Cewek matre? Itu biasa! Lalu, bagaimana dengan cowok matre? Sangat luar biasa.
Itulah yang Delia rasakan, memiliki kekasih yang menjadikannya seperti ATM berjalan. Hingga pada akhirnya, putus cinta membawa Delia yang tanpa sengaja menghabiskan satu malam bersama dengan pria asing.
Bagaimana cerita Delia selanjutnya? Yuk simak!
So Stay Tune!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom AL, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 25 ONS
Aryan pulang tepat pukul sepuluh malam, dia melihat Delia yang masih terjaga dan wanita itu sedang bermain ponsel. Aryan memutuskan untuk mandi terlebih dahulu, karena pasti dia membawa pulang banyak virus yang menempel di pakaiannya. Dirinya tidak ingin membahayakan sang anak.
Setelah beberapa menit, Aryan keluar dari kamar mandi dengan rambut yang masih basah. Dia memperhatikan Delia yang masih bermain ponsel, dan dia tersenyum sedikit. "Kau belum tidur?" tanya Aryan dengan nada datar.
Delia memperhatikan Aryan dengan mata yang sedikit terbuka. "Belum," kata Delia menjawab dengan singkat. "Aku tidak bisa tidur."
Aryan duduk di sebelah Delia, aroma sabun cair yang keluar dari tubuh Aryan membuat Delia hendak muntah. Dia mendorong tubuh Aryan, dan menjauh.
"Ada apa?" tanya Aryan merasa heran.
"Aku tidak suka aroma sabun yang kau pakai. Rasanya aku ingin mual. Jadi, menjauhlah!"
"Tapi aku ingin menanyakan kabar anakku." ucap Aryan, Delia pun mengerutkan dahinya.
Perlahan Aryan mendekatkan wajahnya tepat di perut Delia yang sudah kelihatan membuncit.
"Eh, kau mau apa?" Delia mencegah.
"Bukankah sudah ku katakan, kalau aku ini ingin menanyakan kabar anakku." ucap Aryan untuk kedua kalinya.
"Hai, apa kabar? Kau mendengar suaraku kan, Nak? Aku ini Daddy mu. Setelah beberapa bulan, aku baru bisa bicara denganmu." Aryan berbisik tepat di depan perut Delia.
Di sisi lain, wanita itu hanya tersenyum lucu melihat tingkah berbeda dari Aryan. Pria itu sepertinya sangat menyayangi calon anak mereka. Delia tidak yakin Aryan akan melepaskan calon anak itu jika sudah lahir ke dunia ini. Tiba-tiba hati Delia menjadi takut.
Delia memperhatikan Aryan dengan mata yang penuh kecurigaan, dia melihat bagaimana Aryan berbicara dengan bayi mereka dengan suara yang lembut dan penuh kasih sayang. Delia merasa sedikit terharu melihat tingkah Aryan yang begitu menyayangi calon anak mereka.
"Kenapa kau menatapku seperti itu?" kata Aryan sambil memperhatikan Delia yang gugup. "Aku hanya ingin memastikan bahwa anakku baik-baik saja."
Delia memperhatikan Aryan dengan mata yang penuh keraguan, dia tidak yakin apa yang sebenarnya ada di pikiran Aryan. "Aku tidak menatapmu, kau saja yang terlalu percaya diri." kata Delia dengan suara tegasnya, meskipun ada perasaan takut menyelimuti hatinya.
Aryan tersenyum tipis. "Aku hanya ingin menjadi ayah yang baik untuk anak ini," kata Aryan dengan suara yang lembut.
Delia memperhatikan Aryan, dia melihat bagaimana Aryan berbicara dengan serius dan penuh tanggung jawab. Delia merasa sedikit lebih yakin bahwa Aryan memang ingin menjadi ayah yang baik untuk anak mereka.
"Kau sudah makan dan minum vitamin nya?" tanya aryan kembali mensejajarkan tubuhnya dengan Delia. Pertanyaan itu hanya di jawab anggukan saja.
"Bagus! Besok kita akan pergi ke rumah sakit untuk mengecek kondisi kandunganmu."
"Semua baik-baik saja, kau tidak perlu khawatir." Delia terlihat cuek.
Aryan memperhatikan Delia dengan mata yang penuh perhatian. "Kau bilang, aku tidak perlu khawatir? Aku hanya ingin memastikan keadaan anakku di dalam sana."
Delia memperhatikan Aryan dengan mata yang sedikit skeptis. "Tuan Syah, apa kau tidak sadar, kau itu terlalu berlebihan." kata Delia dengan suara yang datar.
"Aku tidak peduli dengan itu. Ini pengalaman pertamaku memiliki seorang anak, dan aku tidak ingin gagal atau terjadi sesuatu pada anakku kelak. Maka dari itu, kita akan pergi ke rumah sakit besok pagi," kata Aryan dengan suara yang tegas.
Delia mengepalkan kedua tangannya. "Kau ini —"
"Ini sudah malam, tidurlah! Begadang tidak baik untuk kesehatanmu." Aryan mematikan lampu tidur.
'Dia terlalu posesif. Tapi tak apa, asal jangan posesif terhadapku. Bisa gila aku nanti.' ucap Delia dalam hati sambil memejamkan matanya.
____________
Pagi hari pun tiba.
Aryan dan Delia sudah siap untuk pergi ke rumah sakit. Mereka pun turun ke bawah, ternyata di meja makan sudah ada Jemima sang Mama dan Naima. Keduanya tengah menunggu sarapan yang sedang dibuat oleh pelayan rumah itu.
"Ar!" Panggil Jemima saat melihat Aryan yang berjalan lurus, tidak berbelok ke meja makan. "Kau ingin pergi ke kantor tanpa sarapan terlebih dahulu?"
"Aku tidak pergi ke kantor, Ma. Aku ingin mengantarkan Delia kerumah sakit."
"Apa! Delia, apa kau sakit? Atau kau merasakan sesuatu yang tidak nyaman dengan kandunganmu?" Naima sontak berdiri dari kursinya dan berjalan mendekati Delia.
"Aku baik-baik saja. Hanya Tuan Syah yang ingin melihat perkembangan kandunganku."
"Ohh, manisnya. Baiklah, kalian bisa pergi. Tapi sebelum itu, sarapan dulu." pinta Naima dengan nada lembut.
"Kami sarapan dijalan saja karena sudah membuat janji dengan Dokter akan datang pagi." ujar Aryan.
"Ya sudah, hati-hati. Ar, jangan ngebut bawa mobilnya."
Aryan mengangguk, dia pun berjalan di depan Delia.
"Lihatlah, Naima. Wanita itu pasti merasa menang karena sudah berhasil menguasai putraku. Sebentar lagi dia juga akan menjadi penguasa dirumah ini. Dasar tidak tahu malu!" cibir Jemi tetapi masih terdengar di telinga Delia. Wanita itu hanya diam saja tanpa berniat untuk membalasnya.
"Ma, jangan bicara seperti itu. Wajar saja Aryan ingin mengecek perkembangan bayinya, karena ini pengalaman pertama Aryan menjadi seorang Ayah. Dia pasti tidak ingin sesuatu terjadi pada kandungan Delia."
"Tapi Mama tidak suka dengan wanita itu! Lebih baik Aryan menikah dengan Jenny, walaupun dia adik dari orang yang Aryan benci saat ini. Tapi sudah jelas asal-usulnya.''
Naima hanya menghela napas panjang.
*****
NAIMA
Bersambung
kaya kaca mbke /CoolGuy//CoolGuy/
biar della aja yg tunjukin bukti ke aryan biar dramatis dan usai