Jingga Purwati dan Ruben Karindra adalah pasangan yang beda strata sosial, tetapi memiliki ikatan batin yang sangat kuat, jika Jingga berada dalam bahaya, Ruben bisa merasakan tanda bahaya didadanya akan berdenyut ngilu dan sakit, begitu juga Jingga dia bisa merasakan apa yang Ruben rasakan.
Perasan cinta mereka yang kuat terhalang oleh keinginan Bramantyo untuk segera menikahkan Ruben dengan Alisa. Mereka pun menikah secara resmi sedangkan Ruben hanya menikahi Jingga terlebih dulu secara sirih.
Keteguhan hati Jingga Purwati yang mampu mengatasi rasa kecewa pada sikap Ruben yang tidak memberitahukan kepada dirinya bahwa dia sudah menikah lagi dengan pilihan Bramantyo membuat Jiingga memilih memaafkan dan kuat menghadapi tekanan dari sang mertua yang galak dan sering menyiksanya.
Akankah Jingga Purwati dapat menaklukan hati sang mertua?
Ikuti kisah cinta mereka ... !
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fanie Liem, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25. Ruben mencari Jingga.
Sudah hampir seharian ini Ruben merasakan dadanya begitu sakit, ia pun memutuskan untuk pulang saja kemansion, merasa ada sesuatu hal yang akan hilang dari dirinya.
"Aku ingin bertemu Jingga, lebih baik sekarang aku pulang saja," ucap Ruben sambil membereskan semua dokumen yang menumpuk.
Ruben tiba dikediaman mansion utama Karindra. Dia mencari sosok istri yang dicintainya, namun tak terlihat. Ia pun pergi kepaviliun belakang dan tak juga menemukan istrinya.
"Kemana dia?" tanya Ruben dalam hatinya.
Akhirnya Ruben kembali kedepan mansion utama untuk menunggu kedatangan Jingga, namun setelah seharian penuh menunggu sampai Ruben tertidur didepan pintu mansion utama dengan mata lembab pun Jingga tak kunjung tiba.
Keesokan harinya,
PT. Karindra.Tbk.
Seorang pria berkacamata hitam memasuki gedung pencakar dengan langkah gontai berserta pasukan pengawal berjumlah banyak.
"Selamat pagi, kedatangan kami kesini untuk mendeklarasikan pemimpin sekaligus pemilik perusahaan baru yaitu Arga Senopatih," ucap sekertaris.
"Jangan ngaco kamu!" geram Bramantyo.
"Anda bisa lihat berkas kuasa penandatangan ini yang anda sendiri tandatangani," ucap sekertaris.
Mata Bramantyo membulat sempurna, ingatannya kembali berputar saat Vika, sang sekertaris menyuruhnya tanda tangan beberapa berkas dokumen untuk klien.
"Dia menipuku!" geram Bramantyo sambil meremas berkas dan melemparnya kesembarang arah.
Tak hanya satu berkas saja, tapi beberapa berkas Bramantyo coba robek, gulung, dan melemparnya kembali kesegala arah.
"Percuma anda buang semua berkas itu karena itu hanya soft copy saja," ucap Arga.
"Kenapa kamu melakukan semua ini, Arga! Kamu itu keponakanku!" ucap Bramantyo.
"Anda tidak ingat ya, dulu anda menipu Daddy saya sampai dia wafat dan kehilangan harta warisan yang harusnya menjadi hak miliknya, tapi anda dengan serakah mengambil seluruh bagian sampai saya anda lupakan dan buang juga!!" geram Arga.
Flashback on...
"Kamu harus balas dendam kepada om kamu, Bramantyo. Dia sudah mengambil hak warisan yang seharusnya dibagi sama rata. Namun dia menipu Daddy dengan tanda tangan itu," ucap Beno sambil terbatuk-batuk.
"Tentu Daddy, aku akan balas dendam. Daddy tenang saja. Aku selama ini sering menabung lewat investasi. Aku akan dirikan perusahaan Senopatih dan akan membalas perbuatan om Bram kepada keluarga kita," ucap Arga.
"Kamu memang cerdas, Daddy percaya kamu akan bisa melakukan yang terbaik, jaga mommy kamu," ucap Beno sambil menghembus napas terakhirnya.
"Dad....! Bangun," ucap Arga sambil mengguncang bahu.
Arga meneteskan bening air putih yang terus mengalir, perasaanya hancur seketika ketika Daddynya harus pergi untuk selama-lamanya karena mempunyai penyakit kanker paru-paru.
Mendengar suara isak tangis Arga yang nyaring ditelinga Mommy Rena, ia segera menghampiri mereka berdua dan turut serta menangis, namun Rena yang merasa terkejut dengan kepergian Daddy Beno, Rena pun mendapat serangan jantung dan meninggal dunia, menyusul kepergian Beno.
"Daddy, mommy. Aku akan pastikan keluarga mereka juga akan merasakan semua kehilangan ini!" ucap Arga sambil menghapus sisa air matanya.
Flashback off.
"Bagaimana om Bramantyo, rasanya kehilangan semua yang anda miliki?" tanya Arga sambil tersenyum smirk.
"Kamu memang keponakan kurang ajar! kembalikan atau aku lapor ini semua pada pihak yang berwajib," ancam Bram.
"Silahkan, paling anda yang ditahan karena tidak kooperatif dengan hukum yang berlaku," ucap Arga sambil berkacak pinggang.
"Sombong! awas kamu ya, dasar ponakan durhaka, aku sumpahi kamu kena azab yang parah," umpat Bramantyo.
Arga tertawa terbahak-bahak." sekarang azab anda sudah datang, selama menikmati hidup susah."
"Anak kurang ajar!" geram Bramantyo sambil mengarahkan bogemnya kearah lawan.
Saat bogem itu hendak meluncur dari tangan kanan Bramantyo, tangannya dihempaskan oleh Arga
"Om tua bangka, anda jangan pernah muncul dihadapan saya lagi," ucap Arga.
Arga mengedipkan kedua bola matanya kepada para pengawal untuk memberikan kode khusus, dengan terkesiap para pengawal menyeret Bram yang melakukan perlawanan terus-menerus. Namun kekuatan Bram tak semuda dulu, kini otot-otot tangan, kaki, dan tubuhnya kini sudah dimakan oleh usia.
"Awas kamu, Arga," teriak Bram sambil diseret paksa oleh para pengawal untuk keluar dari ruangan.
Tiba-tiba Ruben datang karena kebisingan yang terjadi diruangan tersebut.
"Lepaskan, Daddy saya. Kalian ini siapa bisa masuk kemari?" tanya Ruben.
Tiba-Tiba saja dibalik gerombolan para pengawal itu, Arga kembali muncul. "Kamu lupa saya ini sepupumu, sekaligus pemilik baru perusahaan ini, jadi kamu itu anak buah saya,"
"Tidak mungkin, Dad. Ini semua salah, sebenernya apa yang terjadi?" tanya Ruben sambil melirik kesang Ayah.
"Dia menipuku," ucap Bram sambil menunjuk kearah Arga.
Arga kembali mengedipkan kedua bola matanya, lalu para pengawal dengan sigap membawa Ruben dan Bramantyo keluar dari ruangan tersebut dengan mendorong kuat tubuh mereka.
"Kalian berdua pergi dari sini!" titah pengawal.
Ruben dan Bramantyo hanya bisa menghela napas, terutama Bram yang saat ini tertekan karena kehilangan seluruh aset dan harta yang selalu dia banggakan.
"Daddy, kok bisa si Arga itu menguasai perusahaan ini?" tanya Ruben.
"Dia menyuruh sekertaris, Vika untuk aku mendatangi dokumen," ucap Bram.
"Kenapa Daddy tak mengecek dahulu sebelum ditandatangani?" tanya Ruben.
"Daddy waktu itu lagi banyak pikiran dan juga Daddy percaya sama Vika, dia itu sudah lama kerja bersama Daddy," ucap Bram.
"Harusnya Daddy tetap membaca dan mengecek seluruh dokumen dengan teliti tanpa harus mempercayai siapapun," ucap Ruben.
"Maafkan Daddy, tapi ini semua terjadi juga karena kamu menikah dengan Jingga, gadis miskin pembawa sial itu sudah membawa kehancuran untuk keluarga kita," ucap Bram.
"Jangan pernah Daddy sangkut pautkan masalah ini pada Jingga. Dia tidak bersalah," ucap Ruben.
"Sudahlah, Daddy mau pulang saja dari pada kamu terus saja membela gadis miskin pembawa sial itu," umpat Bram.
Mereka pun pulang kemansion Karindra, namun mereka merasa keheranan karena banyak pengawal yang berjaga disana, namun bukan pengawal keluarga Karindra, lalu banyak koper didepan gerbang
"Ini barang aku kenapa ada diluar," ucap Ruben.
Salah satu pengawal itu pun, akhirnya menghampiri mereka, mendorong satu koper sampai terjatuh." Pergi dari sini, mansion ini bukan punya kalian lagi."
Bram mengusap wajah garangnya dengan kasar." Hancur sudah semua usaha yang kubangun dari nol."
"Daddy sabar dulu, kita cari solusi bersama," ucap Ruben.
"Sudahlah, lebih baik kita pergi saja," ucap Bram sambil mengambil koper-koper.
Ruben sebenernya tak ingin pergi dari mansion Karindra karena Ruben masih menunggu kedatangan Jingga yang secara dadakan menghilang.
"Aku akan cari cara dan kembali lagi ke mansion ini untuk menunggu Jingga kembali kesini," batin Ruben.
TBC
(To Be continued)
Tinggalkan jejak berupa like, vote, dan komentar. Terima Kasih.
buat cerita baru lagi ajah..
kok bisa Alisa melakukan hal bodoh