NovelToon NovelToon
Arjuna Bopo Istimewa

Arjuna Bopo Istimewa

Status: sedang berlangsung
Genre:Anak Kembar / Keluarga / Spiritual / Epik Petualangan / Romansa
Popularitas:125.4k
Nilai: 5
Nama Author: Fernanda Syafira

Kisah ini adalah kelanjutan dari Novel Bopo Kembar Desa Banyu Alas.
Di sini, Author akan lebih banyak membahas tentang Arjuna Jati Manggala, putra dari Arsha dan Raina yang memiliki Batu Panca Warna.
Batu Panca Warna sendiri di percaya memiliki sesuatu yang istimewa. 'Penanda' Bopo ini, barulah di turunkan pada Arjuna setelah ratusan tahun lamanya. Jadi, Arjuna adalah pemegang Batu Panca Warna yang kedua.
Author juga akan membahas kehidupan Sashi, Kakak Angkat Arjuna dan juga dua sepupu Arjuna yaitu si kembar, Naradipta dan Naladhipa.
Beberapa karakter pun akan ada yang Author hilangkan demi bisa mendapatkan fokus cerita.
Agar bisa mengerti alurnya, silahkan baca terlebih dahulu Novel Cinta Ugal - Ugalan Mas Kades dan juga Novel Bopo Kembar Desa Banyu Alas bagi pembaca yang belum membaca kedua Novel tersebut.
Happy Reading

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fernanda Syafira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

3. Warisan

Malam itu, Arsha, Aksa berserta istri dan anak - anak mereka sedang berkumpul di kediaman Abimanyu, setelah menggelar acara doa bersama untuk memperingati empat puluh hari kepergian Pak Karto yang bertepatan dengan seratus hari kepergian Bu Lastri.

Suasana riuh begitu terasa saat keempat balita itu berkumpul. Suara teriakan dan tawa, memenuhi seisi rumah Abimanyu.

"Nang, Le, Nduk, Romo sengaja mengumpulkan kalian di sini, mau menyampaikan wasiat dari almarhum Akung." Abimanyu membuka pembicaraan.

"Ini, akte tanah rumah kalian masing - masing, pemberian dari Akung." Ujar Abimanyu sembari memberikan dua buah sertifikat masing - masing dengan nama Aksa dan Arsha.

"Ini di kasih Akung, Mo?" Tanya Aksa yang di jawab anggukan oleh Abimanyu.

"Alhamdulillah. Matur nuwun njih, Kung." Ucap Arsha yang berbicara pada angin.

"Tanah dan rumah utama itu, Akung berikan langsung pada Arjuna, seperti yang kalian dengar langsung dari Akung beberapa hari sebelum Akung meninggal. Jadi, walaupun itu masih tetap atas nama Akung, gak ada yang boleh mengusik wasiat dari langsung dari Akung itu, walaupun itu gak tertulis." Ujar Abimanyu kemudian.

"Ini, pabrik dan sawah milik Akung, yang di bagikan untuk cucu - cucunya. Dua pabrik beras yang di Kecamatan milik Arsha. Pabrik beras yang di Lor dan Kidul, milik Aksa dan pabrik beras yang di desa sebelah dan desa Pacet, milik Raka." Jelas Abi.

"Ashoka dan Gendis, kebagian sawah milik Akung yang ada di Desa sebelah. Sawah yang di Kidul, jatahnya Mas Aksa dan sawah yang di Lor jatahnya Raka. Sisanya, sawah yang ada di Desa ini, milik Romo dan Yanda. Mas Arsha gak kebagian sawah, tapi kejatahan Pabrik Pakan yang di Kabupaten karena selama ini Mas Arsha yang ngurus Pabrik Pakan itu, kata Akung." Imbuh Abimanyu yang menjelaskan wasiat Pak Karto pada anak - anaknya.

"Iya, Mo." Jawab Arsha dan Aksa hampir bersamaan.

"Le, Romo ini kan sudah tua, sudah pingin istirahat. Tolong kamu lanjutkan ya, Le, menjadi Kepala Desa di Desa ini." Pinta Abimanyu.

Karena keriuhan saat pemilihan Kepala Desa Banyu Alas dulu, pada akhirnya Pemerintah Kabupaten mengembalikan Kepemimpinan di sana menjadi seperti semula, yatu secara turun - temurun oleh keluarga Bopo.

"Emangnya Romo gak mau nambah masa jabatan lagi? Nambah lagi ya gak apa - apa loh, Mo. Kan aku bantuin." Ujar Aksa.

"Wes kesel to, Le. (Sudah capek to, Le.)" Kata Abimanyu yang membuat anak - anaknya terkekeh.

"Dulu aja, Akung usia seperti Romo ini, udah istirahat. Udah Romo gantikan tugasnya jadi Kepala Desa." Imbuh Abimanyu kemudian.

"Ya sudah. In Syaa Allah, Aksa gantikan nanti, Mo." Jawab Aksa yang membuat Abimanyu merasa lega.

"Ibun juga jadi pingin pensiun deh, Mo." Kekeh Runi sambil melirik ke arah Saira.

"Bun, jangan dulu." Sergah Saira dengan cepat hingga membuat Runi tertawa.

...****************...

"Panav... Panav..." Seru Sashi memanggil Binturongnya yang kini menempati kandang bekas milik Ningrat dulu.

Tentu saja kandang itu sudah di pindah ke halaman samping rumah Arsha agar lebih mudah mengawasinya.

Binturong itu pun keluar dari tempat persembunyiannya ketika Sashi memanggilnya. Gadis kecil itu, kemudian membuka kandang si Binturong dan membiarkan Panav mengikutinya bermain di teras rumah.

"Mbak Aci..." Panggil Arsha ketika melihat Sashi bermain di teras samping rumah mereka sembari memberi makan Panav.

"Dalem, Ayah." Jawab Sashi yang langsung menoleh ke sumber suara.

"Ayah minta tolong, temenin Dek Juna sebentar, bisa? Ayah mau ke wc." Pinta Arsha sore itu, karena Raina masih belum pulang bekerja.

"Bisa, Ayah. Tapi Aci sama Dek Juna main di sini sama Panav ya, Yah?" Kata Sashi.

"Iya. Tapi hati - hati, ya." Pesan Arsha sambil meletakkan Arjuna di dekat Sashi.

"Dek Juna, main sama Mbak Aci ya. Ayah mau ke wc sebentar." Pamit Arsha.

"Manut kalih Mbak Aci njih, Nang. (Nurut sama Mbak Aci ya, Nang.)" Pesan Arsha.

"Sini, Dek Juna. Jangan jalan - jalan, ya. Kita kasih makan Panav aja." Ujar Sashi sembari memberikan melon pada Arjuna.

Arjuna pun mengangguk. Ia menerima melon pemberian Sashi kemudian memakannya sedikit sebelum ia berikan pada Panav. Sashi pun tertawa melihat Arjuna yang makan bergantian dengan Panav.

"Jangan di makan, itu punya Panav. Dek Juna makan yang balu aja." Kata Sashi yang menahan tangan Arjuna agar tak mengambil melon yang sudah di makan Panav.

Saat sedang asyik bermain, Sashi di kejutkan dengan kehadiran seekor ular sanca sebesar tangan bayi yang mendekat ke arah mereka.

"Ulal! Itu Ulal! Dek Juna jangan deket - deket Mbak Aci ambil pukul dulu." Kata Sashi yang kemudian berdiri untuk mengambil sapu, hendak mengusir ular itu.

Arjuna pun turut berdiri, bukannya menjauh, Arjuna justru mendekati ular itu dan langsung menangkapnya begitu saja. Tak ada yang mengajarinya, namun, Arjuna seolah tau cara memegang ular dengan benar.

Ular itu pun melilit tangan Arjuna saat Arjuna memegang kepalanya. Namun, Arjuna tampak santai saja dan kembali duduk sembari memainkan ular yang melilit tangannya itu.

"Aaaaaa, Astapiloh! (Astaghfirullah!)" Seru Sashi yang kaget saat melihat Arjuna sudah menangkap ular itu.

"Dek Juna, lepasin itu. Nanti di gigit." Kata Sashi sambil menggoyang - goyangkan tubuh Arjuna.

Namun, balita satu tahun itu justru tertawa sembari memainkan ular yang masih membelit tangannya.

Ia pun sempat menggoda Sashi dengan mendekatkan ular itu ke arah Sashi hingga gadis itu melompat ketakutan.

"Ayaah! Dek Juna, Yah!" Seru Sashi dengan suara ketakutannya.

Mendengar suara Sashi yang berteriak, membuat Arsha yang baru selesai dengan 'hajatnya' itu langsung menghampiri kedua anaknya yang masih berada di teras rumah.

"Kenapa, Mbak?" Tanya Arsha yang datang tergopoh - gopoh.

"Dek Juna mainan ulal!" Jawab Sashi sambil menunjuk ke arah Arjuna yang sedang tertawa - tawa.

Mendengar suara Ayahnya, Arjuna segera membalikkan badan dan menunjukkan ular di tangannya yang nampak sudah 'pasrah' itu.

"Astaghfirullah, ya Allah! Lepasin, Nang, ayo lepasin." Kata Arsha, namun Arjuna menggelengkan kepalanya.

"Dek, ayo lepasin. Nanti di gigit." Timpal Sashi yang berdiri di sebelah Ayahnya.

"Ayah kok diem aja. Itu tolongin Dek Juna." Kata Sashi.

"Ayah geli lihat ular, Mbak." Jawab Arsha.

"Ayah geli apa takut? Ayah takut ya?" Todong Sashi.

"Enggak, Ayah geli." Elak Arsha.

"Arjuna, ayo di buang itu ularnya, Nang. Gak boleh mainan hewan yang berbahaya gitu." Bujuk Arsha yang perlahan duduk di dekat Arjuna.

Arjuna pun kembali menggeleng. Ia justru menakut - nakuti Ayahnya dengan menyodorkan ular itu ke Arsha hingga membuat Arsha hampir terjengkang. Melihat Ayahnya yang hampir terjengkang, justru membuat Sashi dan Arjuna tertawa.

"Ya Allah, bocah kok ya malah jahilin Ayahnya." Gerutu Arsha.

Setelah berusaha terus membujuk dengan di bantu Sashi, akhirnya Arjuna mau juga melepaskan ular itu. Ia melemparkan begitu saja ular sanca kecil itu ke halaman samping rumah mereka.

"Ya Allah. Ada aja gebrakannya anak satu ini. Minta di ruwat apa ya? Bener - bener bikin orang nderedek." Cicit Arsha sambil mengusap - usap dadanya.

1
Hadi Pratomo
👍
Kasih Bonda
next Thor semangat
Faqisa Sakila
Good arjunaaa 👍👍👍
Reni Setia
waduh,,, gak mau nambah anak 😄
tapi buatnya mau
syora
serba salh jd juna,nglwan salah nggak nglawan mlh mkin geeerrr suasana
semoga sisansan cpt sadar,kcuali mang nggak betes sjk.lhir dia punya otak
klau smpai ngadu ke ortu,sruh aja jdi tmannya si jul jul jule tuh pas dek kyaknya
Amalia Putri
Masak bopo kembar gak nambah lagi kasihan amat bopo Abi sama biyung Runi cucuk nya cuma 6 ya.lanjut thor💪💪💪
syora
mnding kalian bantu doa supaya si sansan ngak dialihkan ke dunia lain
Atik Kiswati
wah....meh gegeran ki....
Santi
tiba2 Arjuna ku up jam segini,bahagia hatiku
Dhina Ragil
mesti sandi beraninya kroyok'an nich..cuihhh..cement..
mz arjunaku yg ca'em,bagus,guanteng sak kabehe,smpyn meneng mawon.lenggah sing tenang.tak santette sandi sak krocone.😡🤬😤
tiniteyok
wahhh seru seruuuuu....😀😀😀ayo ndang gelut Jun 🤣
Nur Wakidah
aduhhh , , , cari mati nih si Sandi 🤣🤣🤣 , , , ben dicelukne bledek kui ngko karo mas Juna ,,,
incha
hadeh sandi salah lawan kamu
ayoooo juna sentil si sandi dengan kelelawar🤭
widi
kasih paham jun itu mulutnya si sandi
la💪
wis author tersayang lagi kesurupan apa ni tumben gak ada angin hijan geledek jam segini up🤣
FDS: baru dapet wangsit. abis semedi di Grojogan Lengkung /Scowl/
total 1 replies
Ita Xiaomi
Wah Arjuna nak mengundang makhluk apa nih utk datang?
Ita Xiaomi
Kasihan lah mbak Aci, Jun.
Ita Xiaomi
Nah ini buaya dah datang😁
Arin
Tahan emosi Jun. Jangan sampai terpancing. Kekuatan mu tidak bisa di pandang remeh. Takutnya berakibat fatal biarpun cuma sedikit dikeluarkan.
Ita Xiaomi
Bijak nih.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!