Seorang gadis yang dipaksa menikah dengan orang yang tidak dikenalnya demi melunasi hutang keluarganya.
Tapi karena sifatnya yang tidak mau diatur, tepat di hari pernikahannya dia memutuskan untuk kabur dan menemui kekasihnya.
Namun apa yang terjadi? Di apartemen, kekasihnya sedang memadu kasih dengan adik tirinya.
Hatinya hancur melihat pengkhianatan di depan matanya. Dan akhirnya dia memutuskan untuk menyetujui perjodohan itu. Dan ternyata eh ternyata laki laki yang menikahinya adalah bosnya sendiri di kantor yang terkenal dingin angkuh dan rumornya tidak menyukai wanita.
Nah untuk mengetahui kisah selanjutnya, ikuti di novel terbaruku yang berjudul " My Husband My Bos"
❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewidewie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
23 ( Mulai perduli )
Emely, Ardan dan Hansen semalaman lembur dan menginap di kantor. Dan saat ini mata panda menghiasi wajah tampan kedua pemuda itu.
Emely yang menyadari itu pun tertawa terpingkal pingkal membuat Ardan dan Hansen bingung dan saling menatap secara bergantian.
'' Sen, kenapa gadis ini tertawa melihat kita" Tanya Ardan sambil memicingkan kedua matanya.
" Em gak tau tuan" Jawab Hansen kemudian merebahkan tubuhnya di sofa dan mulai memejamkan matanya.
Ardan menghela nafas lalu menyandarkan kepalanya di kursi kebesarannya dan tak lama kemudian ikut terlelap.
Emely menghentikan tawanya dan terdiam menatap kedua laki laki yang sudah tertidur pulas itu. Emely mendengus kasar kemudian berjalan ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya.
Sejenak Emely menatap wajahnya sendiri di cermin. Perasaan jijik, benci dan marah mulai merasuki dirinya, dan air mata tiba tiba mengalir deras dari kelopak matanya. Hatinya sungguh sakit mengingat semua masalah yang terjadi di dalam hidupnya.
" Ke mana lagi aku akan menyandarkan tubuh ini ketika aku nanti sudah lelah dan tak sanggup lagi berdiri. Tubuh ini bukan lagi milikku di saat aku memutuskan pilihanku. Hiks hiks hiks " Batin Emely sambil menunduk menahan sesak di dadanya.
" Emely harus kuat, jangan menyerah semua akan baik baik saja, kamu bisa Emely" Batinnya menyemangati dirinya sendiri setelah menarik nafas panjang untuk mengumpulkan kekuatannya.
Emely melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya " Sekarang sudah jam 7 pagi, para pegawai sebentar lagi akan tiba, lebih baik aku bersiap siap untuk mulai bekerja " Gumamnya sambil menyeka air matanya dan memaksakan untuk tetap tegar apapun yang terjadi.
Dengan riasan tipis, Emely tampak sangat anggun dan cantik, dia keluar dari kamar mandi dengan wajah yang lebih segar.
Namun matanya kembali terbelalak ketika melihat ruangan sudah kosong, Hansen dan Ardan tidak ada di sana. Emely mulai mencari cari keberadaan mereka.
" Ardan! Hansen! kalian di mana? "
Dan
'' Au " Sebuah tangan meraih pinggangnnya dari balik pintu dan menjatuhkannya di dalam dekapannya.
Emely melotot tajam dan menatap wajah tampan yang juga sedang menatapnya itu.
" Ardan, kenapa kamu mengagetkanku? " Pekiknya sambil berusaha melepaskan diri dari dalam dekapan laki laki itu.
Ardan tersenyum tipis sambil membisikkan sesuatu di telinga Emely " Terimakasih, sayang" Ucapnya berjeda.
Emely memicingkan matanya " Terimakasih untuk apa? ".
" Ehm karena kamu sudah mau menemaniku di sini'' Jawab Ardan kemudian melepaskan dekapannya dan berjalan mundur lalu duduk di kursi kebesarannya sambil menyandarkan tubuhnya di sana.
Emely masih terdiam terpaku di tempat yang sama, pandangannya terkunci kepada Ardan yang juga menatapnya.
" Hai? Kenapa kamu menatapku seperti itu?"
"Ah ehm, tidak bos "Jawab Emely kemudian berjalan keluar dari ruangan Ardan dengan senyum senyum sendiri.
...🍁🍁🍁...
Erika masih duduk di kursi ruang tamu untuk menantikan kedatangan Emely dengan membawa kabar baik.
" Erika, kamu yakin mau nikah dengan Vero?" Tanya Amara tiba tiba dari arah belakang.
Erika pun menoleh dan mendengus kesal
" Apa urusan mama, mama tidak pernah perduli denganku atau keluarga ini tapi mama hanya perduli dengan diri mama sendiri" Jawab Erika dengan sinis.
Amara menghela nafasnya panjang kemudian ikut duduk di samping Erika " Sayang, mama sangat perduli denganmu dan keluarga ini karena itu mama memohon kepada Renatha untuk''
" Cukup ma! Sudah cukup tidak perlu mama bicara lagi karena mama egois dan kejam bahkan sangat kejam" Erika pun beranjak pergi setelah memotong ucapan mamanya dan menyelesaikan perkataannya.
Amara hanya terdiam dan tetap duduk di kursi dengan menunduk tanpa merubah posisinya.
Sedangkan Erika yang sangat kesal dengan mamanya terus berjalan ke luar rumah tanpa tahu tujuan.
Dan setelah tiba di lampu merah tiba tiba terdengar suara klakson mobil yang membuatnya terkesiap karena Erika berjalan tanpa melihat ada mobil yang melintas di sebelahnya dan hampir saja kena tabrak.
" Astaga " Ucap Erika sambil mengusap kepalanya sendiri karena melamun menjadikannya tidak sadar sudah berjalan terlalu jauh dan turun dari trotoar.
" Hai kamu kenapa?" Tanya seorang wanita cantik dengan hijab syar'inya dari balik kemudi mobil yang hampir saja menabraknya tadi.
" Ehm maaf kak, aku, aku"
Wanita itu segera menepikan mobilnya dan turun untuk melihat keadaan Erika.
" Kamu terluka ya, aku bawa kamu ke rumah sakit ya ?" Ucap wanita itu dengan senyum teduh dan perkataan yang lembut.
Erika tersenyum sambil menggeleng perlahan
" Tidak kak saya tidak kenapa kenapa".
" Bener"
" Iya kak"
" Oke tapi kelihatannya kamu ada masalah, ehm kita minum teh dulu yuk di cafe seberang? Karena meskipun kamu tidak terluka kelihatannya kamu syok banget" Pinta wanita itu.
Erika pun tersenyum dan mengangguk membuat wanita itu senang dan mereka segera berjalan ke arah cafe yang berada di seberang jalan.
...🌷🌷🌷...
" Sayang, sudahlah jangan terlalu dicemaskan" Ucap Jason kemudian menutup layar laptopnya dan beranjak dari tempat duduknya.
" Tapi aku sangat kawatir dengan Emely mas, sifatnya mungkin saja keras seperti aku sangat sulit untuk memaafkan" Jawab Renatha sambil duduk dan menunduk di ujung sofa.
Jason melangkah mendekati istrinya dan ikut duduk di sampingnya sambil menggenggam lembut kedua tangan Renatha " Sayang, percaya sama mas. Di samping Emely ada keponakan mas yang pintar dan cerdas, dia pasti bisa membujuk Emely untuk mau memaafkanmu sayang"
" Benarkah? Ardan sehebat itu?"
" Ehem dia selalu punya kejutan yang tidak pernah diduga. Berikan dia waktu untuk menjalankan misinya" Jawab Jason dengan senyum terukir di wajahnya.
" Aku percaya padamu mas" Jawab Renatha sambil menyeka air matanya dan mencoba tersenyum meskipun sangat dipaksakan.
Tok tok tok
Tiba tiba terdengar suara pintu diketuk dari luar ruangan.
Jason menoleh dan memintanya untuk masuk.
" Maaf pak Jason tadi ada tamu yang ingin bertemu anda, tapi beliau buru buru dan memberikan ini untuk diberikan kepada anda" Ucap sekertaris Jason sambil menyodorkan sebuah map berwarna cokelat.
" Oke di mana dia?"
" Beliau meminta anda untuk menemuinya nanti setelah semua urusan selesai" Jawab wanita cantik berpakaian seksi itu.
Renatha menatap Jason " Mas apa ini?"
" Oh ini ehm ini tidak penting sayang, lebih baik kamu bersiap siap untuk pergi melihat kios yang akan kita beli untuk kamu membuka butik" Jawab Jason sambil mencubit hidung istrinya dengan gemas.
Renatha sangat percaya dengan suaminya dan memilih untuk tidak memikirkan hal buruk meskipun sebenarnya dia merasa kalau ada yang disembunyikan oleh suaminya belakangan ini.
" Baiklah mas nanti aku pergi sendiri saja "
" Lho kamu gak mau mas temani?"
" Gak perlu mas kamu ada banyak pekerjaan jadi kamu selesaikan saja pekerjaanmu, nanti kita bertemu di rumah, dan aku akan membuat masakan kesukaanmu" Jawab Renatha kemudian memeluk dan mendaratkan ciuman di pipi suaminya lalu beranjak dari duduknya dan berjalan meninggalkan ruangan tersebut.