Lima tahun lalu, Liliane Lakovelli kehilangan segalanya ketika Kian Marchetti—pria yang dicintainya—menembak mati ayahnya. Dikhianati, ia melarikan diri ke Jepang, mengganti identitas, dan diam-diam membesarkan putra mereka, Kin.
Kini, takdir mempertemukan mereka kembali. Kian tak menyadari bahwa wanita di balik restoran Italia yang menarik perhatiannya adalah Liliane. Namun, pertemuan mereka bukan hanya tentang cinta yang tersisa, tetapi juga dendam dan rahasia kelam yang belum terungkap.
Saat kebenaran terkuak, masa lalu menuntut balas. Di antara cinta dan bahaya, Kian dan Liliane harus memilih: saling menghancurkan atau bertahan bersama dalam permainan yang bisa membinasakan mereka berdua.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Caesarikai, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Golongan Darah
Kian ikut berlari ke IGD saat Ryuu ditahan oleh seorang perawat untuk segera mengurus administrasi Kin sementara anak itu ditangani oleh dokter.
Tubuh Kian sedikit bergetar, pria keturunan Eropa yang bertubuh jangkung itu mendudukkan dirinya di kursi tunggu. Kedua tangan dan pakaiannya penuh noda darah Kin. Tentu saja bau anyir menguar dari tubuhnya, tetapi itu tak berarti apa-apa dibandingkan hati Kian yang gelisah tak menentu.
Ia bahkan tak sempat menghubungi siapapun saat ini. Hati dan pikirannya kosong, tak sinkron semenjak melihat Kin yang tergeletak di aspal setelah memanggilnya dengan suara riang.
Rasa bersalah terus hinggap, menyusup ke dalam hatinya. Ia bertanya-tanya, apa yang membuat Kin tergesa-gesa berlari ke arahnya hingga tak memperhatikan kondisi jalanan yang cukup ramai.
Lamunannya buyar saat seorang dokter menghampirinya dengan tergesa. "Apakah ada keluarga anak lelaki itu?"
"Aku ..."
Belum selesai Kian menjawab, dokter tersebut sudah menyelanya. "Anak itu butuh transfusi darah secepatnya. Golongan darahnya langka, O-. Kami tidak memiliki stok golongan darah tersebut. Tapi aku menyakini baik ayah atau ibu kandungnya pasti memilikinya."
Kian terdiam membatu. Ryuu datang berlari ke arah mereka. "Ada apa? Apa yang terjadi pada anakku?" tanya Ryuu dengan napas memburu dan raut khawatir yang tercetak jelas di wajahnya.
"Kami butuh golongan darah O-." Jelas dokter tersebut tidak panjang lebar.
Ryuu juga menegang setelah mendengarnya. Ia tentu tahu golongan darah itu sangat langka. O- hanya bisa mendapat transfusi dari O- juga.
"Aku tidak ..." belum selesai Ryuu membalas, Kian sudah menimpali.
"Aku bisa." Kian menatap wajah dokter tersebut dengan yakin.
"Baik, kau bisa memastikan golongan darahmu O-?" tanya dokter tersebut seolah meragukan Kian.
Sementara Kian segera mengangguk. "Ya. Kau bisa memeriksanya sebelum melakukan transfusi."
"Baik, mari ikut denganku."
Sepeninggalan Kian ke dalam ruangan, Ryuu bergerak gelisah. Bagaimana situasi ini bisa terjadi?
Di dalam ruangan, Kian duduk di kursi rumah sakit, lengan kirinya masih terhubung dengan selang infus yang menyalurkan darahnya untuk Kin. Wajahnya pucat, tetapi matanya tetap tajam, menatap setiap detik yang berlalu dengan gelisah.
Tiba-tiba pintu ruang gawat darurat terbuka dengan kasar. Liliane muncul, wajahnya pucat pasi, napasnya tersengal karena berlari. Tanpa memedulikan siapa pun, ia langsung mendekati perawat yang berjaga.
"Di mana putraku?!"
Perawat tersebut menenangkan Liliane, tetapi mata Kian sudah terkunci pada sosok itu. Wajah tanpa riasan, sorot mata penuh kepanikan… mendadak, semuanya menjadi jelas.
Kaneshiro Yuri tidak ada.
Yang ada hanyalah Liliane Lakovelli.
Kian masih mengamati Liliane dalam diam, hingga Liliane menoleh dan mata mereka bertemu kembali.
"Liliane?"
Napas Liliane tercekat. Ia bertemu Kian lagi—pria yang selalu ia hindari, pria yang telah ia tinggalkan.
Tatapannya turun, melihat pada lengan pria itu yang terpasang selang infus berwarna merah darah. Darahnya diambil dan tatapan Liliane bergeser pada seseorang di sebelah Kian.
Kedua matanya sontak membulat terkejut saat mendapati Kin di ranjang rumah sakit dan terbujur lemas. "Anakku!" pekik Liliane. Derai air mata membasahi kedua pipinya yang tirus.
Liliane segera berlari ke sana, tanpa memikirkan apapun lagi tentang Kian. Kin adalah jantung hatinya, seluruh jiwa dan hidupnya.
Tubuhnya hampir limbung akibat kehilangan kendali. Ia menggenggam erat jemari Kin yang lemah, mengecupnya beberapa kali untuk menyalurkan kekuatan pada dirinya dan Kin.
"Sayang ... Mommy di sini, nak ..." ucap Liliane yang menatap Kin dengan tatapan sendu.
Kian masih diam. Dia tidak bisa mencerna situasi yang mendadak seperti ini. Kaneshiro Yuri adalah Liliane Lakovelli. Dan ... Kin adalah anak wanita itu. Sementara Kin memiliki golongan darah yang sama dengannya, O-. Kian juga tahu Liliane memiliki golongan darah AB-.
Bila Kin merupakan anak Ryuu, mengapa golongan darah Ryuu tidak sama dengan Kin?
"Nona ... maaf, biarkan aku memeriksa putramu lagi," seorang dokter menghampiri Liliane dan membuat wanita muda itu terpaksa menyingkir sejenak.
"Apakah dia akan baik-baik saja?" tanya Liliane dengan lirih. Tatapannya tak terlepas dari Kin yang pucat dan berbaring lemah.
"Tentu saja. Ayah dan ibunya di sini menunggunya tersadar, dia pasti akan baik-baik saja. Terlebih lagi ayahnya juga rela membagi darah untuknya," ucap dokter tersebut dengan tujuan untuk menghibur dan menenangkan Liliane yang sedang khawatir.
Seorang perawat juga datang menghampiri untuk melepas jarum di lengan Kian. Transfusinya telah selesai.
Setelah dokter dan perawat itu pergi, Kian tak tahan untuk segera menanyakannya pada Liliane. "Katakan ... Liliane. Siapa Kin sebenarnya?" suara Kian sedikit lemas, tentu saja, tubuhnya baru saja menyumbangkan darah yang cukup banyak.
Liliane terlihat gugup. Bibirnya terbuka-tertutup beberapa kali, ia bingung harus menjawab apa.
"Liliane ..."
"Yuri!" tiba-tiba Ryuu datang dengan tergopoh-gopoh. Dia baru saja menerima telepon dari Goku yang melaporkan tentang pelaku penabrakan Kin.
Liliane menoleh dan menggigit bibirnya gugup, ia jelas meminta perlindungan dari Ryuu.
Sementara Ryuu bolak balik menatap Liliane dan Kian dengan cemas. Namun, ekspresi tersebut segera ia kendalikan. Apalagi setelah melihat raut wajah Kian yang memerah, seolah sedang menahan amarah.
"Katakan, Tuan. Apa hubunganmu dengan Kin?" Kian berujar dingin. Mata elangnya yang tajam menatap Ryuu.
"Dia putraku dengan Yuri. Untuk apa kau bertanya hal itu? Bukankah sudah jelas?" Ryuu melakukan pembelaan.
Kian yang mendengar itu segera berdecih. "Kau tidak memiliki golongan darah yang sama dengan Kin. Dan aku juga tahu golongan darah Liliane AB-. Kemungkinannya hanya satu, Kin adalah putraku dengan Liliane atau Kin bukan anak kami berdua."
Tidak ada jawaban, baik dari Ryuu maupun Liliane. Kedua orang dewasa itu bungkam.
"Aku akan melakukan tes DNA, jika kalian tidak ada—"
"Tidak! Siapa yang mengizinkanmu melakukan tes DNA pada putraku?" Liliane menatap Kian dengan nyalang.
Sementara itu Kian tersenyum miring. "Sudah kubilang, aku membutuhkan jawaban, Liliane! Kalau Kin adalah putraku, aku juga perlu tahu!"[]
***
seruny......
nyesel klo g baca karya ini