Kinara seorang gadis tomboy yang baru saja lulus kuliah harus menerima kenyataan jika dirinya di jodohkan dengan seorang Duda yang seharusnya menikah dengan kakaknya, Adisty. Tapi kakaknya menolak dengan alasan harus bekerja di luar kota. Padahal alasan utamanya adalah karena dia mendengar gosip jika calon suaminya seorang Duda dan juga bisu.
Abizar seorang Duda yang akan di jodohkan. Dan dia juga terpaksa menerima perjodohan itu karena tekanan dari kedua orang tuanya. Padahal dia masih menunggu kedatangan dari mantan istrinya yang pergi meninggalkannya sudah lima tahun.
Akankah pernikahan mereka yang tanpa cinta itu bertahan. Akankah ada cinta di antara mereka? Bagaimana jika mantan istri Abizar datang?
Apalagi selain bersaing dengan mantan istri yang masih selalu di hati Abizar, Kinara juga harus bersaing dengan banyak wanita yang datang silih berganti mendekati suaminya.
Mampukah Kinara bertahan ataukah dia menyerah? Ikutin terus yuk ceritanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yam_zhie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25
"Apa kalian tidak berniat untuk bulan madu?" tanya Papa Bastian kepada Kinara dan juga Abidzar.
"Kalau Nara gimana Mas Bizar saja." jawab Kinara cepat, karena dia malas jika nanti harus menjawab di bagian akhir.
"Kamu bagaimana? Kami harap kamu mau ajak Kinara bulan madu dan pulang bawa kabar bagus kalau kami punya calon cucu. Benar kan besan?" Mama Clara menyambar, membuat Abidzar mendengus kesal mendengar ucapan Mamanya.
"Mama kita bisa langsung hamil gitu?" kesal Abidzar.
"Ya siapa tau kan kalau rezeki. Jadi gimana?" jawab Mama Clara santai.
"Entah. Abidzar harus menyesuaikan dengan pekerjaan Abi Ma." jawab Abidzar.
"Lagian di rumah juga sama saja kan?" tambah Abidzar kesal.
"Beda... Beda... Atau coba deh sekarang kalian pergi sana tidur di hotel aja." Mama Clara tiba-tiba ngide.
"Lah udah malam Ma. Kenapa sih ada aja ngide anehnya." kesal Abidzar.
"Jangan banyak alasan. Cepet sana siap-siap. biar Papa yang pesankan kamar hotel buat kalian sampai besok." Mama Clara mendorong kehmduanya yang sedang duduk untuk segera bersiap.
"Astaghfirullah... Mama ini ada-ada saja sih." kesal Abidzar.
"Dah gak usah banyak protes. Tuh Papa udah pesan kamar hotelnya. Kami tunggu kabar baik pulang dari sana." jawab Mama Clara.
Abidzar akhirnya menarik tangan Kinara untuk baik keatas tangga dan masuk kedalam kamarnya.
"Ini seriusan kita harus banget tidur di hotel Mas?" tanya Kinara meyakinkan saat mereka berada di dalam kamar.
"Mama gak pernah main-main. Bawa barang seperlunya saja." jawab Abidzar sambil memijit pelipisnya. Kinara akhirnya memasukkan baju mereka kedalam koper kecil.
"Cepat pergi sana. Dan jangan lupa pulang bawa kabar kalau cucu Mama udah jadi disini." ujar Mama Clara sambil mengusap perut Kinara. membuat keduanya tersenyum kikuk sambil meringis.
"Kami pamit dulu." Abidzar pamit kepada mereka dan pergi ke hotel yang sudah di pesan oleh Papa Bastian.
"Kamu tunggu disini dulu." Abidzar meminta Kinara menunggu di sofa.
"Kinara... Kamu Kinara kan?" tanya seorang pria tampan.
"Akbar? Kamu seriusan Akbar? Kapan balik kesini? Bukannya kamu ada di luar negri ya?" tanya Kinara yang bahagia bertemu dengan teman sama-sama bangku sekolah menengah atas.
"Baru satu bulan yang lalu balik kesini. Kamu kerja dimana? Masih aja gak berubah dari dulu. Malah makin cantik aja kamu Nara. Aku kangen banget sama kamu Nara. Kita jalan yuk, kalau kamu ada waktu." jawab Akbar bertepatan dengan Abidzar yang datang mendekat dan berdehem.
"Maaf anda siapa ya?" tanya Akbar heran karena mereka berdua sedang berbicara.
"Saya suami Kinara." jawabnya dengan nada kesal mendengar Akbar memuji istrinya bahkan pria itu berani mengajak istrinya pergi bersama. Pria apaan itu ngajak istri orang.
"Kamu serius Nara? Dia beneran suami kamu?" Akbar tak bisa menahan rasa herannya. Kinara mengangguk.
"Aku gak percaya." jawab Akbar masih tak percaya jika pria culun berkumis di hadapannya adlaah suami dari Kinara.
"Bodo amat. Yang jelas saya suami Kinara sekarang. Saya minta jangan pernah anda bermain mendekati istri saya apalagi kurang ajar mengajak istri saya pergi." ujar Abidzar kemudian mengajak Kinara pergi dari sana menuju kamar hotel yang sudah di pesan oleh Papa Bastian.
"Siapa dia?" tanya Abidzar saat mereka ada di lift.
"Akbar. Teman sekolahku waktu sekolah menengah Atas bersama dengan Gian juga." jawab Kinara membuat Abidzar mendengus kesal.
"Gian lagi." jawab Abidzar kesal. Tapi Kinara tak peduli. Mereka masuk kedalam kamar yang sudah di pesan. Satu bed tanpa sofa.
"Ck. Papa ini bikin kesal aja." ujar Abidzar.
"Ah aku ngantuk mau tidur." ujar Kinara mengambil baju piyama di dalam kopernya.
"Jauh-jauh kesini malah mau ngorok." celetuk Abidzar.
"Lah ters ngapain? Ya kita tidur kan disini." jawab Kinara. Abidzar mendekat.
"Kamu harus di hukum karena sudah berdekatan dengan pria yang bukan mahram dan bahkan tersenyum kepada dia." ujar Abidzar membuat Kinara ternganga mendengar ucapan Abidzar.
"Mas, dia teman lamaku. Dan wajar kami bicara karena baru bertemu lagi." jawab Kinara.
"Tapi aku gak suka. Apalagi kamu masih berstatus sebagai istriku. Dan malah dekat dengan pria lain. Apalagi pria itu menaruh hati padamu seperti si Gian." kesal Abidzar entah kenapa dia tak suka akan hal itu.
"Lah, semua pria di samain dengan si Gian. Lagian katamu aku harus mencari pria yang bisa membahagiakan aku kelak. Jadi apa salahnya kan? Bisa saja orang itu Akbar yang akan membuatku me jadi istri yang dicintai, diinginkan dan disayangi. Gak seperti sekarang istri sementara sampai wanita sesungguhnya datang. Miris sekali hanya jadi istri pengganti sementara. Pemenangnya tetap orang lama. Jadi gak usah banyak protes Mas, aku aja gak protes dari awal sudah di buat sakit hati." cerocos Kinara dan membalikkan badannya untuk masuk kedalam kamar mandi.
emmphh
Abidzar malah menarik dan menc*um Kinara. Entah kenapa dia marah saat Kinara bilang akan mencari pria lain dari sekarang. Sedangkan saat ini statusnya masih menjadi istrinya. Dia tidak terima. Dia tak suka jika Kinara tersenyum kepada pria lain. Apalagi Pria yang dekat dengan Kinara adalah pria muda yang tampan. Dan menc*um Kinara entah kenapa menjadi candu untuknya. Dia suka rasanya. Manis.
"Maasss..." Kinara mendorong t*buh Abidzar.
"Kenapa? Kenapa? Kamu gak mau dengan suami culun dan tuamu ini?" emosi Abidzar.
"Kamu egois Mas. Fikir sendiri. Sudah ku bilang jika memang kamu belum mencintaiku dan berharap kembali dengan wanita lain jangan memberi harapan dan jangan menyentuhku lebih dari ini. Biar aku yang berdosa karena kamu lebih berdosa. Apalagi saat bersama dengan istrimu yang ada dalam fikiranmu wanita lain. Lepaskan aku. Dan kita pulang sekarang. Lebih baik jujur kepada kedua orang tua kita jika kita tak bisa melanjutkan pernikahan ini karena Masih ada Gladis yang tak bisa pergi dari hati dan fikiran suamiku. Jangan lagi bicara perkara kamu culun atau apapun karena kamu sudah tau jawabannya. Dari awal aku sudah ikhlas menerima takdirku. Siapun dia adalah suamiku. Tapi kamu yang bermasalah. Terkurung dengan masalalumu."emosi Kinara.
Dia masuk kedalam kamar mandi dengan sedikit membanting pintu kamar mandi membuat Abidzar terhenyak dibuatnya. Lama Kinara tak keluar lagi dari dalam kamar mandi. Sudah hampir satu jam dan itu membuat Abidzar dari tadi gelisah. Dia sudah beberpa kali mencoba mengetuk pintu kamar mandi, tapi Kinara tak juga menjawab apalagi membuka pintunya.
"Kenapa dengan dia? Apa dia sakit dan pingsan di dalam kamar mandi?" Khawatir Abidzar. Apalagi tidak terdengar gemericik air dari dalam kamar mandi. Perasaannya sudah tak karuan. Apalagi mereka bertengkar selalu masalah yang sama. Masalah yang memang bersumber dari Abidzar yang tak bisa lepas memikirkan Galdis terus. Bahkan Kinara sudha rela berkorban untuknya tapi Abidzar malah selalu bersikap kasar padanya.