seorang gadis yang berniat kabur dari rencana perjodohan yang dilakukan oleh ibu dan ayah tirinya, berniat ingin meninggalkan negaranya, namun saat di bandara ia berpapasan dengan seorang laki-laki yang begitu tampan, pendiam dan berwibawa, berjalan dengan wajah dinginnya keluar dari bandara,
"jangan kan di dunia, ke akhirat pun akan aku kejar " ucap seorang gadis yang begitu terpesona pada pandangan pertama.
Assalamualaikum.wr.wb
Yuh, author datang lagi, kali ini bertema di desa aja ya, .... cari udara segar.
selamat menikmati, jangan lupa tinggalkan jejak.
terimakasih...
wassalamualaikum,wr.wb.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Marina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
keikhlasan dan pengorbanan seorang kakak.
Ridwan kemudian melihat dari sudut pandang yang lebih praktis dan menyentuh."Namun, hidup harus terus berjalan. Lembaga ini membutuhkan Ayudia, dan aku... aku juga membutuhkan pendamping, Yusuf....Sudah setahun aku sendiri. Ayudia adalah wanita yang cerdas, salihah, dan dia mengerti sistem sekolah kita. Dia akan menjadi pasangan yang baik bagi Kepala Sekolah ."
Ridwan berdiri dan menepuk bahu Yusuf dengan kuat. "Terima kasih atas kejujuranmu. Aku menerima usulan ini dengan ikhlas. Lanjutkanlah perjuanganmu, Yusuf. Aku akan berbicara dengan Abah dan Bunda. Kita pastikan Ayudia mendapatkan yang terbaik, dan kamu... kamu mendapatkan kesempatanmu."
Yusuf merasa sangat terharu dan lega. Ia memeluk kakaknya erat-erat, menyadari bahwa ia baru saja mendapatkan dukungan terpenting untuk memperjuangkan takdir cintanya. Kak Ridwan telah menunjukkan bahwa cinta sejati tidak hanya tentang memiliki, tetapi juga tentang memberikan....
**"
Bibi Lasmi, yang kecewa karena melihat Ustadz Yusuf semakin menjaga jarak dari Ayudia, tahu ia harus bertindak cepat. Ia mencari Zora saat Zora sedang menyiram tanaman di halaman depan rumah Bu Suci.
Bibi Lasmi mengatakan Dengan nada kasihan yang dibuat-buat "Nak Zora, alhamdulillah kamu terlihat lebih tenang sekarang. Tapi Bibi hanya ingin memberi tahu. Jangan terlalu lama di sini, ya Nak."
Zora Menaikkan alis "Ada apa, Bibi?"
"Yusuf itu akan segera menikah. Abah dan Umi-nya sudah setuju dengan Ayudia. Mereka akan segera melamar dan menikahkannya, mungkin bulan depan. Keluarga itu butuh menantu secepatnya untuk mengatur rumah Pesantren. Kamu jangan sampai terlena dan hatimu sakit nanti." kata BI Lasmi menatap iba pada Zora , lebih tepatnya pura-pura iba.
Nama Ayudia, yang asing, baru, dan mungkin hanya rekaan Bibi Lasmi, segera menghancurkan semua pertahanan Zora. Zora tahu betul bahwa ia sedang berusaha keras untuk melupakan Yusuf, tetapi mendengar Yusuf akan menikahi wanita lain secepat ini membuat tekad hijrahnya terhuyung.
Wajah Zora memucat. Ia menyadari, sekeras apapun ia menghafal Al-Qur'an dan mencuci piring, cintanya kepada Yusuf masih sangat nyata dan sakit.
"Bodoh! Aku pikir aku bisa melupakannya dengan mengaji. Tapi aku tidak bisa. Aku tidak sanggup melihat dia menikah dengan orang lain, siapapun itu. Aku harus pergi, sebelum aku melihat itu terjadi."gumam Zora dalam hati tersenyum miris.
Rasa putus asa dan kebutuhan untuk melindungi diri dari sakit hati mengalahkan keputusannya untuk tinggal dan bersabar.
Malam itu, Zora duduk bersama ibu Suci . Zora menyampaikan keputusannya yang sudah bulat.
Zora Memegang tangan Bu Suci dengan mata penuh air mata " Ibu Suci, saya harus pulang ke kota, ke rumahku yang sesungguhnya. Saya tidak sanggup tinggal di sini lagi."
Bu Suci Terkejut"Kenapa, Nak? Ada apa? Mengapa tiba-tiba?"
"Saya tahu saya harus melanjutkan hijrah saya. Saya tidak akan kembali ke kehidupan lama. Tapi saya tidak bisa melakukannya di sini. Hati saya terlalu sakit, Bu...hiks hiks hiks. Saya akan terus belajar, tapi di rumah saya." ucap Zora berlinang air mata.
"Bu, saya mohon, ikutlah saya ke sana. Bu Suci sendirian di sini. Saya butuh guru. Saya butuh ibu yang mendidik saya. Saya bisa menyediakan rumah yang sangat nyaman untuk Bu Suci di sana. Nanti, kalau hafalan saya sudah selesai, terserah Bu suci mau tetap tinggal atau kembali ke desa."
Bu Suci melihat tekad Zora yang campur aduk antara sakit hati dan kebutuhan spiritual. Ia tahu Zora harus pergi untuk melindungi hatinya.
Bu Suci Mengangguk pelan, air mata nya mengalir "Nak Zora... baiklah. Jika itu yang terbaik untuk ketenangan hatimu dan kelanjutan hijrahmu, Ibu akan ikut. Kita akan lanjutkan pelajaran kita di sana. Ibu tidak ingin kamu berhenti di tengah jalan."
Maka, tanpa sepengetahuan Ustadz Yusuf atau Ayudia, Zora segera mengatur kepulangannya, membawa Suci serta tekadnya yang patah hati namun tetap berapi-api untuk menjadi seorang hafizah di lingkungan barunya yang mewah.
***
Setelah membuat keputusan berat itu, Zora tidak membuang waktu. Ia segera masuk ke kamar dan menghubungi orang tuanya di kota.
Papa dan Mama Zora, yang baru saja merasakan ketenangan setelah mendengar kabar hijrah Zora, terkejut mendengar suara Zora di telepon , yang kini terdengar mendesak.
Zora berkata dengan Suara tegas, namun ada nada tergesa-gesa yang tertahan "Papa, Mama. Aku harus pulang sekarang. Sekarang juga."
Wajah Papa Zora berubah Khawatir"Zora? Ada apa, Sayang? Bukankah kamu sedang belajar? Apakah ada yang mengganggumu? Katakan pada Papa!"
"Tidak ada, Pa. Aku baik-baik saja, dan aku akan terus belajar. Tapi aku harus melanjutkan hijrah-ku di rumah. Aku butuh ketenangan yang berbeda. Tolong, jangan banyak tanya." ucap Zora tanpa mau di bantah.
Zora langsung ke intinya, memberikan perintah seperti CEO yang sedang memimpin krisis, tetapi kali ini perintahnya adalah tentang hati.
"Tolong segera suruh Pak Budi berangkat. Aku butuh mobil yang besar. Kami akan membawa barang-barang. Dan, Pa, tolong pastikan Pak Budi membawa koper tambahan." tegas Zora namun masih terkesan lembut.
Mama Zora merasa Bingung "Koper tambahan untuk apa, Nak?"
"Untuk Bu Suci mah. Beliau akan ikut denganku. Beliau adalah guruku, dan beliau akan tinggal bersama kita untuk membimbingku. Tolong sediakan kamar yang paling nyaman untuk Bu Suci"
Papa Zora dan Mama Zora tidak berani membantah. Mereka mendengar nada ketegasan dalam suara Zora. Meskipun terkejut dengan kecepatan keputusannya, mereka bersyukur Zora tetap pada jalurnya yang baru dan membawa guru spiritual bersamanya.
Papa Zora Menghela napas, lega karena Zora tidak kembali ke kehidupan lamanya "Baik, Zora. Papa mengerti. Kamu atur saja. Pak Budi akan berangkat secepatnya. Mama dan Papa akan menyiapkan kamar terbaik untuk Bu Suci. Kamu jaga diri baik-baik, ya Nak."
Zora menutup telepon. Ia menoleh ke arah suci.
" Bu kemungkinan besar nanti malam mobil datang. Saya akan kemasi barang-barang saya. Kita akan melanjutkan hafalan kita di sana"
Zora pergi dengan wajah yang kini tampak pucat karena patah hati, namun mata yang dipenuhi tekad, ia akan menjadi hafizah di balik tembok istananya, menjauhi cinta yang menyakitinya....
Zora sadar sekarang, sampai kapanpun dirinya tidak akan bisa melupakan laki-laki yang ia cintai kalau masih berada di lingkungan yang sama, bukan hanya menjaga jarak dekat tapi ia juga harus menjaga jarak yang cukup jauh...agar ia bisa perlahan menutup diri darinya, laki-laki yang sudah memporak-porandakan hatinya, laki-laki pertama yang berhasil menggetarkan hatinya, laki-laki yang membawa dirinya menemui kedamaian yang sesungguhnya...
eh Thor semoga itu Zorra bisa mengatasi fitnahan dan bisa membongkar dan membalikkan fakta kasihan yang lg berhijrah di fitnah....
lanjut trimakasih Thor 👍 semangat 💪 salam