NovelToon NovelToon
Bukan Berondong Biasa

Bukan Berondong Biasa

Status: sedang berlangsung
Genre:Beda Usia / Identitas Tersembunyi / CEO / Romantis / Cinta pada Pandangan Pertama / Berondong
Popularitas:25.8k
Nilai: 5
Nama Author: Jemiiima__

Semua ini tentang Lucyana Putri Chandra yang pernah disakiti, dihancurkan, dan ditinggalkan.
‎Tapi muncul seseorang dengan segala spontanitas dan ketulusannya.
‎Apakah Lucyana berani jatuh cinta lagi?
Kali ini pada seorang Sadewa Nugraha Abimanyu yang jauh lebih muda darinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jemiiima__, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sebuah Pertanyaan

“Dewa! Hei, bangun! Dewa!”

Suaranya bergetar antara panik dan takut. Ia menepuk-nepuk pipi suaminya, tapi tak ada respon, hanya dada Dewa yang naik turun pelan. Dalam kepanikan, ia berdiri terburu-buru, hampir tersandung karpet, lalu berlari menuju pintu. Pintu pagar rumah masih setengah terbuka—Lucy menabraknya sedikit sebelum berlari keluar menuju rumah Pak RT yang berjarak dua rumah darinya sambil tersengal-sengal.

Tok Tok Tok...

Lucy mengetuk pintu rumah Pak RT sambil berteriak, setengah histeris. “Pak RT! Pak RT! Tolong!”

Tak lama kemudian, Pak RT muncul membuka pintu.

“Kenapa, Neng Lucy?!”

“Dewa... pingsan, Pak! Saya takut ada apa-apa! Tolong, Pak!”

Tanpa pikir panjang, Pak RT kembali kerumahnya untuk membawa kunci mobil. “Ayo! Saya antar pakai Ambulance komplek!”

Beberapa menit kemudian, sirene ambulans terdengar mendekat, memecah malam yang tadinya tenang. Cahaya biru berkedip di dinding rumah-rumah sekitar. Diketahui komplek rumah Sadewa memang menyediakan Ambulance untuk keperluan darurat warganya.

Pak RT dibantu beberapa warga yang keluar mengangkat tubuh Dewa ke atas brankar. Lucy ikut naik ke dalam ambulans, duduk di sampingnya sambil menggenggam erat tangan suaminya yang dingin. Wajahnya tegang, air matanya menetes tanpa henti. Di luar, lampu-lampu jalan berlari mundur, seakan dunia ikut panik bersama hatinya.

Rumah sakit malam itu tampak lengang.

Lampu neon putih memantul di lantai licin, bau antiseptik menusuk hidung. Pak RT turun dari mobil dan membuka pintu Ambulance , dengan sigap petugas medis membantu. Lucy berjalan tergesa di belakang petugas medis yang mendorong brankar Dewa ke ruang UGD.

“Tolong, dok... tolong suami saya! Tadi dia tiba-tiba pingsan...”

Suaranya tercekat, napasnya pendek karena berlari.

Petugas segera bergerak cepat, memasang oksigen, menyalakan monitor detak jantung, dan memeriksa tekanan darah. Lucy hanya bisa berdiri di luar tirai hijau, jari-jarinya meremas kuat tali tasnya sendiri. Wajahnya pucat, matanya tak lepas dari siluet Dewa yang ditangani dokter.

Lucy duduk dengan gelisah di kursi tunggu, kedua tangannya bergetar tak henti. Setiap kali pintu ruang UGD terbuka, jantungnya berdegup kencang, berharap kabar baik. Beberapa menit kemudian, dokter keluar sambil menutup map hasil pemeriksaan. Lucy cepat berdiri dan menghampiri.

“Gimana, Dok... gimana keadaan suami saya?”

Dokter menatapnya dengan tenang. “Untuk sekarang, kondisinya sudah lebih baik, Bu. Hasil observasi menunjukkan beliau mengalami kelelahan berat, kurang asupan nutrisi, dan juga tampak kekurangan tidur.”

Lucy ragu untuk melanjutkan, tapi akhirnya dia berbicara, “Akhir-akhir ini suami saya... beberapa kali tidur sambil berjalan, Dok. Awalnya saya kira cuma kebetulan, tapi ternyata makin sering.”

Dokter mengangguk, ekspresinya berubah menjadi lebih serius. “Kalau begitu, besar kemungkinan beliau mengalami gangguan tidur yang disebut sleepwalking atau somnambulisme. Biasanya dipicu oleh stres, kelelahan ekstrem, atau gangguan psikologis yang tidak terselesaikan.”

Lucy menelan ludah pelan, mencoba mencerna kata-kata dokter. “Apa itu berbahaya, Dok?”

“Belum tentu berbahaya secara langsung, Bu, tapi kalau tidak ditangani, bisa berisiko. Misalnya, pasien bisa terluka tanpa sadar, atau kelelahan karena kualitas tidurnya sangat buruk. Saya sarankan Ibu bantu jaga kondisi pasien. Pastikan dia tidur cukup, hindari stres berlebih, dan kalau bisa, ajak dia periksa ke bagian psikiatri atau klinik tidur.”

Lucy mengangguk perlahan. “Baik, Dok. Jadi... saya harus perhatikan jam tidurnya dan memastikan penyebab stresnya, begitu dok?”

Dokter tersenyum dengan lembut. “Betul. Biasanya orang yang sleepwalking menyimpan tekanan dalam pikirannya. Tubuhnya tidur, tapi pikirannya belum istirahat. Coba bantu dia pelan-pelan, jangan dipaksa cerita kalau belum siap. Kalau nanti beliau sudah sadar, beri waktu dulu, ya, Bu. Kadang yang paling dibutuhkan pasien seperti ini bukan obat... tapi rasa aman.”

Lucy terdiam, menatap ke arah pintu ruang rawat tempat Dewa masih terbaring. Ada rasa bersalah sekaligus iba yang menyesak di dadanya. Lalu kembali menatap dokter sambil tersenyum.

“Baik, Dok. Terimakasih banyak sarannya."

Semalaman Lucy tidak beranjak dari sisi Dewa. Suhu tubuh Dewa sempat naik, membuat Lucy panik. Dengan telaten ia menyeka peluh yang muncul di pelipisnya, mengganti kompres, dan menatap wajah suaminya yang tertidur gelisah.

“Beban apa yang lo punya di usia semuda ini, Dew…”

bisiknya lirih, suaranya hampir tak terdengar di antara dengung alat medis. Tak lama, kantuk menjemputnya. Ia tertidur sambil masih menggenggam tangan Dewa.

...****************...

Pagi perlahan datang, menembus celah tirai rumah sakit. Cahaya matahari menimpa dinding putih, memantul lembut ke lantai.

Dewa membuka mata perlahan. Pandangannya sempat kabur, berusaha memahami di mana ia berada. Begitu kesadarannya pulih, matanya tertuju pada sosok Lucy di samping ranjang—tertidur dengan kepala menyandar di tepi kasur, jemarinya masih menggenggam tangannya erat.

Beberapa helai rambut jatuh di wajah Lucy. Dewa menatap lama, dadanya terasa hangat, sekaligus perih. Ada sesuatu yang menusuk lembut di dalam dirinya—perasaan syukur, sekaligus rasa bersalah yang belum sempat ia ucapkan.

Dewa bersandar di ranjang, punggungnya menempel pada sandaran besi dingin. Napasnya mulai teratur, tapi sorot matanya masih kosong. Di sebelahnya, Lucy perlahan membuka mata, mengucek sedikit.

“Gimana? Udah enakan?” suara Lucy terdengar lembut, matanya menatap Dewa dengan penuh cemas.

Dewa mengangguk pelan, masih tampak lemah. “Lumayan. Maaf ya… gue ngerepotin.”

Lucy tersenyum tipis, duduk di tepi ranjang sambil merapikan selimutnya. “Gak ada ngerepotin kok. Udah seharusnya gue yang jagain lo...” Suaranya bergetar sedikit, tapi tetap terdengar hangat.

Suasana kamar itu sempat hening sejenak, hanya terdengar bunyi mesin infus (infusion pump) yang menetes perlahan. Lalu, ketukan terdengar dari arah pintu.

Tok, tok, tok.

“Permisi, ini sarapan untuk pasien Dewa,” ujar perawat sambil mendorong meja dorong berisi nampan makanan. Lucy segera berdiri dan membantu menarik overbed table ke dekat ranjang, meletakkan makanan itu hati-hati di depannya.

“Terima kasih, Sus,” ucap Lucy dengan senyum ramah. Perawat membalas senyum tipis lalu mengambil suntikan kecil, memasangkannya pada selang infus. “Saya kasih obat dulu, ya.” Jarumnya menembus karet infus dengan cekatan, gerakannya tenang dan terlatih.

Beberapa detik kemudian, ia mencabut alat itu dan merapikan peralatannya. “Baik, sudah selesai. Kalau ada keluhan, tinggal pencet bel aja, ya.”

“Terima kasih, Sus,” sahut Dewa pelan sambil menatap perawat itu, perawat pun meninggalkan ruangan, menutup pintu perlahan.

Lucy menarik napas pelan, lalu kembali duduk di tepi ranjang. Tatapannya lembut, jemarinya meraih sendok dan membuka tutup makanan perlahan. Uap hangat dari bubur ayam itu mengepul tipis, memenuhi udara dengan aroma kaldu yang menenangkan.

Dewa berusaha duduk tegap, menatap Lucy dengan wajah canggung. “Biar gue aja,” ucapnya lirih, tangannya hendak mengambil sendok. Namun Lucy menahan dengan satu tatapan tegas, senyum kecil terbit di sudut bibirnya.

“Sssstt... gue suapin. Pasien dilarang protes.” Suaranya lembut tapi penuh ketegasan, seperti perintah yang tak bisa dibantah.

Dewa sempat menghela napas, lalu menatap wajah Lucy sejenak sebelum akhirnya menurut. Ia membuka mulut perlahan saat suapan pertama disodorkan. Gerakan sederhana itu terasa janggal tapi juga hangat. Setiap sendok yang berpindah membuat dada keduanya berdesir — ada sesuatu yang tak diucapkan, tapi terasa nyata di antara tatapan mereka.

Setelah sarapan selesai, Lucy menurunkan mangkuk ke meja dan merapikan tisu di sudut bibir Dewa. Keduanya hanya terdiam. Suasana kamar kembali hening, hanya terdengar bunyi lembut infus dan napas mereka yang saling bersahutan. Lucy menatap Dewa sesaat, hatinya berdebar. Ia menarik napas pelan, mencoba memberanikan diri.

“Gue boleh nanya sesuatu gak?” suaranya terdengar hati-hati, seolah takut kata-katanya akan memecah kehangatan yang baru saja terbentuk.

...----------------...

Apa nih kira-kira yang mau di tanyakan Lucy, apa soal sleepwalking nya Dewa? Atau langsung ke masa lalu Dewa?

Spill jangan nih masa lalu dewa?

Bonus hari iniiiii, author mau spill visual pemeran Bukan Berondong Biasa 😋

...Lucyana Putri Chandra...

...Sadewa Nugraha si berondong 😍...

...Detri Andini, Bestie nya Lucy....

...Ahmad Alzaki, rekan kerja Lucy....

...TimTam Unpas...

...Ryan Alaska...

...Bayu Arifat Saputra...

...Arka Triwardana...

...Cindy Savitri, cewe yang naksir dewa 🙄...

Dan terakhir,

...Andika Wijaya, si mokondo 😒 apakabar dia di sel ya?...

Segitu dulu untuk spill spill visualnya, ini hanya bayangan author saja, selebihnya bagaiamana imajinasi pembaca sekalian 😉

Jangan lupa untuk selalu vote like dan komentar yaa ✨🥰

Terimakasih! 💕

1
Ari Atik
senang lihat karakter mertua dewa,nggak boleh ada yg merendahkan menantunya.....
NH..8537
smg ada restu dari mama..mu ya dewa🥹 lanjuttt Kaka 👍👍👍
nuraeinieni
mama mu datang mau kenalan sama menantunya dewa,srmoga saja mamanya dewa baik dan menerima lucy
bunda n3
mamahnya dewa kira kira antagonis atau protagonis ya? 🤭
ginevra
bener kata temen Lo....mending kamu dengerin deh ...
ginevra
idih.... yang reservasi siapa yang bayarin siapa ... udah keliatan redflag... mending putusin aja ..putusin
ginevra
baru melihat sekali udah terbayang2 aja bang ... tanda bucin ini
Dini Anggraini
Semoga mamahnya dan papahnya dewa gak kayak mertua di sinetron ya judes, galak suka menghina merendahkan bahkan bila punya menantu miskin. Ortunya dewa baik2 sama lucy ya kasihan lucy dulu sudah di hina oleh keluarganya mantan sekarang kebahagiaan yang akan lucy dapatkan. Amien. 🤲🏻🤲🏻🤲🏻🤲🏻😍😍😍😍
Ilfa Yarni
akhirnya dewa bertemu mamanya udah sekian lama trus gmn ya tanggapannya dgn lucu jgn sampe lucu dihina ya Thor aku ga rela
TokoFebri
hadduh mbak detri.. sama siapee nih..
TokoFebri
thank you om, emang bener sih om, sebagai orang tua kalau lihat anaknya menikah itu harus lepas tangan. maksudnya ga ganggu mereka terus. tinggal mantau saja. kalau ada yang ga bener di kasih tau. kalau ga bisa di kasih tau yaudah wkwkw.
TokoFebri
lucy kalau udah tau gini, aku harap kamu mau menemani dewa. jangan biarkan dia merasa hidup dalam kesendirian
Afriyeni Official
iyeess mantap dewa, kata kata begini yg Oma mau dengar 🤭 lanjutkan perjuangan mu nak/Determined/
Afriyeni Official
ngomong cinta mu bikin Oma baper,, yang jelas dong ngomongnya ah,,
Afriyeni Official
Lo sakit ya Andika, moga Lo betah di penjara
Ari Atik
ya..itulah seorang ibu.....
apapun kondisi anaknya,hati seorang ibu tetaplah tulus pada anaknya....
Avalee
Kirain ada motif macan tutulnya
Avalee
Keknya ahmad titisan buaya sii ini 🗿
Avalee
Mira itu bininye ape beneran adik? Adik2an tapinya 🤣
Shin Himawari
waduu masalalu dewa apa ya kayanya berat 🥲
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!