Almira Balqis Khumaira, 29 tahun, menikah dengan Iqbal Ardiansyah, 31 tahun. Dalam pernikahan tersebut mereka baru di karuniai seorang anak di usia pernikahan ke tujuh tahun. Sesuatu yang seharusnya membahagiakan semua pihak.
Namun kebahagiaan itu harus rusak sebab beberapa jam setelah operasi caesar, Almira mendapatkan kiriman foto dan video perselingkuhan suaminya bersama seorang wanita cantik bernama Sinta, 28 tahun, sekretaris dari Iqbal sendiri.
Dunia Almira seakan runtuh seketika. Hatinya patah sepatah-patahnya. Tak ada satupun alasan Almira tetap bertahan hidup selain putranya yang lebar beberapa jam saja.
Di tengah keterpurukannya, Almira justru meminta Iqbal untuk menyatukan dirinya dan Sinta dalam satu atap. Entah apa maksudnya.
Belum genap dua bulan Almira menjalani hidup seatap dengan madunya, datanglah seorang gadis siswi sebuah SMA swasta yang mengaku telah di nodai Iqbal. Apakah Almira masih kuat bertahan hidup?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Raynor Mumtaz29, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Satu Atap, Dua Madu 25
"Jadi, ini sudah lunas ya Ibu. Totalnya dua puluh dua juta sembilan ratus ribu rupiah." ucap pegawai sebuah Bank milik BUMN tempat sertifikat rumah Almira di gadaikan.
"Iya Mbak. Kapan saya bisa ambil sertifikatnya ya?"
"Hari ini juga Bu. Bisa di tunggu sebentar ya, uang yang kami terima akan di hitung ulang dulu dan diproses untuk diterbitkan surat pelunasan dan nantinya sertifikat langsung bisa diambil." jawab petugas bank tersebut ramah.
"Baik. Saya tunggu."
Almira memutuskan untuk menunggu selama proses pengambilan sertifikat dengan sabar.
Hari ini hampir tidak ada drama di rumahnya seperti hari-hari lalu yang selalu saja ada drama di antara penghuni rumah peninggalan kedua orangtua Almira. Sehingga Almira bisa keluar rumah dengan leluasa dan tanpa ada yang tahu tujuannya kemana. Iqbal pun tidak meminta uang bensin atau uang untuk apapun kepada Almira walaupun uang Iqbal di pegang sepenuhnya oleh Almira. Entah memang sudah merelakan uang tersebut atau karena tabungannya masih banyak.
Tentu saja wanita tersebut mensyukuri keadaan tersebut yang berakibat lancarnya urusannya hari ini.
Menebus sertifikat bukanlah tujuan utama Almira dalam waktu dekat. Namun, melihat begitu banyak hal yang menyakitkan di luar perselingkuhan suaminya, Almira tidak yakin bisa menahan diri untuk tidak mengajukan perceraian selama enam bulan sesuai rencananya.
Almira tahu, setelah menebus sertifikat, uang Iqbal tidak tersisa banyak lagi. Padahal masih banyak keperluan Almira yang membutuhkan uang. Diantaranya adalah modal untuk dia membuka usaha. Tapi, Almira tidak peduli sebab sertifikat rumah adalah nyawa baginya. Dia dan putranya membutuhkan tempat tinggal untuk berteduh setelah mereka bercerai nanti. Untuk kebutuhan sehari-hari Almira belum bisa memikirkannya. Tapi wanita itu yakin akan ada rejeki untuk dirinya dan putranya selama dia mau berusaha.
Selepas sertifikat rumah sudah berhasil dia kuasai kembali, kali ini Almira bermaksud pergi ke mall untuk membeli beberapa kebutuhan si baby dan juga kebutuhan dirinya yang selama menjadi istri Iqbal semua hal tersebut tidak terpenuhi. Diantaranya untuk perawatan fisiknya dan kebutuhan yang berhubungan dengan kesehatan si kecil.
"Sinta?" gumam Almira tanpa sadar saat kornea matanya menangkap keberadaan Sinta tak jauh dari tempatnya duduk.
Saat ini Almira tengah menunggu pembayaran nya di proses oleh kasir di klinik kecantikan yang terletak di sebuah mall besar di wilayah itu. Pembayaran di lakukan Almira untuk perawatan wajah di klinik terkenal di kota ini yang beberapa waktu lalu selesai ia lakukan.
Almira menerima bukti pembayaran dan bergegas keluar klinik tanpa mempedulikan Sinta yang entah sedang apa di klinik tersebut. Namun, rupanya Sinta menyadari keberadaannya dan bermaksud merendahkannya.
"Hei! Yang baru mencuri uang. Rupanya mau perawatan segala. Kusem ya kusem aja. Nggak ngaruh sama kulit kampungan kamu. Percuma, sayang uangnya. " teriak Sinta tiba-tiba.
Almira hanya diam dan memperhatikan Sinta yang sudah berkacak pinggang di depannya. Wanita yang sedang malas berdebat dengan madunya itu, memilih tidak menanggapi ocehan istri kedua suaminya tersebut. Namun, bukannya diam dan pergi, Sinta justru memancing reaksi yang justru akan merugikan posisinya nanti.
"Kamu tahu? Dia itu sudah mencuri uang suami ku." seru Sinta pada salah satu temannya yang baru saja datang dari arah dalam klinik.
"Oh ya? Kamu sabar banget ngadepin perempuan materialistis kayak dia? Kenapa dia bisa mencuri uang Iqbal?" Salah satu temannya lagi rupa nya juga mengenal Iqbal.
"Nggak tahu tuh. Namanya juga nggak tahu diri." sahut Sinta memprovokasi temannya seolah Almira adalah pengganggu dalam rumah tangganya.
Teman-temannya tentu saja percaya sebab Sinta dan Iqbal sudah lama menikah dan sudah memiliki buah hati yang sudah memasuki usia sekolah.
"Hei! Dasar pelakor! Cantik sih, tapi nggak tahu diri! Buat apa juga pakai penutup kepala ini, kelihatan munafik banget tahu nggak?" hardik yang lainnya dengan tangan yang sudah mencapai hijab Almira bermaksud untuk melepaskannya secara paksa.
Almira yang sejak semula hanya diam dan melipat tangannya di depan dada, sontak berkelit karena tidak mau kecolongan untuk kedua kalinya. Bukan bermaksud sok suci, tapi pengalaman pernah di lepas hijabnya secara paksa oleh Sinta, harga diri Almira seakan ikut lepas bersamaan dengan hijab tersebut. Almira benar-benar malu tampil tanpa penutup kepalanya, apalagi di depan umum. Untuk itu dia berjuang agar tujuan teman-teman Sinta melucuti hijabnya tak tercapai.
"Eits! Lincah juga rupanya wanita simpanan suami kamu ini Sin." celetuk salah satu teman Sinta yang gagal mencopot hijab Almira.
Sinta sedikit gentar dengan gerakan lincah Almira saat berkelit. Wanita itu tentu masih ingat dengan jelas Almira hampir saja mengelupas kulit kepalanya jika saja istri pertama suaminya itu tidak bermurah hati melepaskannya. Namun, Sinta masih bersikap congkak sebab dia tidak sendiri kali ini. Teman-teman nya siap mendukung dan menolongnya jika terjadi sesuatu atas dirinya.
Almira masih diam dan hanya merapikan baju dan hijabnya yang sedikit bergeser akibat gerakan berkelitnya.
"Hei, kenapa diam aja sih? Bantuin dong. Kita kasih dia pelajaran sama-sama." seru teman Sinta yang lainnya.
Sontak ketiga teman Sinta maju dan bergerak cepat hendak menyerang Almira. Melihat semangat teman-teman nya, Sinta ikut maju dan bermaksud menyerang dan mempermalukan Almira di depan umum. Tapi sayang, Almira bukanlah tandingan mereka.
Almira yang menyadari keselamatan nya terancam, bergegas memasang kuda-kuda untuk menghalau keempat dan wanita yang bermuka garang tersebut. Karena mereka berada di tempat umum, keributan itu tentu saja mencuri perhatian khalayak ramai yang sedang berada di dalam klinik kecantikan ataupun yang berada di luar klinik yang kebetulan melintas.
Klinik kecantikan yang berada di sebuah mall terbesar di kota tempat tinggal Almira, tidak terlalu luas sehingga apa yang di bicarakan oleh Sinta dan teman-temannya terdengar oleh orang yang berada di sekitar tempat tersebut. Di tambah dinding yang terbuat dari kaca akan sangat memudahkan siapapun yang ingin tahu apa yang terjadi di dalam lobi klinik kecantikan tersebut
Tatapan sinis dan merendahkan terhadap Almira, tak bisa terelakkan. Dan yang lebih mengkhawatirkan, mereka yang mayoritas seorang wanita seakan bersiap hendak membela Sinta jika terjadi sesuatu. Banyak pula yang sudah merekam kejadian tersebut dan melontarkan kata-kata kotor dan menghina kepada Almira.
"Aduh! Sakit! Ssh...!" desis dalah satu teman Sinta yang lebih dulu menyerang Almira secara tiba-tiba.
Tak lama kemudian, teman-teman Sinta yang lainnya beserta Sinta sendiri ikut meringis kesakitan sambil memegang jari tangan masing-masing.
Almira bermaksud hendak membalik keadaan dan bergerak dengan cepat tanpa memberikan kesempatan siapa pun menyentuh tubuhnya barang seujung kuku pun. Almira membuat gerakan cepat dan menyerang jari-jari lawannya dan hampir mematahkannya.
Akibat dari perbuatannya tersebut, Almira berharap lawan tidak lagi punya senjata untuk menyerangnya dan dia memiliki kesempatan membela diri sebelum semua yang ada di sana ikut menyerangnya.
"Siapa yang kalian bilang tidak tahu diri? Wanita inilah yang tidak tahu diri mengambil uang suamiku selama lima tahun. Gajinya di kuasai dan aku sebagai istri sah nya hanya di beri bagian seperti layaknya gaji pembantu!"
Teman-teman Sinta saling berpandangan mata sembari meringis kesakitan. Sementara yang lainnya tetap menonton sambil menunggu kelanjutan kalimat Almira. Tak lupa ponsel masih on untuk mengabadikan kejadian yang mungkin saja bisa viral dan menguntungkan sosmed mereka.
"Kalian pasti tidak percaya saya istri sah bukan? Ini! Lihat baik-baik siapa yang istri sah dan mana yang hanya istri-istrian. Lima tahun dia di jadikan istri simpanan dan menguasai semua yang di miliki suami saya, sampai dia lupa bahwa dia lah pelakor yang sebenarnya." seru Almira sambil menunjukkan surat nikah yang kebetulan masih dia bawa.
"Huuuuuu... pelakor teriak pelakor. Maling teriak maling!" seru salah satu pengunjung mall yang mendapat dukungan dari yang lainnya.
"Dari cara berpakaian saja sebenarnya saya sudah curiga bahwa wanita yang itulah yang pelakor. Eee....ternyata beneran dia yang pelakor." seru yang lainnya geram.
Sinta hanya bisa menunduk tak berkutik sebab tanpa dia duga Almira membawa surat nikahnya.
Almira membawa surat nikah tersebut untuk meyakinkan pihak bank bahwa dia dan Iqbal masih suami istri. Dan saat ini surat tersebut dia tunjukkan pada semua yang ada di sana terutama teman-teman Sinta.
"Dasar wanita nggak tahu diri. Gini nih perlunya memberantas pelakor hingga ke akar-akar nya biar suami-suami kita aman. Betul nggak?" seru seorang wanita berbadan gemoy sembari menjambak rambut Sinta.
Di luar dugaan, tiba-tiba semua wanita yang berada di dalam klinik dan yang hanya kebetulan melintas di depan klinik ikut menyerang Sinta dan kawan-kawan nya.
Almira sama sekali tak bermaksud membantu dan bergegas menarik diri dari tempat tersebut tanpa mau tahu apa yang di alami oleh Sinta selanjutnya. Diantara pengunjung ada satu wanita gang menggendong dua orang anak kecil memperhatikan Almira sejak tadi dan mulai mengenali siapa wanita yang awalnya di tuduh pelakor tersebut. Tapi sayang, belum sempat orang tersebut memastikannya, Almira sudah pergi jauh dari sana.