NovelToon NovelToon
TANGAN IBLIS HATI MALAIKAT

TANGAN IBLIS HATI MALAIKAT

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Balas Dendam / Raja Tentara/Dewa Perang / Ahli Bela Diri Kuno
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: Dhamar Sewu

Jiang Hao adalah pendekar jenius yang memiliki tangan kanan beracun yang bisa menghancurkan lawan hanya dengan satu sentuhan. Setelah dihianati oleh sektenya sendiri, ia kehilangan segalanya dan dianggap sebagai iblis oleh dunia persilatan. Dalam kejatuhannya, ia bertemu seorang gadis buta yang melihat kebaikan dalam dirinya dan mengajarkan arti belas kasih. Namun, musuh-musuh lamanya tidak akan membiarkannya hidup damai. Jiang Hao pun harus memilih: apakah ia akan menjadi iblis yang menghancurkan dunia persilatan atau pahlawan yang menyelamatkannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dhamar Sewu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 23 – Badai yang Mengintai

Langit di luar kuil mulai berubah kelam. Awan hitam pekat menggulung cepat seperti ombak, seolah menyelimuti dunia dalam ancaman yang belum bernama.

Jiang Hao berdiri di depan altar batu, napasnya masih berat. Tubuhnya menggigil bukan karena takut, tapi karena kekuatan luar biasa yang baru saja ia terima. Di tangannya, energi iblis itu kini terasa jinak, menyatu sempurna dengan hatinya yang tetap manusiawi.

Ying’er berlari menghampirinya, matanya berkaca-kaca.

“Kau berhasil, Jiang Hao...!”

Ia hampir saja memeluk Jiang Hao, tapi terhenti, menatapnya dengan canggung. Wajahnya memerah.

Mu Zhen mendekat, menatap langit di luar kuil.

“Kita harus pergi. Segera.”

Jiang Hao mengangguk.

“Ada sesuatu yang datang.”

Saat mereka berlari meninggalkan kuil, suara ledakan keras mengguncang tanah di belakang mereka. Sebuah pilar cahaya hitam meledak dari dalam kuil, menembus langit. Awan semakin berputar liar, membentuk pusaran besar.

Di kejauhan, suara tawa dingin menggema di udara.

“Akhirnya... Pewaris itu bangkit...”

Mu Zhen langsung pucat.

“Tidak... Itu suara Pangeran Malam.”

Ying’er bergidik.

“Siapa itu...?”

Mu Zhen menjelaskan dengan cepat, suaranya nyaris berbisik.

“Dia adalah makhluk kuno... kekuatan kegelapan sejati. Dia sudah lama menunggu pewaris tangan iblis bangkit, untuk mengambil tubuhnya... dan membangkitkan dunia kegelapan.”

Jiang Hao mengepalkan tangannya.

“Aku tidak akan membiarkan itu terjadi.”

Tetapi belum sempat mereka bergerak lebih jauh, tanah di hadapan mereka terbelah. Dari celah itu, sosok-sosok muncul: manusia dengan tubuh kelam, bermata merah membara. Mereka adalah Anak-Anak Malam, prajurit yang dikutuk.

Mu Zhen menghunus pedangnya. Ying’er bersiap dengan jurus penyegelan sihirnya.

Jiang Hao melangkah ke depan, aura barunya berkobar seperti badai. Energi dari tangan iblisnya muncul, tapi kini tidak liar, melainkan terkendali, membentuk lapisan perisai hitam di sekelilingnya.

Salah satu Anak Malam menerjang, menghunus pedang berlapis racun. Tapi dalam sekejap—

BRAKKK!

Jiang Hao menghantamnya dengan satu pukulan, menghancurkan tubuh makhluk itu menjadi abu.

Mu Zhen melongo.

“Dia... jauh lebih kuat dari sebelumnya.”

Namun musuh tidak berhenti datang. Ratusan makhluk kegelapan mengepung mereka.

Ying’er berteriak, tangannya membentuk formasi sihir.

“Aku akan membuka jalan! Jiang Hao, lindungi aku!”

Tanpa ragu, Jiang Hao berdiri di sampingnya, membasmi makhluk-makhluk yang mendekat dengan kekuatan brutal tapi elegan. Setiap gerakannya kini menggabungkan kekuatan iblis dan ketulusan hatinya, membuat serangan-serangannya seperti badai yang tak bisa dihentikan.

Ying’er membentuk lingkaran sihir besar di tanah. Energi putih murni memancar, membakar makhluk kegelapan yang berani mendekat.

Saat formasi hampir selesai, sebuah sosok lain muncul di atas reruntuhan kuil.

Sosok itu tinggi, berbalut jubah hitam berkilau, matanya merah darah, dan di dahinya terukir simbol kuno.

Pangeran Malam.

Ia menatap Jiang Hao dengan senyum penuh ejekan.

“Jadi ini dia... pewaris yang dikatakan mampu menggabungkan iblis dan malaikat...”

Suara Pangeran Malam berat dan memabukkan, seolah setiap katanya mengandung sihir gelap.

“Serahkan dirimu padaku, Jiang Hao. Kau tidak bisa lari dari takdirmu. Kau diciptakan untuk menjadi tubuh baruku.”

Jiang Hao mengangkat kepalanya, menatap lurus ke mata Pangeran Malam.

“Tubuh ini milikku. Takdir ini... akan kutulis sendiri.”

Pangeran Malam tertawa, keras dan menghantui.

“Kalau begitu... biar dunia ini menjadi saksi kehancuranmu!”

Ia mengangkat tangannya. Dari langit, sambaran petir hitam menghantam tanah, menciptakan jurang-jurang menganga.

Formasi sihir Ying’er aktif tepat waktu. Sebuah pilar cahaya putih membungkus mereka bertiga, memisahkan mereka dari serangan pertama Pangeran Malam.

Namun pelindung itu tidak akan bertahan lama.

Mu Zhen berseru.

“Kita harus mundur! Kita belum siap melawannya sekarang!”

Ying’er menggenggam tangan Jiang Hao.

“Kita harus hidup, Jiang Hao! Demi hari di mana kau benar-benar siap!”

Jiang Hao menatap ke arah Pangeran Malam, rasa marah dan tekad membara di dadanya.

___

Malam itu, hutan Pegunungan Sunyi seperti lautan kegelapan tanpa ujung. Tak ada bulan, tak ada bintang. Hanya desir angin dan suara langkah kaki mereka bertiga yang memecah kesunyian.

Jiang Hao berjalan paling depan, matanya waspada. Di belakangnya, Ying’er dan Mu Zhen berusaha mengikuti, napas mereka berat setelah pertempuran sebelumnya.

“Kitab Cahaya Murni... Benarkah itu ada di sini?” tanya Ying’er lirih, suaranya nyaris tenggelam dalam gemuruh angin.

Mu Zhen mengangguk.

“Menurut legenda, kitab itu disegel di puncak Pegunungan Sunyi, dijaga oleh makhluk suci. Tapi... tidak ada yang pernah berhasil mengambilnya.”

Ying’er menatap Jiang Hao yang berjalan dalam diam.

“Kau yakin kita harus teruskan? Kau sendiri... butuh istirahat.”

Jiang Hao berhenti sejenak, menoleh. Wajahnya keras, tapi matanya hangat.

“Kalau aku berhenti sekarang... semua yang telah kita lalui akan sia-sia.”

Ying’er menggigit bibir bawahnya. Ada sesuatu dalam nada suara Jiang Hao yang membuat hatinya bergetar.

Mereka melanjutkan perjalanan, semakin dalam ke hutan. Di tengah perjalanan, kabut tipis mulai turun, membuat pandangan mereka terbatas.

Mu Zhen menggeram.

“Ini kabut ilusi... Hati-hati! Jangan pisah!”

Namun, kabut itu seolah punya kehendak sendiri. Dalam sekejap, Jiang Hao mendapati dirinya berjalan sendirian.

“Ying’er! Mu Zhen!” Ia berteriak, tapi suaranya lenyap, seperti ditelan kabut.

Tiba-tiba, sosok seorang anak kecil muncul di hadapannya. Anak itu tersenyum polos, tapi matanya kosong.

"Kenapa kau berjuang, Jiang Hao?" bisiknya. "Bukankah lebih mudah menyerah... menjadi iblis sepenuhnya?"

Jiang Hao mengepalkan tinjunya. Ia tahu ini hanyalah ilusi. Tapi suara itu... menembus hatinya.

"Aku berjuang... karena aku memilih untuk tidak menyerah pada kegelapan."

Anak itu tersenyum lebih lebar, dan menghilang seperti asap.

Kabut perlahan menghilang, dan Jiang Hao menemukan dirinya kembali bersama Ying’er dan Mu Zhen, yang tampak kelelahan tapi utuh.

“Bagus... kau bertahan,” gumam Mu Zhen.

Tiba-tiba, tanah di depan mereka terbuka, membentuk jalan menurun ke dalam sebuah gua. Dari dalam, pancaran cahaya keemasan samar terlihat.

Ying’er menelan ludah.

“Di dalam sana... Kitab Cahaya Murni?”

Mu Zhen mengangguk tegas.

“Hanya satu jalan. Kita harus turun.”

Tanpa ragu, Jiang Hao melangkah duluan, menuruni tangga batu kasar. Ying’er mengikuti di belakang, hatinya dipenuhi kecemasan.

Semakin dalam mereka masuk, suhu berubah menjadi hangat. Aroma aneh menyeruak — bukan busuk, tapi seperti bau dupa kuno.

Di ujung lorong, mereka tiba di sebuah ruangan luas. Di tengahnya, di atas altar batu, mengambang sebuah kitab tua bersinar lembut, seolah menolak disentuh oleh kegelapan dunia.

Kitab Cahaya Murni.

Namun sebelum mereka sempat bergerak, suara berat menggema di seluruh ruangan.

"Siapa yang berani mendekati Cahaya Terakhir Dunia ini?"

Seekor naga putih raksasa muncul dari bayangan. Sisiknya berkilauan seperti perak, matanya bijak namun penuh ujian.

Jiang Hao melangkah maju, membungkuk hormat.

“Aku, Jiang Hao. Aku datang bukan untuk memperbudak cahaya, tapi untuk menyatu dengannya. Aku ingin mengalahkan kegelapan yang mengancam dunia.”

Naga itu mengamati Jiang Hao dalam diam, lalu berkata,

"Buktikan kemurnian hatimu. Jika kau gagal... kau akan menjadi abu di tempat ini."

Tanpa peringatan, naga itu menghembuskan napas suci ke arah mereka. Angin bercahaya menerjang seperti badai.

Mu Zhen mengangkat pedangnya, tapi tubuhnya terhempas ke dinding. Ying’er mencoba melindungi dirinya dengan sihir, tapi formasinya runtuh seketika.

Hanya Jiang Hao yang berdiri tegak, menahan badai suci itu.

Dalam pikirannya, kilasan hidupnya berkelebat: saat-saat ia tersiksa karena darah iblisnya, saat ia hampir menyerah, saat Ying’er memanggil namanya dalam ketakutan...

Dan saat itu, dia berteriak dalam hatinya:

"Aku bukan iblis! Aku bukan malaikat! Aku adalah aku!"

Tangan iblisnya bersinar keemasan. Tanda hitam di punggung tangannya berganti warna menjadi putih keperakan.

Badai itu berhenti.

Ruangan menjadi hening.

Naga itu menundukkan kepalanya dengan hormat.

"Kau layak."

Kitab Cahaya Murni perlahan melayang ke tangan Jiang Hao. Saat ia menyentuhnya, kekuatan murni membanjiri tubuhnya, mengisi hatinya dengan kehangatan dan keyakinan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.

Ying’er bangkit, tersenyum dengan mata berkaca-kaca.

“Kau... luar biasa, Jiang Hao...”

Mu Zhen tertawa pahit.

“Aku belum pernah melihat keajaiban seperti ini.”

Namun sebelum mereka bisa bernafas lega, tanah berguncang hebat.

Di kejauhan, suara Pangeran Malam bergema, membelah langit.

"Tidak ada tempat yang cukup suci untuk bersembunyi dariku, Jiang Hao... Aku datang."

Dan dia bersumpah... saat badai itu mengamuk, dia akan berdiri di tengahnya!

1
Daryus Effendi
pegunungan menjulang tinggi dan di tutupi kabut yg tebal
nyala lampu sedikit mmenerangi di dalam gua gunung berkabut.novel apa puisi.hhhhh
Dhamar Sewu: wkwk, 🙈. Maaf, bos. Untuk tambahan jumlah kata, masukan diterima 😁
total 1 replies
spooky836
sampai bila2 pun penulis dari cerita plagiat ni,tak mampu nak teruskan. cerita ini tamat di sini. kerana mc otak kosong. cerita hasil plagiat. benar2 bodoh dn sampah.
spooky836: baguslah. jangan sampai mampus di bab 26 tu. banyak dh karya lain terbengkalai macam tu je.
Dhamar Sewu: Plagiat di mana, kak? Karya siapa?
Cerita ini masih bersambung 😁oke.
total 2 replies
Abah'e Rama
lanjut 💪💪
Dhamar Sewu: Semoga suka, kak. Siap 💪🔥
total 1 replies
Zainal Tyre
coba simak dulu ya
Dhamar Sewu: Semoga suka, bos!
total 1 replies
Suki
Terinspirasi
Dhamar Sewu: Semangat, Kak 💪 hehe 😊
total 1 replies
PanGod
mantap bang. jangan lupa mampir juga ya bang🙏🏻
Dhamar Sewu: Siap, Kak. Terimakasih sudah berkunjung. Nanti setelah download aplikasinya, masih bingung ini 😁.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!