NovelToon NovelToon
Terpaksa Menjebaknya Karena Cinta

Terpaksa Menjebaknya Karena Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / CEO / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:4k
Nilai: 5
Nama Author: Cengzz

"Aku nggak punya pilihan lain." ucap adel
"Jadi kamu memang sengaja menjebakku?" tanya bima dengan nada meninggi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cengzz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

24

Pagi itu, matahari baru saja menyemburatkan sinarnya ketika Adel terbangun dengan keadaan berantakan. Rambutnya kusut, wajahnya pucat, dan matanya sembab akibat tangisan semalam. Hatinya masih terasa nyeri, mengingat bagaimana Bima menolaknya tanpa ragu.

Namun, seperti kebiasaannya, Adel tetap melangkah menuju kamar Bima. Meski hatinya perih, rutinitas tetaplah rutinitas. Dengan langkah lesu, ia membuka pintu kamar itu, berniat membangunkannya seperti biasa.

Tapi sesuatu yang tak terduga terjadi.

Kamar itu kosong.

Ranjang Bima rapih, selimutnya terlipat sempurna, dan tak ada tanda-tanda kehadirannya di sana. Seketika, dada Adel berdebar. Ke mana Bima? Kenapa dia tidak ada di sini?

Perasaan gelisah mulai menyelimutinya, membuat hatinya semak

in kacau.

"Yah! Ayah!" Panggil Adel menoleh ke sudut kamar, mencari sang ayah yang entah hilang dimana, pagi ini.

Bima tidak ditemukan. Wajahnya tampak khawatir, panik sendiri. Namun Ia tak menyerah begitu saja, dengan langkah tergesa-gesa, keluar kamar, berjalan ke segala ruangan didalam rumah, menyusuri lantai bawah hingga ke lantai atas, setiap kamar ia buka, satu sudut pun tak luput dari pencarian Adel.

Sial!

Bima sama sekali tidak ditemukan, membuatnya tambah panik dan deg-degan. Segera Adel turun ke lantai bawah, masuk kedalam kamarnya, mengambil ponsel dan menghubungi nomor sang ayah.

"CK! Dia kemana sih! Kok gak diangkat!" Gerutu Adel menekan tombol panggilan berulang kali, mengacak-acak rambutnya kesal.

Adel menghela nafas kasar, mengetik pesan, dikirim ke kontak bima yang dinamai 'my crush', tetapi pesannya centang satu.

Keringat dingin mengucur dipelipisnya, Wajah Adel tampak berubah seketika ketika melihat foto profil WhatsApp Bima kosong. Biasanya, selalu ada foto wajah Bima di sana, senyum khasnya yang hangat atau ekspresi seriusnya yang tegas. Namun kini, layar hanya menampilkan gambar default tanpa identitas. Hatinya mencelos, muncul berbagai pertanyaan di benaknya. Apakah sesuatu terjadi? Kenapa Bima menghapus fotonya? Ataukah…

"Gak.... Gak mungkin dia ngeblock kontak gue!" Lutut Adel lemas, merosot ke lantai dengan mata yang berkaca-kaca.

"Sayang! Plis! Balas pesan aku!" Lirih Adel terus menspam pesannya ke nomor bima.

"Shit! Dia beneran ngeblock gue! Arghhhhh!" Adel menjambak rambutnya frustasi. Kepalanya menengadah, menatap langit-langit kamar, air mata yang sejak tadi ia tahan-tahan, kini lolos juga, mengalir membasahi kedua pipinya.

"Hiksss..... Dia ngebenci gue gara-gara nyatain perasaan. Hikksss......." Ia memeluk kedua lututnya, terisak kencang, dadanya bergemuruh. Hatinya mencelos, sakit diperlakukan seperti ini oleh seseorang yang ia cintai.

"Seandainya gue gak ngungkapin perasaan gue sama dia. Pasti dia gak akan seperti ini.... Hiks...... Setelah gue ngungkapin perasaan gue, dia tidak menerima perasaan gue, menolak dan menjauhi gue tanpa pikir panjang..... Hiks..... Sakit banget!" Tangisnya meraung-raung didalam kamar. Hatinya semakin teriris, menyesali semua perbuatannya. Wajahnya yang cantik, mendadak lesu, hari ini ia tidak mood ngapa-ngapain selain menangis tersedu-sedu, menyalahkan dirinya sendiri yang terlalu lancang.

Ia terlalu berharap banyak kepada bima, padahal hubungan antara keduanya ini hanya sebatas anak dan ayah, yang tidak akan mungkin sampai ke tahap lebih lanjut. Adel begitu sedih, mengingat perasaannya ini tidak akan bisa terbalaskan sama sekali sampai kapanpun.

Hatinya gelisah, ia menangis dalam diam. Pikirannya tiba-tiba tertuju pada Bastian. Tanpa pikir panjang, ia segera mengirimkan pesan pada asisten ayahnya itu.

"Ish! Kenapa gak dibales-bales sih!" Gerutu Adel sengit sendiri. Dengan kekesalan luar biasa, ia menghubungi Bastian.

Panggilan terhubung, wajahnya tampak berseri-seri, dengan semangat ia meletakkan ponselnya ditelinga.

"Halo del! Ada apa?" Tanya Bastian diseberang sana.

Adel berdehem sejenak. "Om! Dirumah om ada ayah gak?" Tanya Adel balik, suaranya serak khas orang habis nangis.

"Del! Suara kamu kok serak kayak orang nangis? Kamu kenapa del? Ada apa?" Tebak Bastian.

Adel tersentak, mengapa Bastian bisa tahu jika dirinya sedang menangis? Apa suaranya ini jelas banget ya? Pikirnya.

"Eh, nggak kok om! Aku lagi pilek doang nih!" Ucap Adel dengan wajah setenang mungkin.

Helaan nafas lega terdengar dari seberang sana.

"Oh, iya, ada apa? Tumben banget hubungin om pagi-pagi?"

"Ayah kemana ya om? Kok dirumah gak ada ya? Apa dia nginep dirumah om?"

"Ayah kamu gak ada? Serius del?" Pekik Bastian pura-pura kaget.

Reflek Adel menjauhkan ponselnya dari telinga. "Biasa aja kali om! Gak usah teriak-teriak!"

"Maaf! Seriusan ayah kamu gak ada dirumah?"

"Serius! Om! Makanya aku nanya sama om!"

"Lah, ayah kamu aja gak kerumah om, apalagi nginep!"

"Udah deh om! Gak usah bohong! Ayah pasti lagi dirumah om kan? Jujur!" Desak Adel tak langsung percaya.

"Serius del! Ayah kamu gak ada dirumah om!"

"Om plis lah! Jangan bercanda! Gak lucu tau!"

"Siapa yang bercanda Ardelia Maharani! Sini aja kerumah om! Cek aja kalo perlu! Cari sampe ketemu! Kalo ada mah ada."

"Masa sih om?" Adel menggaruk keningnya, bingung dengan jawaban Bastian.

"Iya! Emang ayah kamu kemana kok bisa hilang?" Tanya Bastian acting bak pemain sinetron.

"Gak tau om! Tadi pagi aku bangun kan, kekamar dia mau ngebangunin, tapi pas aku cek! Dianya gak ada! Terus aku cari-cari kan, tetap aja gak ketemu om!" Keluh Adel sambil mengusap kepalanya.

"Mungkin ayah kamu berangkat cepet kali del!"

Adel termenung sejenak.

"Positif thinking aja, ayah kamu lagi buru-buru, makanya bangunnya lebih cepet!" Kata Bastian mantap.

"Mungkin juga ya, yaudah deh om! Makasih ya!" Adel memutuskan hubungannya. Pandangannya kosong menatap lurus kedepan, hatinya tampak ragu, seolah tak percaya dengan apa yang dikatakan Bastian. Bukannya tidak percaya, namun instingnya mengatakan bahwa ada sesuatu dibalik ini semua.

"Gue akan cari dia! Sampe ujung bumi pun, gue jabanin!" Kata Adel penuh semangat, tekadnya mengebu-gebu.

*

*

Di sebuah warung kopi sederhana, Bima duduk bersama Arhan, menyesap rokok di tangannya dengan tatapan kosong. Asap tipis mengepul, bercampur dengan aroma kopi hitam yang masih mengepul di atas meja. Pagi itu terasa tenang, tapi pikirannya jauh dari kata damai.

Ia menyesal. Semalam, kata-katanya telah melukai seseorang yang begitu mencintainya. Adel.

Arhan yang duduk di seberangnya, mengobrol-ngobrol dengan Yanto dan yudi—warga sekitar, membiarkan sahabatnya tenggelam dalam pikirannya sendiri. Sesekali, bima menyesap kopinya, membiarkan keheningan berbicara lebih banyak dari kata-kata.

Bima menarik napas panjang, membuang asap terakhir dari rokoknya sebelum mematikan bara di ujungnya. Pandangannya menerawang ke jalanan yang mulai ramai.

"Han! Kita pamit pergi ya! Mas bima kita duluan ya!" Pamit Yudi dan Yanto membuat bima tersentak, sadar dari lamunannya.

"Yo! Hati-hati!" Kata bima dan arhan kompak, kedua orang itu pergi, bima dan arhan menatap punggung dua orang itu hingga menghilang.

Bima menghela nafas panjang, "Apa gue keterlaluan ya sama dia, Han?" Ucapnya pelan.

Arhan menoleh, menatapnya dengan tatapan penuh arti. Ia tahu, ada luka yang tak bisa dihindari dalam keputusan Bima semalam.

"Mungkin Bim, gue aja yang ngedengernya sakit hati, apalagi anak lu. Sikap lu saat menolak perasaan dia itu terlalu parah dan nyakitin banget. Nyelekit Bim. Gue yakin dia sakit hati tuh." Tutur arhan tersenyum, meraih secangkir gelas dan menyesap kopinya yang masih mengepul.

Bima menatap lirih kearahnya. "Terus gue harus gimana Han? Itu doang yang bisa gue lakuin, demi ngejauhin dia dan bikin dia benci sama gue. Ini semua gue lakuin, biar dia bisa ngelupain perasaannya sendiri!"

Arhan menoleh sekilas, kemudian mengisap rokoknya dalam-dalam, menikmati kepulan asap yang terbang di udara. "Bim! Ngelupain perasaan itu gak semudah yang Lo kira. Biarpun Lo ngelakuin berbagai cara! Tetap, perasaan dia gak akan hilang begitu aja. Gue bukannya sok tau ya! Tapi gue emang tau, karena pernah ngerasain hal ini" Tutur arhan bijak sambil mengulas senyumnya.

Bima terdiam membisu, mencerna setiap penuturan yang dilontarkan oleh arhan—teman barunya itu.

"Coba gue tanya apa aja yang pernah Lo lakuin dulu sama dia? Sampe-sampe dia bisa suka sama Lo?" Tanya arhan tersenyum, begitu penasaran.

Bima menghela nafas lirih, mengusap dagunya, mengingat-ingat perlakuannya selama ini terhadap Adel. "Gue selalu nyayangin dia, manjain dia, lemah lembut, ngejaga dia dan perhatian sama dia. Sikap itu gue lakuin sebagai bentuk kepedulian seorang ayah kepada anaknya. Seperti pada umumnya." Jelas bima.

"Pantesan!" Arhan memukul meja pelan. "Bim cewek kalo diperlakukan seperti itu, dia bakalan baper Bim! Ngerasa dirinya paling special. Dari situlah dia suka sama Lo. Dari sudut pandang gue ya, anak Lo itu udah nganggep Lo itu first love-nya + first experience-nya. Dari yang gue tau, ngelupain first love tuh susah banget loh! Ditambah first experience. Kelar dah! Gak bakalan bisa dia ngelupain perasaan dia sendiri. Wah gak bisa moveon tuh Bim, percuma aja ngejauhin dia juga. Semua cara yang Lo lakuin pun gak ada gunanya!"

"Terus harus gimana Han? Masa sesusah itu ngelupain perasaan? Sisa cari orang baru aja! Padahal! Nanti juga lupa!" Sahut bima yang tak terlalu paham percintaan.

"Gak seenteng yang Lo bayangkan Bim, kalo ngejalin hubungan sama orang baru, rasanya beda, hambar! Mau seganteng dan seperfect apapun orang baru. Tapi kalo bukan Lo yang dia mau! Wassalam! Sia-sia aja. Kasihan orang barunya dong! Bayangin dia udah tulus mencintai anak Lo, tapi anak Lo nya malah cinta sama Lo, apa gak sakit tuh? Dapet raganya doang! Gak dapet hatinya!" Cerocos arhan tersenyum, mencoba memberikan pemahaman padanya.

Bima menghela nafas, mengusap wajahnya, tampak berpikir, meresapi setiap perkataanya. Ia bingung harus bagaimana, dilema? Itulah yang dia rasakan.

Arhan mengunyah bakwan, "Kayak gue Bim," ucapnya tiba-tiba. Perlahan bima menengoknya.

"Gue gak bisa move on sama satu cewek sampe sekarang! Walaupun udah nikah juga, gue gak bisa ngelupain dia sama sekali. Seumur hidup pun gak akan bisa moveon. Karena apa? Karena dia first love + first experience gue selama ini. Banyak hal yang bikin gue gak move-on. Terutama perlakuan dia kepada gue, disaat dulu orang-orang sering ngerendahin gue, ngehina gue, nggangep gue ini sampah, ngebenci gue, ngejauhin gue dan ngebully gue. Cuman dia doang yang ada disamping gue, ngebela gue waktu gue dibully, nolongin gue, merhatiin gue, nyayangin gue, baik sama gue bahkan disaat gue lagi gak punya uang sama sekali, dia lah yang ngejajanin gue. Bahkan dia sering ngasih bekel ke gue. Mungkin bagi orang lain bekel itu sepele! Dan remeh! Tapi bagi gue nggak. Itu rasa peduli dia yang luar biasa terhadap gue. Gak ada cewek yang sebaik itu dihidup gue. Seandainya gue bisa milikin dia. Pasti hidup gue bakalan bahagia!" oceh arhan memandang lurus kedepan, tersenyum getir.

Bima masih menyimak.

"Cewek kayak gitu jarang ditemuin didunia ini, bahkan hampir punah. Demi tuhan, kalo gue dapetin dia nanti, gak akan gue sia-siain! Gue kasih segalanya! Termasuk pengorbanan! Gue sayang sama dia lebih dari gue menyayangi diri gue sendiri." Lanjut arhan curhat, tersenyum semangat.

"Emangnya siapa cewek itu Han? Boleh spill gak?" Tanya bima menaik turunkan alisnya, ia jadi penasaran dengan siapa wanita yang dimaksud arhan.

Arhan menoleh dan tersenyum hangat. 'sabrina evalina' ucapnya dalam hati.

"Rahasia!" Kata arhan nyengir.

Bima berdecak pelan, kemudian menyesap kopinya pelan-pelan sambil meliriknya. "Lo gak kasihan sama istri lu?"

"Kasihan? Emangnya kenapa?"

"Astaga! Dia bini Lo, misal dia cinta sama Lo, sedangkan lu sendiri gamon dari masalalu? Gak kasihan ape?"

"Nggak! Bagi gue dia hanya orang asing dalam hidup gue! Mau cinta atau nggak! Gue gak terlalu peduli! Bagi gue dia bukan siapa-siapa gue. Persetan Dengan cinta-cinta, gue tetap lah gue, laki-laki yang jatuh cinta satu kali seumur hidup, sisanya ngejalanin hidup!" Kata arhan tersenyum, bodoamatan dengan Zahra.

"Parah banget hahahaha! Tapi mau gimana lagi! Namanya juga cinta ya. Gue gak bisa ngehakimin seseorang disini. Itu urusan dia sendiri. Gak ada haknya gue nyampurin urusan orang lain!" Kata bima menepuk-nepuk pundak arhan.

"Eh, lu gak kerja Han? Perasaan dari tadi disini mulu? Sorry pertanyaan gue kepo!" Tanya bima hati-hati, tak mau menyakiti hati arhan.

"Gak! Ngapain kerja! Gue kaya!" Arhan mengedikkan bahunya acuh, nyengir. Memang kenyataannya dia kaya, bukan sekedar omong kosong.

"Kaya apa? Kaya monyet?" Tanya bima terkekeh.

"Kaya anj1ng!" Sahut arhan terkekeh.

Kedua orang itu mengobrol dengan topik yang sangat random, sesekali tertawa, asik melemparkan candaan satu sama lain.

"Gue pamit ya Bim! Pengen pulang!" Kata arhan.

"Sama!" Kata bima.

"Mbak! Totalnya berapa sekalian sama pesanan teman saya juga!" Ucap arhan pada penjaga warung—wanita cantik yang sedang tersenyum manis kearahnya.

"Gratis aja buat mas-mas ganteng mah! Gak usah bayar! Saya rela kok! Asal mampir kesini aja ya! Biar warung saya rame!" Katanya mengedipkan matanya genit,

"Buset! Warungnya rame gini Han!" Tunjuk bima dengan dagunya, disana ada banyak wanita muda yang duduk, tatapan mereka terus memandangi arhan dan bima, dua pria tampan yang berhasil memikat hati mereka lewat pesonanya.

Arhan menyapa mereka dengan senyuman ramah, membuat mereka histeris dan salah tingkah sendiri.

"Yuk lah Bim! Kita balik!" Ajak arhan setelah membayar.

"Gas! Btw gue ganti ya!" Kata bima.

"Gak usah! Ini gratis! Gue ikhlas!"

"Jangan gitu gak enak Han! Masa Lo yang bayarin sih!"

"Anggep rezeki! Udah jangan dipikirin."

"Gak enak!"

"Gak enak emangnya makanan!" Canda arhan tersenyum.

"Yeeeee! Kocak!" Bima nyengir.

1
kalea rizuky
lanjut nanti Q kasih hadiah
kalea rizuky
pergi aja del kayaknya alex keluarga mu
Rana Syifa
/Heart/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!