“Jangan sok suci, Kayuna! Kalau bukan aku yang menikahimu, kau hanya akan menjadi gadis murahan yang berkeliling menjual diri!”
Demi melunasi hutang ayahnya, Kayuna terpaksa menikah dengan Niko — CEO kejam nan tempramental. Ia kerap menerima hinaan dan siksaan fisik dari suaminya.
Setelah kehilangan bayinya dan mengetahui Niko bermain belakang dengan wanita lain. Tak hanya depresi, hidup Kayuna pun hancur sepenuhnya.
Namun, di titik terendahnya, muncul Shadow Cure — geng misterius yang membantunya bangkit. Dari gadis lemah, Kayuna berubah menjadi sosok yang siap membalas dendam terhadap orang-orang yang menghancurkannya.
Akankah Kayuna mampu menuntaskan dendamnya??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SooYuu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 21
Pukul sembilan malam, di sebuah ruangan rahasia. Lampu menyala remang di tengah perkumpulan geng yang siap memulai misi baru.
Laudia duduk dengan raut dinginnya. Danar dengan wajah sayu yang masih mengantuk, Jay merokok sambil menikmati kopi hangatnya, sementara Reza sudah bersiaga di depan monitor kesayangannya.
Tak lama, pintu terbuka — Rey alias Adrian muncul disusul seorang wanita paruh baya di belakangnya.
“Malam, Guys,” sapa Adrian begitu tiba.
“Malam, Bos,” sahut semuanya bersamaan.
“Kalian sudah makan malam?” tanya wanita paruh baya itu sembari menata beberapa box makanan di atas meja.
“Ibuu …,” ucap Laudia setelah berlari kecil menghampiri dan memeluk wanita itu.
“Makasih, Mom Ratna,” ujar Danar.
“Dasar kalian ini, kayak anak kecil aja,” sahut Ratna sambil tersenyum.
Ratna adalah pemilik resto burger — sekaligus pengurus markas rahasia Shadow Cure. Yang di mana markas itu terletak di ruang bawah tanah gedung restonya.
Dahulu, Ratna adalah salah satu klien dan kini ikut bergabung menjadi anggota tambahan yang bertugas membawa dan mendengarkan keluhan klien secara rahasia.
“Okey! Kalian sudah siap?” tanya Adrian.
Semua anggota mengangguk mantap.
“Baiklah, mari kita dengar keluhan klien berikutnya,” ujar Adrian lalu meminta Bu Ratna memutar sebuah rekaman suara.
Rekaman suara diputar. Terdengar suara tangis perempuan tersedu dan menceritakan kepedihan hidupnya.
Semua anggota tampak meringis getir kala mendengar cerita mengenaskan seorang perempuan yang mendapat kekerasan secara brutal.
Adrian menyipitkan mata, telinganya seolah mengenali suara tersebut. “Siapa nama kliennya, Bu?” tanyanya pada Ratna.
“Dia tidak memberi tahu namanya, jadi saya juga enggan menanyakannya lagi,” sahut Ratna.
Adrian manggut-manggut paham. Ia lalu menunduk—mendengarkan dengan saksama, jari-jarinya mengepal erat saat si wanita dalam rekaman berkata. Sundutan rokok, pukulan keras, cakaran, tamparan, mengikat dengan kejam dan segala cambukan brutal sudah menghujani tubuhnya yang rapuh — hingga keguguran.
“Biadab!” bentaknya sambil menggebrak meja dengan keras.
Semua orang terlonjak kaget.
“Kau benar, Bos. Ini … kasus paling mengerikan yang pernah kudengar selama aku bergabung dengan Shadow Cure,” ujar Danar.
“Reza,” ucap Adrian dengan tegas. “Lacak MH Group, kumpulkan semua data sebanyak mungkin,” perintahnya.
Dalam rekaman, klien itu menceritakan bahwa suaminya adalah CEO MH Group. Maka langkah pertama untuk menyelidiki target, adalah memantau perusahaan tersebut.
“Siap, Bos,” sahut Reza yang langsung cekatan mengeksekusi perintah.
“Danar dan Laudia,” ujar Adrian lagi. “Kalian datangi MH Group, cari tahu apa saja yang bisa membantu eksekusi kita.”
“Okay, laksanakan, Bos!” seru Danar.
“Oke, Bos,” balas Laudia.
“Bang Jay,” panggil Adrian pada anggota tertuanya setelah Bu Ratna. “Ikut aku mengintai nanti.”
“Oke!” sahut Jay singkat.
“Kita harus bersiap, dan menunggu konfirmasi klien,” tutur Adrian.
***
Malam berikutnya, langit sudah gelap, awan mendung menggantung di udara. Di dalam ruangan yang cukup luas namun terasa sesak itu, Kayuna berbaring di atas kasur — membelakangi suaminya.
Ponsel Niko terus bergetar tanpa dering, seolah sengaja dibuat untuk meredam suara pesan yang terus berentetan masuk.
Kayuna berpura-pura memejamkan mata, tapi telinganya masih menganga lebar mendengarkan suara bisik-bisik suaminya.
“Iya, Sayang. Aku ke sana sekarang, dandan yang cantik ya. Yang seksi,” ujar Niko sambil cekikikan pelan melalui voice note WhatsAppnya.
Kayuna masih berbaring tenang, bahkan saat suaminya sengaja mendekat — memastikan istrinya benar-benar tertidur pulas. Di kibaskannya pelan telapak tangannya di hadapan wajah Kayuna, Niko menyeringai sinis sebelum beranjak dari kasurnya.
“Tidurlah yang pulas, aku akan menghabiskan malamku dengan wanita seksi,” gumamnya lalu menyambar jaketnya dan keluar dari kamar.
Setelah pintu tertutup, Kayuna membuka kelopak matanya. “Dasar laki-laki bajingan,” Bibirnya menyungging sinis.
Wanita muda itu lekas turun dari ranjang, ia menyibak sedikit tirai jendela lalu berdiri sambil menyipitkan mata.
“Kau boleh bersenang-senang malam ini, sebelum aku mematik peluru ke arahmu. Whusss.” Ia membuat gerakan menembak dengan telunjuk, mengarah ke Niko yang tampak terlalu girang menuju mobilnya.
Saat Niko menancap gas dan keluar dari gerbang. Kayuna segera meraih jaket hitam bertudung, mengenakan masker lalu keluar dari kamar.
Langkahnya pelan, mengendap-endap agar tak terdengar oleh penghuni rumah. Akan panjang urusannya jika ibu mertua atau adik iparnya mengetahui gerak-geriknya di tengah malam.
Berhasil keluar rumah, Kayuna buru-buru masuk ke mobilnya. Menyalakan mesin dan menginjak gas, tangannya lincah memutar kemudi mobilnya.
Di perjalanan, ia meletakkan ponselnya di sebuah holder, lalu menyalakan navigasi lokasi — mengikuti laju mobil suaminya.
“Kau takkan lolos kali ini, Niko. Aku akan mengumpulkan bukti-bukti dan menuntutmu secepatnya!”
Dua hari sebelumnya, setelah bertemu Bu Ratna — pemilik resto burger, wanita paruh baya itu menyodorkan padanya sebuah voucher mirip kupon undian. Awalnya ia hampir membuangnya, tapi ada firasat yang menahan, seolah memaksa dirinya untuk mengecek hasil undian itu.
Kata Bu Ratna, itu hanya voucher buy one get one untuk pemesanan burger. Dengan penuh rasa penasaran, Kayuna menggosok pelan voucher itu dengan sebuah koin, perlahan beberapa angka muncul seperti sebuah kode. Di bawahnya tertera sebuah link untuk menukar kode tersebut.
Setelah Kayuna mengakses link tersebut, tak lama kemudian dia mendapat beberapa pesan spam Apakah anda ingin balas dendam? Kayuna iseng menekan ‘yes’ karena hari itu dia benar-benar tengah dibakar amarah terhadap suaminya.
Tak berhenti di situ, pesan spam lainnya mulai terus masuk dengan berbagai penawaran. Dari jasa balas dendam, memata-matai orang, hingga menjual berbagai alat kebutuhan untuk misi pembalasan.
Tanpa pikir panjang, Kayuna pun segera menulis sesuatu yang ia butuhkan. Sebuah alat pelacak rahasia. Dan benar saja, tak sampai sehari paket berisi alat itu pun dikirim secepat kilat. Dilengkapi dengan panduan dan saran penempatan, Kayuna pun langsung mengeksekusi dan memasangnya di mobil Niko.
***
Di markas rahasianya. Lampu menyala temaram, dinding yang dingin mulai menghangat kala Laudia menyalakan lilin-lilin kecilnya.
“Sudah dipastikan ini orangnya, Bos.” Reza menyodorkan laptopnya ke arah Adrian.
Adrian mengepal erat, tatapannya teramat menakutkan saat sekilas melihat foto pria yang dikenalnya. “Benar dia CEO MH Group?”
Reza mengangguk yakin. “Ini data yang saya dapat, perusahaan itu cukup dikenal banyak orang. Bahkan saat Anda mencarinya di sosmed, wajah CEO-nya pasti akan muncul.”
Sementara itu, Danar mengeluarkan potret kecil hasil penyelidikan langsung di perusahaan itu. “Ini yang saya dapat, selama penyelidikan bersama Laudia.”
Mata Adrian semakin membulat sempurna setelah menatap beberapa potret itu. “Sial,” dengusnya. “Kita harus bergerak cepat.”
.
.
.
Di sebuah club bar elit di kawasan Nusa Indah. Adrian bersama gengnya sudah bersiaga pada posisi masing-masing, setelah mendapat bocoran targetnya akan mengunjungi bar tersebut.
Danar dan Laudia sudah masuk untuk memulai misi mengumpulkan informasi. Sementara Adrian dan Reza memantau melalui monitor di dalam mobilnya.
“Kemana arahnya?” bisik Laudia pada Danar.
Tak merespon, Danar malah fokus menikmati pemandangan mewah di sana. Ia mengelus dagunya sambil cengar-cengir, menatap para wanita cantik nan seksi yang terus mencuri perhatiannya. “Pantesan Adrian bersikeras ingin masuk, ini alasannya.”
Plak!
Laudia menepuk kasar leher belakang pria itu. “Fokus!”
Danar memejamkan mata sejenak setelah tengkuknya dihantam keras. “Aish! Sial!” Namun segera menoleh dengan senyum tipis, tak berani balik melawan. “Siap, Nyonya.”
“Seharusnya kuijinkan saja Rey yang masuk tadi.” Laudia menghela napas menyesal.
“Nggak ada yang lebih baik dariku sebagai partnermu. Rey belum tentu bisa memahamimu,” ucap Danar.
Laudia menyunggingkan bibirnya. “Ck.”
Gadis berparas cantik namun tegas itu pun sibuk menyentuh liontin kalungnya yang sudah disetting berisi kamera tersembunyi. Ia terus memutarnya ke arah berbeda.
“Berhenti, hadap ke arah jam sembilan.” Adrian memberi arahan dari seberang.
Di dalam mobil, mata jernih Adrian membulat lebar. “Dia …,” gumamnya sambil menatap monitor. Ia melihat seorang wanita misterius, memakai topi hingga menutupi sebagian wajahnya.
“Why? Kau mengenal seseorang?” tanya Laudia melalui earphonenya.
Tak menjawab, Adrian justru buru-buru turun dari mobil. Tanpa sepatah katapun.
“Rey …,” bisik Laudia.
“Bang Rey keluar, nggak tau mau ke mana.” Reza menjawab sambil mengawasi wanita yang baru saja memecah fokus Adrian.
Reza memperbesar objeknya. “Siapa dia? Sial nggak keliatan mukanya.”
***
“Lepas! Bukan urusanmu!”
*
*
Bersambung.