NovelToon NovelToon
Menyembunyikan Benih Mantan Suami

Menyembunyikan Benih Mantan Suami

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari Saat Hamil / Slice of Life / Single Mom / Nikahmuda / Cerai / Duda
Popularitas:5.8k
Nilai: 5
Nama Author: Ara Nandini

Selina harus menelan pahit kenyataan di kala dirinya sudah bercerai dengan mantan suami hasil perjodohan. Ternyata tak lama setelah itu, dia menemukan dirinya tengah berbadan dua.

Selina akhirnya memutuskan untuk membesarkan bayinya sendiri, meskipun harus menjadi ibu tunggal tak membuatnya menyerah.

Berbeda dengan Zavier. Mantan suaminya yang hidup bahagia dan mewah dengan kekasihnya. Seseorang sudah hadir di hidup pria itu jauh sebelum kedatangan Selina.

Akankah kebenarannya terungkap seiring berjalannya waktu? Belum lagi Selina Kini harus terjebak dengan seorang bos yang sangat menyebalkan.

Ikuti kisahnya!!!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ara Nandini, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

14

“Kenapa muka kamu? Kamu ada masalah?” tanya Emel ketika melihat Selina hanya diam saja, menatap kosong ke luar jendela.

“Nggak apa-apa kok,” jawab Selina sambil mengulas senyum tipis.

Sementara itu, sebuah mobil Alphard hitam berhenti di depan kafe Nathan. Dari dalam turun seorang pengemudi yang tak lain adalah Zavier, diikuti Eliza, Kim, dan kedua orang tuanya—Denada dan Hero.

Nathan yang sudah menunggu di depan lekas menyambut mereka. Senyumnya ramah, ia menyalami Denada dan Hero dengan penuh hormat.

“Selamat datang, Om, Tante, di kafe saya,” ucap Nathan sopan.

Denada menoleh ke dalam kafe dengan wajah cemas. “Apa Selina… bekerja di sini?” tanyanya.

Nathan mengangguk pelan. “Ya, Tante. Dia ada di dalam. Saya sengaja tidak memberitahu Selina kalau kalian akan datang… saya pikir, kalau diberitahu lebih dulu, dia pasti akan menghindar.”

Zavier tidak bersuara, wajahnya datar dan sulit dibaca. Namun, tangannya tak berhenti meremas tangan Eliza yang digenggamnya erat.

Nathan kemudian mempersilakan mereka masuk ke ruangan privat yang sudah ia siapkan. Sebelum itu, ia terlebih dahulu memerintahkan Emel dan Selina untuk mengantarkan makanan ke ruangan tersebut.

Denada merasakan jantungnya berdetak semakin cepat. Tangannya terasa dingin, pikirannya penuh dengan kalimat-kalimat yang mungkin akan keluar nanti. Bagaimana ekspresinya saat bertemu Selina? Apa yang harus dia katakan?

Emel menghampiri Selina. Ia menepuk bahu temannya dengan lembut.

“Lin, disuruh anterin makanan sama minuman ke ruangannya Pak Nathan. Katanya ada tamu penting.”

Kening Selina langsung berkerut. “Tamu penting? Siapa?”

Emel mengangkat bahu. “Nggak tahu juga. Ayo cepetan, nanti Pak Nathan marah kalau telat.”

Selina meneguk ludahnya kasar. Entah kenapa perasaannya tiba-tiba tidak enak.

Pintu ruangan Nathan terbuka. Suara perbincangan yang tadinya terdengar langsung terhenti. Emel masuk sambil membawa nampan makanan. Namun, langkahnya mendadak kaku begitu matanya menangkap sosok-sosok yang ada di dalam ruangan.

Kim, yang jelas ia kenal. Tapi bukan itu yang membuatnya tercekat—melainkan sosok pria yang duduk. Pria itu wajahnya sama persis dengan yang sering diamatinya lewat sosial media. Pria yang tak lain adalah Zavier, mantan suami Selina. Dan di sampingnya, duduk seorang wanita cantik.

Otaknya langsung mengerti apa yang akan dibicarakan di sini.

“Kenapa kamu bengong? Taruh makanannya cepat” tegur Nathan.

Emel tersentak. Ia buru-buru berjalan ke meja besar di tengah ruangan, meletakkan makanan dengan hati-hati. Namun, matanya tak kuasa menahan diri untuk tak melirik ke arah Zavier. Pria itu tampak tenang, meski sorot matanya dingin. Dan Emel harus mengakui, wajah Zavier memang jauh lebih tampan jika dilihat langsung, bahkan lebih dari foto-foto di layar ponsel.

“Di mana Selina? Apa kamu juga memerintahkannya untuk membawakan minuman?” tanya Nathan.

“Be… belum, ja… jadi minumannya, Pak,” jawabnya tergagap.

Nathan menghela napas panjang, lalu melambaikan tangan. “Ya sudah. Keluar sana.”

“Baik, Pak.” Emel menunduk, sekali lagi sempat melirik ke arah Zavier dan Eliza sebelum akhirnya benar-benar melangkah pergi. Jantungnya masih berdegup kencang, membayangkan bagaimana reaksi Selina nanti jika ia masuk dan melihat semuanya.

Dan benar saja. Saat Emel menutup pintu dari arah dapur Selina berjalan membawa nampan berisi minuman.

“Selina… di dalam ada mantan suamimu. Dan keluarganya. Termasuk wanita yang jadi kekasihnya!” bisik Emel cepat, to the point.

Sontak saja mata Selina melebar. Untung saja dia tidak menjatuhkan nampan minuman di tangannya.

“Apa…?”

“Aku pikir Pak Nathan sengaja nggak ngasih tahu siapa tamunya, karena kalau kamu tahu, pasti kamu bakal menghindar,” kata Emel lagi, wajahnya penuh cemas.

Napas Selina tiba-tiba terasa sesak. Jantungnya berdetak begitu cepat. Lututnya seakan kehilangan tenaga. Dia tidak bodoh—pasti Kim yang sudah membuka semua rahasia pada Zavier dan keluarganya. Dan sekarang, mereka datang untuk menuntut penjelasan.

Selina buru-buru menyerahkan nampan itu kembali pada Emel.

“A… aku… aku harus pergi sekarang juga. Aku nggak mau ketemu mereka.”

Pikiran Selina kalut. Dia bahkan tidak tahu harus lari ke mana, bagaimana caranya menghindar.

Tiba-tiba pintu ruangan Nathan terbuka. Pria itu muncul dengan wajah datar, membuat Selina dan Emel tersentak.

“Saya tidak menyuruh kamu memberitahu Selina,” ucap Nathan tegas pada Emel.

“Maaf, Pak…” gumam Emel menunduk.

Nathan kemudian mengalihkan pandangannya ke arah Selina.

“Masuk, Selina. Ada yang ingin bicara denganmu.”

“Pak… saya—”

“Cukup,” potong Nathan, suaranya tegas. “Turunkan egomu. Pikirkan nasib putramu. Mau sampai kapan dia hidup tanpa tahu siapa ayahnya? Saya tahu ini sulit, dan mungkin kamu membencinya, tapi kamu tidak bisa lari selamanya.”

“Maaf kalau saya terkesan memaksa. Tapi, setelah saya pikir-pikir… hidupmu sudah cukup menderita. Inilah waktunya kamu berhenti bersembunyi, dan mulai terbuka tentang Ian pada mereka.”

Selina menggeleng cepat, matanya mulai berkaca-kaca.

“Sampai kapanpun… saya nggak akan mau nemuin mereka,” suaranya bergetar. Tanpa menunggu jawaban, Selina lekas berbalik, langkahnya tergesa menuju pintu keluar.

“Selina, tunggu!” suara Nathan meninggi. Untung saja café lengang, jadi tak banyak yang memperhatikan.

Namun teriakan itu cukup membuat  Zavier, Eliza, Kim, dan kedua orang tua Zavier bergegas keluar.

Nathan berhasil menyusul Selina di parkiran, menahan lengannya sebelum wanita itu sempat naik ke motornya.

“Selina, jangan seperti ini. Mereka datang ke sini baik-baik, bukan untuk menyerangmu. Setidaknya dengarkan dulu—”

“Lepaskan saya, Pak!” potong Selina dengan suara meninggi. “Nggak ada gunanya saya bertemu dengan keluarga itu. Kami sudah nggak ada hubungan apa-apa lagi. Ian… Ian itu hanya putra saya. Hanya putra saya!”

“Saya memang nggak tahu luka apa yang sudah kamu tanggung selama menjadi bagian keluarga itu. Tapi jangan egois, Selina. Tolong pikirkan Ian. Dia berhak tahu siapa keluarganya.”

“Tidak!” Selina menggeleng keras, air matanya jatuh. “Saya yang melahirkan Ian, saya yang merawat Ian, bukan mereka! Mereka nggak berhak tahu apa-apa tentang putra saya!”

“Selina, tunggu!”

Nathan baru hendak membuka mulut untuk membalas. Dari kejauhan, sosok yang selama ini Selina hindari—Zavier. Bersama Eliza yang menggenggam tangannya erat, disusul Kim serta kedua orang tua pria itu, mereka semua sedikit berlari ke arah parkiran.

“Pak… lepaskan saya!” Selina memaksa, suaranya tercekat. “Saya nggak mau ketemu mereka…” Dadanya terasa sesak, napasnya memburu. Tatapannya jatuh pada Zavier—pria yang pernah ia cintai.

Saat Nathan sedikit lengah, Selina dengan sigap menepis tangannya dan berlari sekuat tenaga, tanpa menoleh lagi.

Kim hendak menyusul, langkahnya tergesa, namun Nathan cepat menahan bahunya.

“Sudah… jangan dikejar,” ucap Nathan, suaranya berat, lalu menghembuskan napas kasar.

“Tapi, dia—”

“Selina tidak mau bicara dengan kalian,” potong Nathan. “Percuma kalau kalian memaksanya sekarang. Hanya akan membuatnya semakin menjauh.”

“Pa… gimana ini?” tanya Denanda dengan wajah cemas, matanya bergantian menatap Zavier dan Hero yang sama-sama terdiam.

Zavier tidak langsung menjawab. Rahangnya mengeras, matanya menatap kosong ke arah jalan yang baru saja dilalui Selina. Dalam hatinya, ia tahu persis alasan kenapa wanita itu begitu keras menolak kehadiran mereka.

“Kamu tahu rumahnya? Atau sekolah anaknya?” kata Zavier akhirnya dengan suara datar.

Nathan yang berdiri di dekatnya tampak kaku, wajahnya menyiratkan keraguan. Ia bisa membaca jelas maksud di balik pertanyaan Zavier.

“Nathan,” suara Zavier kali ini terdengar tegas. “Katakan.”

Nathan menarik napas panjang, menunduk, lalu akhirnya mengangguk pelan.

“Saya memang memberi tahu kalian tentang keberadaan Selina, karena saya pikir sudah saatnya kalian menyelesaikan masalah kalian. Tapi saya minta… jangan gegabah.”

“Jangan coba-coba ambil Ian dari ibunya,” lanjut Nathan. “Apapun kesalahan Selina di mata kalian, dia tetap seorang ibu. Saya lihat sendiri bagaimana beratnya hidupnya selama ini. Bagaimana dia berjuang sendirian membesarkan Ian tanpa pernah mengeluh.”

“Maaf kalau saya lancang.” katanya lagi.

1
Ayano Rosie
Jayden juga egois banget memaksakan kehendaknya udah tahu seluna berdarah darah hatinya masih juga begitu
Sunaryati
Yang sangat egois itu kalian, seorang ibu memaksa anaknya menjauhi dan memisahkan dari menantunya. Eliza juga sudah ditentang ayahnya tidak boleh menikah dengan Zavier, ayahnya meninggal nekat.
Sunaryati
Tabah dan semangat Sellina mulut Zavier masih kasar untuk ibu dari anaknya demi mendapatkan keinginannya, tidak menjaga perasaan Sellina, sampai punya anak 6 tahun masih mendapatkan hinaan yang sama.
Sunaryati
Kamu bengkarung ya di depan ibunya kau hina, emak yang baca saja jadi nyesek dan nangis, namun bersyukur Sellina semakin kuat. Sedangkan di depan Ian lembut dan membela, dasar pria bunglon tak sumpahin bucin pada Sellina🤣🤣🤭
Sunaryati
Mulut Zavier busuk orang lain saja peduli kok mulutnya mudah bilang Sellina mati atau hidup tak peduli. Sellina itu korban dari kedua orang tuanya penderitaan masih bertambah, syukur dia wanita tangguh dan pekerja keras. Fix Zavier harus dapat karma, jangan diber keturunan pada pernikahan dengan Eliza karena arogansi dan kesombongannya, buat perusahaannya bangkrut agar bisa merasakan hidup jadi orang miskin
Sunaryati
Kapan kamu bebas dari tekanan orang- orang- kaya yang atogan
Sunaryati
Astaga apa tidak ada saksi, masa sih orang tua kok membully anak. Seharusnya jadi contoh
Sunaryati
Hati Zavier saja tak ada getaran jika dia mempunyai anak
Sunaryati
Ayahnya banyak uang ibunya menghidupi diri saja sampai berusan dengan toilet, mudah- mudahan orang- orang yang membuat hidupmu menderita mendapatkan balasan setimpal, dan Jayden kena karma ibunya jatuh cinta pada Sellina
Sunaryati
Banyak ya orang semena- mena pada orang miskin, miris/Cry/ Semoga kedepannya kamu mendapatkan kebahagiaan Sellina emak nyesek
Sunaryati
Hati kamu baik Kim
Sunaryati
Kasihan ayah dan keluarganya hidup enak, dia hidup sederhana hanya dengan ibunya
Mirrabella
muak liat jayden sok keras
padahal lembek
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!