...
“Setelah malam itu, aku tidak menyangka jika pernikahan itu benar terjadi. Besok paginya semua orang membawaku dan Raksa untuk mendaftarkan pernikahan.” Anin menyeka air matanya.
“Sangat lucu bukan? Takdir mempermainkan dua orang yang seharusnya tidak berada di situasi seperti ini.”
Satu bulan pernikahan mereka, Raksa begitu perhatian. Namun, siapa sangka di bulan kedua pernikahan mereka. Raksa tidak bicara dengan Anin, bahkan Raksa memilih tidur di kamar lain. Anin juga bukan perempuan yang sabar dan pasrah begitu saja.
Awalnya Anin menduga jika Raksa memiliki simpanan. Namun, tidak ada bukti sedikitpun yang menunjukan jika Raksa selingkuh.
Anin semakin bingung kenapa Raksa tiba-tiba saja menjauh darinya. Berbicara hanya seperlunya.
Raksa selalu pergi pagi-pagi sekali dan pulang larut malam. Saat weekend pun Raksa lebih memilih untuk berada di ruang kerjanya.
Mereka berdua bertemu hanya waktu sarapan jika itu di hari kerja. Saat weekend mereka hanya bertemu saat waktu makan.
“Apa alasan dibalik semua ini? Aku masih tidak mengerti.” Anin memilih merebahkan tubuhnya di atas kasur. “Beruntungnya hari ini tidak terlalu banyak pasien.”
Anindya Selira adalah seorang dokter spesialis kulit. Saat bertemu dengan Raksa untuk pertama kalinya, Anin sudah menjadi seorang dokter. Namun, Anin masih fokus menjalani pendidikannya untuk menjadi dokter spesialis.
Dan baru beberapa tahun terakhir, Anin sudah mendapat gelar dokter Sp. D. V. Tentunya Anin jauh lebih sibuk dari sebelumnya.
Semua pencapaian Anin saat ini hasil dari usahanya, yang mungkin sama sekali tidak diketahui oleh Raksa.
Selama ini Anin memberitahu jika dirinya hanya seorang dokter. Ia tidak mengatakan jika sedang menjalani pendidikan untuk menjadi dokter spesialis kulit.
“Setelah hari ini, aku tidak ingin melihat Raksa. Sebisa mungkin aku harus menghindarinya, dan aku akan minta memperpadat jadwalku. Aku akan minta di jam weekend, ini ide yang baik daripada aku harus berhadapan dengannya dan berakhir debat.”
Anin menghela nafasnya yang terdengar begitu berat. Semua upaya sudah ia lakukan agar Raksa mau berubah.
“Usiaku sudah tidak muda lagi, sekarang sudah tiga puluh tahun. Dan kehidupan ku masih seperti ini? Sudahlah! lupakan saja, aku hanya ingin fokus untuk pekerjaan.”
Pikiran Anin terlalu berisik dan sangat penuh. Ia tidak punya tempat untuk pulang meskipun hanya untuk mengungkapkan rasa kesalnya. Anin hanya bisa pasrah, tidak ada yang bisa dilakukan selain menjalani apa yang ada di depan mata.
Anin memutuskan untuk mandi dan berendam agar rasa lelah yang ada dipikirannya sedikit berkurang.
Disisi lain, di rumah sakit.
Raksa dan Ardhan masih menunggu di ruangan kerja Bima.
“Jadi? Apa masalah yang membuatmu seperti ini?” tanya Ardhan yang baru saja datang.
“Nanti, aku akan menjelaskannya tunggu Bima datang. Aku nggak mau harus mengulang penjelasan dua kali.”
“O-oke! Kita tunggu Bima datang.”
Ardhan menatap Raksa bingung, “Aku kira sudah ada perubahan, nyatanya masih tetap sama,” gumam Ardhan.
Tidak lama, Bima datang dengan wajah yang sangat kusut, lelah dan kesal.
“Kenapa? Ada masalah sama pasienmu atau istrimu?” tanya Ardhan.
“Keduanya!”
“Kenapa lagi istrimu?” kali ini Raksa yang bertanya.
“Bukan masalah besar, ini semua juga karena aku yang membuatnya kesal. Jadi, pagi tadi dia langsung pergi gitu aja. Dia juga dijemput temannya, aku bisa apa? Dan sekarang dia tidak membalas pesanku.”
“Lalu, apa yang kamu lakukan hingga membuatnya kesal?” tanya Ardhan penasaran.
“Aku pulang malam karena ada operasi dadakan. Jadi, mau nggak mau aku melewatkan dinner bareng dia, karena sebelumnya sudah janji,” jelas Bima.
“Pantas saja,” celetuk Ardhan yang masih terdengar oleh Bima.
Bima langsung memberikan lirikan tajam, yang membuat Ardhan menciut. “Maaf.”
“Lalu, masalah pasienmu?” tanya Raksa.
“Biasalah, aku hanya mengusulkan untuk konsultasi pada dokter kulit. Tapi tidak di rumah sakit ini, karena memang rumah sakit ini masih mencari dokter kulit. Yang terjadi selanjutnya kalian pasti bisa menebaknya.”
Raksa dan Ardhan mengangguk, memang sulit untuk mengatasi pasien yang sangat keras kepala.
Hah…
Raksa dan Bima menghela nafas bersamaan, sepertinya mereka semua mengalami masalah dalam rumah tangga mereka, kecuali Ardhan yang memang belum menikah.
“Kenapa kalian terlihat begitu stres?” Raksa dan Bima menatap tajam Ardhan. “Eh?! Maaf-maaf. Oke, Bima sudah menceritakan masalahnya, dan sekarang giliranmu. Setelah itu kita bisa mencari solusi untuk masalah kalian, dan masalahku.”
“Tunggu! Masalahmu? Kamu ada masalah apa? Berantem lagi sama pacarmu?” tebak Bima.
“Ya ya seperti itulah.”
Raksa dan Bima menutup mulutnya agar tidak menertawakan Ardhan. “Ketawain aja, lagi pula kalau kita punya masalah yang sama, yaitu wanita," kesal Ardhan.
“Bukan kita semua, hanya kalian. Dalam hubunganku, bukan Anin yang bermasalah, melainkan diriku. Dan kalian juga sudah tau apa yang terjadi dengan hubungan aku dan Anin.”
“Oke, kita berdua tau. Sekarang, apa yang membuatmu sangat frustasi seperti ini? Sudah lima tahun, kita berdua belum pernah melihat istrimu. Bahkan, istriku sangat ingin bertemu dengan istrimu,” ucap Bima.
“Benar, aku juga sangat penasaran. Yang lebih nggak nyangka lagi, pacarku sepupu dari istrinya Bima, dokter Larisa,” balas Ardhan.
“Dia mau bercerai.”
“Oh bercerai, apa?!! Bercerai?” Ardhan terkejut mendengarnya. Begitu juga dengan Bima.
“Sa, yang bener aja. Bercandanya jangan serius ginilah, iya nggak Ar?” Bima menyenggol lengan Ardhan.
“I-iya, bercandanya jangan serius-serius.”
“Aku nggak serius, dia memang minta bercerai.”
“A-apa?”
suamiku jg ada tapi ga nular tapi juga ga sembun sampe sekarang aneh segala obat udah hasil ya sama ,