Terpaksa Menikah

Selesai acara, keluarga husain mengajak syakira ke rumah mereka. Dengan senang hati syakira memenuhinya, beda dengan ibu syakira yang nampak cemas. Beliau cemas apabila syakira berulah atau bersikap yang kurang baik. Karena syakira terbiasa diperlakukan bak princes di rumahnya sendiri. Meski seringkali syakira sudah membiasakan diri sendiri mandiri, bu shanum khawatir.

"Bu yani, titip syaki ya bu, kalau ada salah dikasih tahu pelan pelan jangan dibentak bentak ya bu.. hikss", ucap bu shanum sembari menangis.

"Iya bu, aman, tenang saja. Kami melindungi dan menjaga mereka bu. Kalau husain nakal pasti bakal kami marahi. Mari bu ke rumah kami. Nanti biar yang beresi ini Ayah Husain dan ayah nya syaki", ajak bu yani sembari membukakan pintu mobil untuknya. Mobil yang telah dihiasi buket bunga yang nampak ayu dan indahnya serta sebuah buket yang bertuliskan "happy wedding Syakira n Husain".

"Njih bu makasih", balas bu shanum menaiki mobil husain.

Melihat keduanya tampak diam tak saling bicara, bu yani khawatir husain menyia-nyiakan syakira. Padahal syakira menerima perjodohan ini dengan senang hati.

"sain diam aja? syakinya diajak omong sain, pinta bu yani bicara di jok belakang. Sementara bu shanum yang duduk di sampingnya beralih pandang memandangi husain dan bu yani bergantian. Di dalam hatinya tersisa rasa cemas, cemas jika husain berlaku tak baik pada syakira. Namun, mengingat perintah ayah syakira, ia hanya tunduk dan berusaha mengesampingkan rasa cemas itu. Mendengar pertanyaan bu yani, syakira menatap husain tersenyum. Ia sama sekali tak berpikir buruk melihat sikap husain yang tenang bak karang diterpa ombak.

"iya bu, nanti aja, ini lagi nyetir, takut ga fokus", balas husain tenang setenang samudra.

"Biarin saja buk. Biasanya kalau sama syaki mas husain lebih sering diam memang", ucap syaki senyum. Tanpa berpikir buruk sedikitpun. Tanpa syaki sadari jika husain menutupi luka nya yang telah menyakiti hanum yang berharapan hidup bersama kekasih hatinya.

"ohh yaudah", balas bu yani.

hanum maafin aku sayang, aku ga tega melukai hatimu, tapi mau bagaimana lagi, batin husain tersiksa.

****

Pak suryo dan pak danuseto mengangkat satu persatu kursi tamu undangan untuk dirapikan bersama wedding organizer. Dan memasukan sisa catering ke dalam mobil, untuk di bawa pulang. Selesai merapikan tempat acara, mereka pun pulang bersama dengan mobil ayah syaki, pak danuseto. Keduanya nampak kompak dengan setelan kemeja biru dan celena panjang biru tua serta kopyah biru tua. Keluarga syaki dan husain selalu tampak sederhana meski mereka berada. Bahkan acara pernikahan mereka juga sederhana tidak menggunakan hal hal yang mewah, sesuai pada umumnya.

"Alhamdulillah acara sudah selesai ya pak suryo, terimakasih pak kerjasamanya, semoga anak anak kita langgeng sampai akhirat ya pak"

" Amin pak danu, sudah lega juga rasanya kalau anak sudah menikah biar tidak terjebak pergaulan bebas"

"iya terutama syakira, kan dia perempuan. saya yang khawatir jika dirinya demikian. makanya tak nikahkan sama husain. Kan husain juga anaknya baik bertanggungjawab. Makasih ya pak."

"Sama sama pak."

*****

Syakira tengah melepas gaun putihnya yang panjang berjuntai di lantai kamar husain. Sementara husain hanya menatap syakira melihat keindahan istrinya itu. Tak dipungkiri syakira ayu dan seksi. Namun berkali kali husain teringat hanun, rasa sesak di dalam hatinya timbul tenggelam. Sampai ia meneteskan air matanya. Takut syakira melihat, ia membalikkan badan mengusap sendiri air matanya yang terjatuh. Curiga suaminya menangis, syakira menghampiri suaminya. Mendekat di balik punggungnya menyentuhnya perlahan.

"Mas nangis? kenapa?", tanya syakira lembut.

Husain menoleh melihat penampakan syakira yang kini hanya terbalut tengtop serta celana hotpen. Rambut hitam lebat yang berjuntai. Nampak ayu dan seksi sama seperti hanum. Wajah dan tubuh syakira hampir sama seperti hanum saat syakira melepas hijabnya dan ini pertama kalinya husain melihat nya.

"Enggak. gak papa kok. Kamu makan ya habis ini. Mas mau keluar bentar", balas husain.

"Kemana mas? Syaki ikut ya?", tanya syaki menggenggam satu tangan husain.

"Ohh enggak gausah, mas cuma mau mainan hape aja kok di teras belakang", balasnya jutek.

Tanpa berpikir neko-neko syakira menurut saja.

"Yaudah, syaki mau bobok saja"

"hmm"

Husain sibuk memainkan gamenya tanpa ia sadari tingkah lakunya sedari tadi diawasi ibunya sendiri, bu yani. Berkali kali ingin menegur ulah anaknya itu yang kurang seritme dengan pernikahan yang baru saja terjadi, ia sungkan. Mengingat anaknya sudah menikah. Ia tidak mau ikut campur rumah tangga anaknya dan membuat husain tak nyaman sebab bu yani sadar jika husain terpaksa menerima perjodohan ini. Melihatnya sudah memenuhi perjodohan ini saja rasanya ia sudah lega.

Duduk sembari memikirkan sebuah cara agar husain mendekati syakira seperti pasangan suami istri, terlintas dalam pikiran bu yani untuk mengenakan pakaian lingerie buat syakira. Dirinya beranjak pergi ke sebuah toko membelikan sepasang lingerie merah untuk syakira.

Nah ini pasti cocok buat syaki, gumam bu yani dalam hati.

Sesampainya di rumah, masih dilihatnya anaknya sendiri sibuk memainkan game yang entah seseru apa sampai istrinya diabaikan.

awas saja nak ibu bikin kamu kecantol sama istrimu hu anak songong " batin bu yani kesal.

Beliau memasuki kamar husain, nampak syakira tengah tertidur pulas. Melihat syakira tidur ia sungkan membangunkannya. Jadi dia hanya menuliskan di sebuah kertas "syaki ini dipakai ya nak." Dirinya sendiri kasihan melihat gadis yang terbaring pulas di ranjangnya. Gadis cantik bak boneka keluarganya. Sempat terpikir oleh bu yani syakira menerima perjodohan ini apakah dengan hatinya atau hanya terpaksa.

"Loh buk ngapain?", tanya husain mengagetkan sewaktu berhadapan di depan pintu kamarnya.

"Liatin menantu ibu, disayang ya syakira ", pinta ibunya.

"hmm",balas husain nampak tak bersemangat.