Bagi Hasan, mencintai harus memiliki. Walaupun harus menentang orang tua dan kehilangan hak waris sebagai pemimpin santri, akan dia lakukan demi mendapatkan cinta Luna.
Spin of sweet revenge
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma AR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MJW 19
Di kediaman Laila, pagi ini.
"Ali belum mengabari kamu, bi?" tanya istrinya, Sri Maimun. Mereka baru saja selesai sarapan. Laila sudah bersiap akan pergi mengajar, tapi dia menunggu jawaban abinya dengan hati penuh harap.
Dia menghembuskan nafas kecewa kerika melihat gelengan pelan abinya.
"Belum. Tapi nanti aku akan menemuinya. Orang tuaku akan datang beberapa hari lagi. Orang tua Ali juga. Kita sudah harus selesai berembug sebelum mereka datang. Aku yakin apa pun Ali sudah berbicara dengan Hasan." Dia menatap putrinya yang tampak tidak tenang.
"Semoga saja tidak ada penguluran waktu lagi," harap istrinya. Usia putrinya dan Hasan sudah sangat layak untuk menikah.
"Semoga." Yahya Salim juga berharap begitu.
"Laila pergi dulu, abi, umi," pamit Laila sambil berdiri. Hati Laila sebenarnya ngga tenang.
"Hati hati."
Keduanya mengantarkan Laila hingga di halaman rumah. Laila mengemudikan mobilnya sendiri menuju kampus tempat dia bekerja sebagai dosen.
"Aku punya firasat buruk," ucap Yahya Salim setelah mobil putrinya meninggalkan rumah.
"Aku juga merasa begitu," sahut istrinya cemas. Setelah Hasan ke Amerika dan kembali setahun yang lalu hubungan putrinya dengan Hasan jadi merenggang.
Dia juga sama dengan putrinya menyalahkan keputusan suaminya ,yang melarang putri mereka mengikuti Hasan ke Amerika dan ternyata cukup berpengaruh buruk pada hubungan keduanya sekarang.
Hasan tidak pernah pulang selama tiga tahun dan mereka yang mengunjunginya enam bukan sekali. Bersama orang tua Hasan. Kadang kadang kakek nenek Hasan dan Laila juga ikut
"Kalau Hasan menolak perjo--."
"Jangan bicara begitu, bi." Sri Maimun menggelengkan kepalanya. Dia tidak sanggup melihat putrinya bersedih jika itu terjadi.
"Memangnya ada gadis lain yang bisa menggantikan Laila, bi? Putri kita sangat cantik dan pintar. Hasan pasti akan berpikir ribuan kali untuk menolaknya."
Yahya Salim mengangguk. Mencoba memahami penyangkalan istrinya.
"Hasan bersikap seperti tidak peduli begitu, karena dia harus menjaga citra baiknya dan Laila, di mata orang orang yang mengenal mereka " sambung Sri Maimun lagi. Dia masih percaya kalo putrinya akan menikah dengan Hasan.
"Lagi pula ini keinginan orang tua kamu dan orang tua Ali. Hasan tak mungkin akan mengecewakan keingin kakek neneknya," sambung Sri Maimun dengan nada meyakinkan.
Suaminya tersenyum lembut.
"Iya, umi." Berharap yang dipikirkan istrinya benar walaupun tetap saja dalam hatinya merasa resah.
*
*
*
Jam sepuluh pagi Yahya Salim pergi menemui temannya. Istrinya yang tidak tenang meminta ikut pergi bersamanya.
Kini mereka berempat sudah berada di halaman belakang rumah Hasan.
"Aku terpaksa menemui kamu karena kamu tau juga, kan, kalo orang tua akan datang beberapa hari lagi," ucap Yahya Salim tenang.
Ali Wahab masih terkejut dengan kedatangan temannya dan istrinya. Sama sekali tidak dia duga. Padahal dirinya mau menemui temannya nanti siang. Istrinya pun nampak gugup dengan kedatangan mereka.
Yahya Salim dan istrinya menyadari ketaknyamanan temannya dan istrinya. Firasat buruk yang mereka rasakan sejak di rumah makin menguat saja. Ditambah suasana yang terasa berbeda dari pertemuan yang biasa mereka lakukan.
"Sebenarnya nanti aku dan istriku berniat menemui kalian. Setelah waktu duhur. Maafkan, ya, aku terkesan sangat lambat," ucap Ali Wahab tenang dan hati hati dalam menuturkan tiap kata katanya.
"Oooh, begitu," angguk Yahya Salim. "Sudah bertanya pada Hasan kalau begitu."
"Ya, sudah. Hasan ternyata sibuk beberapa hari ini, selalu pulang malam," jelas Ali Wahab.
"Ooh, begitu, ya."
Ali Wahab menatap istrinya yang makin tampak gelisah. Dia menarik nafas dalam dalam. Lidahnya terasa berat tapi harus dia katakan keinginan putra tertuanya
"Ada hal yang baru aku tau dari Hasan tentang hubungan anak anak kita selama ini," ucapnya pelan mebuat kening teman dan istrinya mengernyit Jantung meeeka berdebar cepat, seolah sedang menunggu ketokan palu keputusan dari hakim.
"Apa?" tanya Yahya Salim dengan jantung yang berdebar keras.
Ali Wahab menarik nafas dalam lagi.
"Hasan sudah menolak perjodohan ini dan Laila juga sudah tau. Apakah Laila tidak pernah cerita?"
Yahya Salim dan istrinya sama sama terkejut dan saling tatap dengan riak tak percaya. Oksigen seperti tidak bisa dihirup hingga mereka merasakan sesak. Istrinya menggelengkan kepalanya, seolah mengatakan kalo Laila tidak pernah mengatakan apa apa padanya. Yahya Salim juga tidak pernah mendengar penolakan itu dari putrinya. Bahkan putrinya selalu menegaskan kalo hubungannya dengan Hasan baik baik saja.
"Maafkan kalo aku mengatakannya. Aku dan istriku juga sama terkejutnya dengan kalian."
Hening.
"Apakah Hasan sudah punya pilihan?" Hanya itu yang bisa dia tuduhkan.
Dengan berat hati Ali Wahab menganggukkan kepalanya.
"Laila juga mengenalnya."
Kedua temannya semakin terkejut. Apa.yang sudah dikatakan Ali wahab tidak bisa dia prediksi.
Laila tau dan menyembunyikannya dari mereka? Bahkan juga mengenal dengan perempuan yang disukai Hasan? Kenyataan apa ini, batin istrinya sakit.
Kenyataan ini membuat perasaan Yahya Salim terguncang. Demikian juga istrinya.
Pantas saja Hasan menjauh dan mereka salah menafsirkan sikap Hasan. Walaupun hati kecilnya sudah menduga demikian.
Suasana terasa hening yang mencekam.
"Sekarang apa yang akan kamu lakukan?" nada suara Yahya Salim terdengar getir. Istrinya bahkan sudah mengusap air mata dengan punggung tangannya. Begitu juga juga dengan istri Ali Wahab.
"Orang tua kita akan datang sebentar lagi. Aku tidak mungkin mematahkan harapan mereka. Apalagi sudah sampai sejauh ini." Terdengar helaan nafas beratnya.
"Itu juga yang sedang aku dan istriku pikirkan. Kami juga sama terkejutnya denganmu."
Hening. Sangat hening.
"Anak kyai siapa pilihan Hasan?" Agak ngga rela hatinya jika Hasan dimiliki anak gadis kyai lain. Apalagi kalau dia mengenalnya. Hasan adalah calon menantu idaman. Shaleh dan bertanggungjawab. Mungkin karena itu juga putrinya merahasiakan ini dari mereka.
"Bukan anak kyai, tapi anak gadis yang jauh dari kehidupan santri."
Yahya Salim dan istrinya terkejut lagi.
"Benarkah? Kalian tidak keberatan?"
"Hasan sudah sulit untuk digoyahkan."
"Orang tuamu sudah tau?"
Ali Wahab menggelengkan kepalanya. Yahya Salim dapat melihat kalo temannya terguncang dengan kenyataan ini.
"Hasan baru saja mengakuinya. Tapi nanti aku terpaksa akan mengatakan pada umi dan abiku."
Yahya Salim tidak berkata apa apa lagi. Istrinya bahkan sudah beberapa kali menghapus air matanya.
"Aku benar benar minta maaf." Istri Ali Wahab juga sama. Dia terlihat sama tertekannya dengan situasi ini.
"
jujur aku penasaran kenapa hasan menolak laila??
ataukah dulu kasus luna dilabrak laila,, hasan tau??
udah ditolak hasan kok malahan mendukung tindakan laila??
Laila nya aja yg gak tahu diri, 2x ditolak msh aja ngejar²😡