Kejahatan paling menyakitkan bukan diciptakan dari niat jahat, tapi tumbuh dari niat baik yang dibelokkan.
Robert menciptakan formula MR-112 untuk menyembuhkan sel abnormal, berharap tak ada lagi ibu yang mati seperti ibunya karena kanker. Namun, niat mulia itu direnggut ketika MR-112 dibajak oleh organisasi gelap internasional di bawah sistem EVA (Elisabeth-Virtual-Authority). Keluarga, teman bahkan kekasihnya ikut terseret dalam pusaran konspirasi dan pengkhianatan. Saat Profesor Carlos disekap, Robert harus keluar dari bayang-bayang laboratorium dan menggandeng ayahnya, Mark, seorang pengacara, untuk melawan kekuatan yang jauh lebih besar dari dirinya. Misteri ini bukan sekadar soal formula. Ini tentang siapa yang bisa dipercaya saat kebenaran disamarkan oleh niat baik.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Osmond Silalahi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Engelberg
..."Di balik punggung pegunungan Swiss yang tertutup salju abadi, bukan hanya laboratorium yang tersembunyi. Tapi juga ambisi manusia, yang lebih dingin daripada musim dingin itu sendiri."...
... ...
Udara Swiss menusuk tulang. Meskipun matahari musim semi menggantung di langit Eropa, angin dari pegunungan Engelberg tetap membawa aroma dingin khas dataran tinggi.
Mobil van hitam yang membawa Klaus, Elisabeth, Leonard, Jenderal Rahman, dan Jerry meluncur menembus jalanan yang berkelok menuju fasilitas bawah tanah milik Klaus Hollenberg. Selama perjalanan, suasana di dalam mobil hening, nyaris mencekam. Hanya deru mesin dan kadang percakapan singkat dalam bahasa Jerman antara sopir dan operator radio yang terdengar.
Jerry memandangi jendela dengan pikiran melayang. Cahaya matahari membias di dinding kaca tebal, membentuk pola seperti heliks ganda entah itu kebetulan, atau isyarat dari semesta.
“Jadi,” suara Leonard memecah keheningan. “Apa langkah kita berikutnya?”
Klaus yang duduk di depan, menoleh separuh. “Kita lihat dulu isi file MR-112_A. Lalu kita rumuskan prototipe dasar. Kalau bisa disintesis cepat, kita mulai produksi terbatas.”
Elisabeth menyilangkan kaki. “Kita punya waktu terbatas. Kalau pihak lain berhasil membobol atau menyamai formula ini dari A ke X, kita kehilangan keunggulan.”
“Dan keunggulan adalah segalanya,” gumam Jerry pelan.
Leonard menoleh ke arah Jerry. “Kau lihat sesuatu yang aneh waktu salin file itu?”
Jerry ragu sejenak. “Entahlah. Ada bagian di struktur kode yang ... tidak sinkron. Seperti kode mati. Tapi aku pikir itu hanya redundansi biasa. Proteksi mungkin.”
Leonard mengangguk. “Robert pintar. Tapi kita lihat nanti.”
Sesampainya di gerbang laboratorium, kendaraan mereka dihentikan oleh penjaga bersenjata. Setelah pemeriksaan retina dan sensor termal, pagar besi perlahan terbuka, memperlihatkan kompleks futuristik yang tertanam ke dalam batu pegunungan. Di bawah bayangan salju, bangunan abu-abu metalik itu terlihat seperti jantung mekanis bumi yang berdenyut.
Mereka turun dari mobil dan disambut oleh staf Klaus. Pria-pria berseragam putih dengan tablet di tangan dan badge bertuliskan EVA Advanced Bio-Initiative.
“Selamat datang kembali, Herr Hollenberg,” kata salah satu supervisor. “Semua ruangan telah diaktifkan. Ruang kerja utama siap digunakan.”
Klaus mengangguk. “Tunjukkan laboratorium utama dan data room. Leonard akan mulai hari ini juga.”
Dalam tur singkatnya, Klaus memperlihatkan tiga ruangan utama: Laboratorium Genetik, Ruang Sintesis Protein, dan BioVault. Sebuah bunker data yang menyimpan cadangan perangkat keras dan algoritma milik EVA Initiative.
“Semua yang kalian butuhkan ada di sini,” kata Klaus. “Ruang pribadi, sistem komunikasi internal, dan akses terbatas ke jaringan eksternal. Semua dipantau. Tidak ada sinyal keluar tanpa persetujuan saya.”
Leonard menepuk meja logam di salah satu lab. “Aku bisa bekerja di sini.”
Tak lama kemudian, ia mulai membuka file MR-112_A di monitor superresolusi. Wajahnya langsung berubah serius.
“Seperti yang kukira,” katanya. “Struktur ini … kompleks, tapi terbatas.”
Jerry mendekat. “Bagaimana maksudmu?”
Leonard menunjuk salah satu bagian di layar. “Ini pola sekuens RNA sintetis. Di sini, ia mengaktifkan gen target. Mungkin meningkatkan toleransi rasa sakit, percepatan regenerasi, dan sedikit efek peningkatan kognitif.”
“Efek super soldier,” gumam Elisabeth.
“Ya,” kata Leonard. “Tapi hanya berlangsung empat hari. Setelah itu, seluruh sistem akan kembali normal.”
“Regresi total?” tanya Klaus.
“Lebih ke stabilisasi. Seolah molekulnya tahu kapan harus mati. Ini jelas disengaja. Bagian pengunci temporal.”
Klaus menyeringai. “Tapi selama empat hari … mereka akan jadi mesin tempur yang sempurna.”
Ia berdiri, menyilangkan tangan. “Kita mulai produksi awal. Batch kecil. Cukup untuk uji coba. Sementara itu, Leonard dan tim cari cara membuat efek ini bertahan lebih lama. Setidaknya ... satu minggu.”
Leonard ragu. “Butuh algoritma ikatan molekul baru. Dan aku belum tahu apa komponen X yang hilang dari struktur ini. Tanpa itu, kita hanya menebak-nebak.”
“Kau tidak perlu menebak,” potong Klaus. “Kau hanya perlu memperbaikinya.”
Elisabeth ikut berdiri. “Lagipula, pasar militer sedang haus akan keunggulan. Negara-negara konflik di Timur Tengah, Afrika, bahkan Amerika Latin … mereka semua ingin pasukan yang bisa bertarung tanpa rasa sakit, tanpa kelelahan, dan tak perlu operasi genetik permanen. Formula ini bisa jadi terobosan.”
Jerry menatap layar. “Tapi kau sadar efeknya hanya sementara. Dan itu bisa memicu ketergantungan.”
“Itu justru peluang bisnis,” jawab Klaus datar. “Bayangkan kalau mereka harus suntik ulang setiap empat hari. Itu bukan cacat, Jerry. Itu model bisnis berkelanjutan.”
Elisabeth kembali bertanya, “Lalu bagaimana soal proyek kedua?”
Leonard yang tengah memeriksa grafik enzimatik di monitornya mengangkat kepala. “Proyek kedua?”
Elisabeth berbalik, menyilangkan tangan di dada. Tatapannya tenang, tapi tegas. “Investor dari Tiongkok. Mereka ingin versi stabil dari formula ini untuk tujuan estetika. Sesuai janji awal Klaus. Obat awet muda, atau setidaknya penunda penuaan.”
Klaus, yang sedari tadi duduk di sofa panjang dengan laptop di pangkuannya, menutup layar dan menoleh. “Ya. Investasi mereka bernilai hampir tiga ratus juta dolar. Mereka ingin sesuatu yang bisa membuat kulit tetap muda, metabolisme tetap aktif, dan sel-sel tubuh terus memperbarui diri—tanpa harus mengubah DNA permanen seperti terapi CRISPR. Lebih ... ‘halus’.”
Leonard menghela napas panjang. Ia berjalan ke depan layar besar dan menampilkan model molekuler dari MR-112_A.
“Formula A yang kita punya bisa menstimulasi aktivitas fibroblas dan regenerasi epidermal dengan sangat baik,” jelasnya. “Ada peningkatan produksi kolagen, elastin, dan enzim antioksidan. Tapi ...” Ia berhenti sejenak, lalu menatap Klaus dan Elisabeth. “Efek itu tidak permanen.”
“Berapa lama?” tanya Elisabeth.
“Dua setengah sampai tiga bulan maksimum,” jawab Leonard. “Dan itu hanya untuk kosmetik penampilan luar. Bukan umur biologis. Organ dalam, sistem saraf, dan fungsi vital lainnya tetap menua seperti biasa.”
Jerry yang duduk di dekat alat sintesis menambahkan, “Itu artinya kulitmu bisa terlihat dua puluh lima, tapi jantungmu tetap enam puluh.”
Elisabeth mengangguk pelan. “Jadi seperti topeng biologis.”
Leonard mengangguk. “Tepat. Tapi ... stabil. Selama pasien mau melakukan injeksi ulang setiap tiga bulan, hasilnya bisa dipertahankan.”
Klaus bangkit dari kursinya, berdiri di tengah ruangan. “Itu cukup untuk awal. Tapi tidak cukup untuk mereka.”
Ia berjalan pelan ke depan layar, lalu menunjuk titik-titik ikatan pada struktur kimia. “Aku ingin ini dibuat permanen. Kita tidak hanya menjual mimpi sementara. Kita jual ilusi yang tak pernah pudar.”
Leonard memutar tubuhnya, menatap Klaus dengan serius. “Kau sadar permintaan itu menyentuh garis etika paling tipis antara terapi dan rekayasa genetik ekstrem?”
“Etika,” ulang Klaus sambil tersenyum tipis. “Apakah etika mencegah waktu? Apakah etika bisa menghentikan seorang pria berkuasa dari keinginan untuk hidup lebih lama dari musuh-musuhnya?”
Elisabeth angkat bicara. “Kalau kita bisa memperpanjang efek MR-112_A secara estetika saja tanpa mutasi permanen, itu sudah cukup. Tapi jika kita bicara memperpanjang umur, regenerasi organ, atau memperlambat degenerasi... kita mulai bicara tentang ‘abadi’. Dan itu—”
“Dan itu yang mereka bayar,” potong Klaus tajam.
Semua hening sejenak.
Lalu Leonard perlahan berkata, “Kalau begitu, aku butuh waktu. Kita akan uji pola ikatan Zeta Domain, walau kita belum punya versi X-nya. Tapi aku bisa coba buat simulasi dengan memperluas sekuens A menjadi semi-stabil. Kita mulai dari percobaan tikus laboratorium dengan injeksi berulang dan pemetaan jaringan.”
“Dan kita harus buat sistem deteksi kelebihan regenerasi,” tambah Jerry. “Kalau sel-sel tumbuh tanpa kendali, kita bisa malah bikin kanker hiperaktif.”
Klaus mengangguk. “Kalian tim terbaik yang pernah kupunya. Kerjakan. Satu batch prototipe untuk uji kosmetik. Dan satu lagi... untuk eksperimen jangka panjang.”
“Berapa lama?” tanya Leonard.
“Sebulan,” jawab Klaus.
Leonard tertawa sinis. “Kau tak bisa mempercepat waktu dengan uang.”
Klaus berjalan mendekat, menatap Leonard lekat-lekat. “Aku tidak membeli waktu. Aku membeli mereka yang bisa melawan waktu.”
Tak ada yang menjawab.
“Jika dunia ingin keajaiban, maka biarkan kita menjadi penyihirnya.” Kata Klaus tegas.
Dan di balik bayang-bayang salju Engelberg, eksperimen pertama pun dimulai.
,, biasany org2 yg menciptakan formula/ obat itu untuk menyembuhkan seseorg yg dia sayang