seorang mahasiswi yang dijodohkan dengan seorang ketua BEM oleh neneknya Ketua BEM tersebut.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon siti masulan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tanda Merah
Jeny sedang mengeringkan rambut nya di depan meja riasnya.
"Sini biar mas bantu sayang" ucap Faisal menghampiri Jeny.
"Gak usah mas, aku juga bisa sendiri" ucap Jeny sambil tersenyum.
"Udah gak papa, sini pengering nya" Faisal mengambil pengering rambut nya lalu mengeringkan rambut istrinya itu.
"Mas liat ini, masih membekas" Jeny mengelus lehernya yang ada tanda merahnya, bekas suaminya semalam.
"Mana mas liat" sambil tersenyum Faisal melihat bekasnya semalam di leher istrinya.
"Merah banget mas, nanti kalo orang lain liat gimana mas, aku malu" ucap Jeny.
"Kenapa harus malu, kan ada suaminya, lagian kan ketutup sama rambut juga, lihat punya mas ini keliatan jelas banget" Faisal tersenyum dia mengingat kejadian semalam mengenai tingkah istrinya saat melakukan aksinya.
"Kenapa mas senyum-senyum gitu" tanya Jeny menatap suaminya melalui cermin di depannya.
"Nggak papa kok sayang, emang kalo suaminya lagi bahagia terus senyum-senyum sendiri gak boleh" ucap Faisal yang masih memegang pengering rambut.
"Ya gak papa sih, emang mikirin apaan sih" tanya Jeny.
"Mikirin semalam, pengen lagi" Faisal berbisik lembut di telinga Jeny sambil tersenyum.
"Dasar mas ini masih pagi, masih lama malamnya juga" ucap Jeny sambil tersenyum.
"Ya gak papa kalo kamu mau lagi sekarang juga ayo" Faisal menjahili istrinya.
"Gak mau" Jeny lalu bergegas pergi dari depan meja riasnya menuju pintu.
"Mau kemana sayang?" Tanya Faisal.
"Mau ke bawah bantuin bi Ijah masak" ucap Jeny.
"Gemes banget sih istriku" Faisal tersenyum.
Di dapur..
"Bi, aku bantuin ya" Jeny mengambil pisau untuk memotong sayuran.
"Boleh kalo non Jeny mau mah" ucap bi Ijah sambil tersenyum.
"Non Jeny makin hari makin cantik aja, keliatan bahagia lagi" ucap bi Ijah.
"Bi Ijah bisa aja, mungkin karena perlakuan mas Faisal, sama orang-orang di rumah ini sangat baik sama aku bi, jadi aku keliatan banget bahagianya" ucap Jeny sambil memotong sayuran.
"Iya non, bi Ijah Juga perhatiin den Faisal kayaknya sayang banget sama non" Ucap b Ijah.
"Hehe mudah-mudahan selama nya ya bi, mas Faisal seperti itu ke aku" ucap Jeny.
"Aamiin" bi Ijah mengangkat kedua tangannya mengaminkan ucapan Jeny.
Setelah 30 menit akhirnya Jeny dan bi Ijah selesai juga masaknya, kemudian bi Ijah membawa masakannya ke ruang makan, di bantu oleh Jeny.
"Bi, aku ke atas dulu ya mau ajak mas Faisal dulu" ucap Jeny.
"Iya non, silahkan" jawab bi Ijah.
Kemudian Jeny memasuki kamar nya untuk mengajak suaminya sarapan.
"Mas ayo sarapan dulu" Jeny menggoyang-goyangkan tubuh suaminya yang tertidur pulas. Kemudian Faisal bangun.
"Jam berapa ini sayang, mas ketiduran" Tanya Faisal.
"Jam tujuh mas, ayo sarapan dulu" Jeny menarik lengan Faisal, karena Faisal mengacungkan tangan nya agar istrinya menariknya untuk berdiri.
"Mas ke kamar mandi dulu sebentar ya sayang" ucap Faisal sambil berjalan menuju kamar mandi.
"Iya mas, aku tunggu" ucap Jeny.
Setelah keluar dari kamar mandi, kemudian mereka turun ke lantai bawah untuk sarapan. Sementara mami dan papi nya sudah menunggu di meja makan.
"Selamat pagi mi, Pi" sapa Faisal.
"Pagi Juga sayang" jawab mami. Maminya Faisal tidak sengaja melirik ke arah lehernya Faisal, mami melihat ada tanda merah di leher anaknya.
"Kayaknya sebentar lagi aku bakalan punya cucu, sepertinya mereka sudah melakukannya" gumam mami dalam hati dengan girang, karena dia tau selama ini Faisal dan Jeny belum pernah melakukan hubungan suami istri, karena Maminya tau pernikahan mereka waktu itu mendadak, jadi belum ada kesiapan apa-apa. Mami nya juga sudah punya rencana untuk membuat acara resepsi anaknya itu.
"Lebih baik aku bilang sekarang aja deh, sepertinya mereka juga udah siap" gumam mami dalam hati.
"Mami kenapa dari tadi senyum-senyum terus?" Tanya Jeny penasaran sambil tersenyum.
"Ini mami mau kasih tau ke kalian, mami punya rencana untuk melakukan resepsi pernikahan kalian Minggu depan, gimana kalian setuju kan, mami liat juga kalian sekarang udah semakin mesra aja" usul mami.
"Minggu depan, apa gak kecepetan mi, kan kita harus mempersiapkan segala nya, undangan dan sebagainya" Ucap Faisal.
"Udah tenang aja udah beres kok, mami sama besan udah mempersiapkan nya" mami tersenyum.
"Ayah sama ibu udah tau mi" tanya Jeny.
"Iya sayang udah, sebenarnya mami sering keluar itu buat mempersiapkan acara kalian bersama ibu kamu, jadi kalian tinggal pilih pakaian yang akan di kenakan nanti, dan mami juga udah nemuin butiknya, nanti sore kalian ke butik untuk pilih-pilih baju nya ya, mami kirimkan alamatnya ke WA kamu ya Faisal" ucap mami.
"Iya mi, nanti pulang dari kampus kita ke butik" ucap Faisal.
Setelah sarapan Faisal dan Jeny berangkat ke kampus.
Di kampus..
"Jeny tunggu" teriak Sila
"Kayaknya lo cocok sil, buat jadi danton, hampir tiap hari teriak-teriak" ucap Jeny sambil tertawa.
"Bisa aja lo Jen" ucap Sila.
"Yaudah ayo kita masuk" ajak Jeny.
"Eh bentar Jen, coba gue liat leher lo" sila melihat sekilas ada sesuatu di leher Jeny. Kemudian Sila mengangkat tangannya untuk menggeser rambut Jeny ke belakang, tiba-tiba Jeny menepisnya.
"Mau ngapain sih lo sil, udah ayo masuk" Jeny Buru-buru bergegas pergi menjauh dari Sila.
"Gawat kalo Sila sampe liat, bisa diledekin gue" gerutu Jeny sambil berjalan.
"Jen tunggu, itu di leher lo apa?" Sila mengejar Jeny dia masih penasaran.
"Kayaknya gue liatnya harus diem-diem, Jeny jangan sampai tau" gumam Sila.
Di kelas..
Jeny bergegas masuk ke dalam kelas, setelah menghindar dari kejaran Sila.
"Jen, gue capek banget, ngapain sih cepet-cepet banget jalannya" ucap Sila sambil ngos-ngosan.
"Takut pak Yanto keburu ke sini" bisik Jeny.
"Haha lo cari alesan yang bagus dikit dong, ini masih pagi banget Jeny Arista" sila tertawa keras.
"Iya juga ya" Jeny menggigit pulpennya.
"Lo semalam abis malam pertama ya, ayo ngaku, sampe merah gitu" Sila akhirnya bisa melihatnya juga dengan jelas.
"Syuut, jangan keras-keras ngomongnya nanti ada yang denger bisa heboh" bisik Jeny.
"Gimana Jen rasanya, ceritain dong, gue penasaran" bisik Sila sambil tertawa kecil.
"Apaan sih, nanti juga lo tau kayak gimana rasanya kalau li udah nikah" ucap Jeny.
"Masih lama kalo nunggu gue nikah mah, mending sekarang lo ceritain ke gue" Sila kekeh pengen tau.
"Enak gak Jen, jujur enak gak?" sila mengintrogasi.
"Enak" jawab Jeny singkat.
"Serius Jen enak" Sila penasaran.
"Kalo gak enak, ini leher gak mungkin Semerah ini" bisik Jeny.
"Hahaha bisa aja lo Jen" sila tertawa makin keras.
"Berisik, udah gak usah ledekin gue" ketus Jeny.
"Lo gak takut hamil Jen, apa lo udah siap punya baby?" Tanya Sila.
"Ngapain takut, ada suaminya ini" ucap Jeny.
"Iya juga sih, selamat lo sekarang udah resmi menjadi istri ketua BEM seutuhnya" Sila merangkul telapak tangan Jeny.
"Oh iya, rencana nya kita akan mengadakan resepsi Minggu depan" ucap Jeny.
"Serius Jen, selamat ya Jen, semoga acaranya sukses ya" ucap Sila.
"Aamiin" Jawab Jeny.
Di kelas Faisal..
"sal itu apa di leher" bisik Jodi.
"Berisik" jawab Faisal.
"Lo abis olahraga ya semalam sama istri lo" tanya Jodi sambil nyengir kuda.
"Iya" jawab Faisal singkat.
"Lo serius, lo paksa Jeny ya" sekarang giliran Jodi yang mengintrogasi Faisal.
"Gila lo, emang nya gue apaan harus maksa istri gue segala, ini murni kemauan kita berdua" bisik Faisal ke telinga Jodi.
"Selamat bro, bentar lagi berarti gue bakal punya ponakan, gue do'a in semoga lo cepet-cepet punya momongan" Jodi mendoakan Faisal m
"Aamiin" Jawab Faisal.
"Tapi lo udah siap belum buat jadi bapak?" Tanya Jodi.
"Pertanyaan konyol, kalo gue belum siap, gue gak mungkin semalam ngelakuin nya" jawab Faisal sambil tertawa keras, sehingga semua penghuni kelas tertuju pada nya.
"Sorry, ini Jodi klitik gue, gue jadinya geli" Faisal membuat alasan.
"Pinter banget lo ngelesnya" ucap Jodi.
Setelah beberapa menit obrolan mereka pun terputus, karena dosen yang mau memberikan materi nya udah datang.