NovelToon NovelToon
Kapten Merlin Sang Penakluk

Kapten Merlin Sang Penakluk

Status: sedang berlangsung
Genre:Action
Popularitas:339
Nilai: 5
Nama Author: aldi malin

seorang kapten polisi yang memberantas kejahatan

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aldi malin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

neraka dalam gedung megah

Setelah empat jam penerbangan, Merlin akhirnya mendarat di Phnom Penh.

Bandara masih ramai meski malam mulai turun. Seorang pria berpakaian hitam dengan papan bertuliskan “Ms. Nur” berdiri di area penjemputan.

Merlin menghampiri dengan senyum ramah. Dialek Melayu-nya lembut, dengan sentuhan Inggris fasih khas ekspatriat Asia Tenggara.

> “Terima kasih sudah menjemput. Mari kita langsung ke hotel.”

Mobil hitam itu meluncur menuju sebuah hotel bintang lima di pusat kota. Check-in berjalan mulus. Nama samaran, paspor Malaysia, dan kartu kredit digital membuatnya nyaris tak terdeteksi.

Di malam pertama, usai mengganti pakaian dan menikmati segelas wine ringan, Merlin membuka aplikasi livestream-nya kembali. Di layar ponsel, nama pengguna “Han_Sultan” menyala hijau.

Han sedang online.

> “Kamu sudah sampai, Mar?” tulis Han.

> “Sudah. Kamarku besar, tapi sepi...” balas Merlin, disertai emoji kelinci.

> “Besok aku kirim undangan. Ada pesta kecil di mansion temanku. Para promotor juga akan hadir. Banyak yang menarik, kau pasti suka.”

Merlin tersenyum. Tapi di balik senyum itu, semua aktivitas digitalnya sudah tersambung ke server pengawasan polisi Kamboja. Interpol ikut memantau.

Target mereka bukan hanya Han, tapi seluruh jaringan promotor.

Sebelumnya, dalam salah satu VC pribadi, Han pernah bicara terlalu banyak:

> “Lu tau nggak, Mar? Di sini kalau lo promotor dan gak capai target user... ada ‘ganti rugi’. Kadang uang, kadang... organ tubuh. Ginjal, liver, paru-paru. Gila, kan?”

> “Dan yang bikin semua sistem ini? Chen. Orang gila dari Cina yang otaknya brilian. Dia pembuat situs paling stabil di Asia Tenggara.”

Itu pertama kalinya nama Chen disebut. Merlin mencatatnya diam-diam.

Han mengirim pesan lagi setelah lama terdiam.

> “Besok aku pastikan kamu duduk di VIP. Tapi jangan kaget ya, yang datang bukan orang sembarangan.”

Merlin membalas dengan nada manja:

> “Sebenarnya aku ke sini bukan cuma mau jalan-jalan, Han…”

> “Oh ya? Mau apa?”

> “Mau investasi, sih. Tapi... nggak sembarang. Kalau kamu deket sama Chem, kenalin aku dong. Katanya dia jagoan coding. Siapa tahu bisa jadi partner.”

Han membalas dengan emoji api.

> “Wah, kamu serius? Chem itu bukan orang biasa, Mar. Tapi kalau kamu yang minta... aku bisa atur. Asal jangan bikin dia curiga dulu.”

Merlin tersenyum tipis.

Tangannya bergerak cepat, mengetik catatan kecil:

> "Target kedua: Chem. Si otak di balik sistem."

Merlin duduk di sudut ruangan, di sofa empuk berwarna merah marun. Di tangannya, gelas wine hanya sebagai alat kamuflase. Matanya terus mengamati wajah-wajah gelisah para tamu.

Han mendekat dan duduk di sampingnya.

> “Banyak orang takut malam ini. Tapi tenang, kamu aman. Semua percaya kamu investor Malaysia.”

Merlin tersenyum tipis.

> “Kamu tadi bilang ada yang namanya Chen? Dia yang buat sistemnya?”

Han mengangguk.

> “Chen bukan orang biasa. Dia pernah kerja di perusahaan besar IT Asia. Lalu kabur, bikin sistem judi sendiri. Sekarang semua situs utama dia yang buat.”

> “Bisa aku bertemu dengannya?”

> “Belum sekarang. Dia sangat tertutup. Kalau kamu dianggap aman... dia yang akan mendekatimu sendiri.”

> “Dia di Kamboja juga?”

Han menatap Merlin, lalu menjawab pelan.

> “Chen itu... seperti hantu. Tapi hantu yang bisa membuatmu hidup—atau mati.”

---

Malam itu di Hotel

Merlin membuka laptop rahasia miliknya. Rekaman dari pesta diunggah ke server aman milik interpol.

Lalu ia memutar ulang video penyiksaan dari Dony.

Wajah-wajah WNI yang babak belur. Tangis mereka. Darah di lantai. Ancaman dari kamera CCTV yang diucapkan dalam bahasa Indonesia campur Mandarin.

> “Aku akan cari kalian. Kalian gak sendiri...” bisik Merlin.

Tangannya mencatat satu nama penting: Chen.

Di kamar hotel mewah itu, suasana senyap hanya dipecah oleh suara kipas AC dan detak jarum jam digital. Merlin duduk bersila di depan laptopnya. Rambut palsu kelinci tergeletak di atas meja rias. Wajahnya polos, tanpa riasan, tapi matanya menajam seperti elang.

Dia membuka folder rahasia berlabel: “JUDOL-X”. Puluhan file terbuka bersamaan. Video, data transaksi, identitas user, sistem server lintas negara—semuanya berpusat pada satu nama:

Chen.

> “Siapa kamu sebenarnya, Chen...” bisik Merlin.

File demi file ia buka. Semakin dalam, semakin janggal. Semua sistem tampak terlalu sempurna. Terlalu rapi untuk hanya dikerjakan satu orang. Ada pola manipulasi. Nama Chen selalu muncul sebagai pencipta sistem, tapi jejak digitalnya terlalu bersih.

> “Kamu boneka, ya? Atau... kamu justru dalangnya?”

Ia membandingkan data server yang dikendalikan dari Kamboja dengan laporan intelijen dari Indonesia.

---

Catatan penting:

Di Kamboja, para promotor disiksa, bahkan ada yang kehilangan ginjal jika target tak tercapai.

Tapi di Indonesia, pemainnya malah bebas berkeliaran. Mereka seperti candu, tak bisa lepas.

Ada ketidakseimbangan yang aneh.

---

Merlin bersandar sejenak, menatap ke langit-langit. Tangannya menggenggam liontin kecil peninggalan Gilang.

> “Aku janji akan mengakhiri ini. Bukan cuma demi yang tersisa... tapi demi semua yang telah hilang.”

Kemudian, ia menatap layar dan menekan tombol:

“Track Chen - Network Ping”

Layar menampilkan jejak akses dari lokasi yang berbeda: Vietnam, Hong Kong, dan... Istana Kota Tua Phnom Penh.

> “Kau di sini, Chen... dan aku akan menemui kamu cepat atau lambat.”

Malam merayap lambat di Phnom Penh. Lampu hotel temaram, bayangan dedaunan kelapa menari di dinding lewat jendela. Merlin duduk di ranjang, tubuhnya berselimut kaus longgar dan celana pendek, rambut palsunya tersisir rapi.

Ia menyalakan ponselnya, membuka aplikasi “Live Star” — tempat semua jejak digital dimulai.

Han sedang online.

Usernya tetap sama: SultanKilat88. Foto profilnya masih menampilkan pria berkemeja batik mahal dan senyum tipis. Entah kenapa, Merlin merasa pria ini menyimpan banyak sekali rahasia.

> “Hey Han, kamu sibuk?” tulis Merlin lewat pesan pribadi.

> “Enggak. Lagi suntuk. Di mansion juga udah bosan. Kamu sendirian?” balas Han cepat.

> “Iya. Kesepian kayaknya makin gila. Mau ngobrol?”

> “Mau dong, princess. Kamu tahu caranya bikin malam jadi lebih hidup.”

Merlin tersenyum samar. Ia tahu permainan ini berbahaya, tapi kadang—bahkan seorang prajurit pun butuh pelarian.

Live VC dimulai.

Wajah Han muncul dengan latar belakang ruang mewah. Musik sayup terdengar di belakangnya. Ia menyapa Merlin dengan gaya genit, tapi matanya menyimpan kelelahan.

> “Kamu tahu, di dunia nyata aku nggak seheboh ini,” ujar Han.

> “Kamu kelihatan kaya dan santai.”

> “Hanya topeng. Di balik ini, aku juga tawanan sistem. Kami di sini harus cari target terus. Kalau nggak, bisa hilang organ.”

Merlin terdiam sejenak. Ia menatap layar ponselnya dengan tatapan dalam.

> “Aku pengin bantu,” katanya lirih.

> “Bantu?” Han tertawa kecil. “Kamu kira ini film superhero?”

> “Mungkin. Tapi kadang harapan muncul dari tempat paling nggak terduga.”

Han menghela napas. Matanya tiba-tiba serius.

> “Kalau kamu beneran pengin tahu siapa yang bisa kamu temui, cari Chen. Dia yang bikin semua sistem ini. Tapi hati-hati, dia nggak kayak yang kamu pikirkan.”

> “Kau kenal dia?” pancing Merlin.

> “Terlalu kenal...”

Sambungan itu berakhir perlahan. Tapi kepala Merlin justru makin penuh. Nama Chen kini semakin nyata. Dan esok hari—ia tahu langkahnya akan semakin dekat.

1
aldi malin
terima kasih semoga ikutin episode berikutnya
Lalula09
Dahsyat, author kita hebat banget bikin cerita yang fresh!
うacacia╰︶
Aku sangat penasaran! Kapan Thor akan update lagi?
aldi malin: oke ...dintunggu ya
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!