Andra dan Trista terpaksa menikah karena dijodohkan. Padahal mereka sudah sama-sama memiliki kekasih. Pernikahan kontrak terjadi. Dimana Andra dan Trista sepakat kalau pernikahan mereka hanyalah status.
Suatu hari, Andra dan Trista mabuk bersama. Mereka melakukan cinta satu malam. Sejak saat itu, benih-benih cinta mulai tumbuh di hati mereka. Trista dan Andra terpaksa menyembunyikan kedekatan mereka dari kekasih masing-masing. Terutama Trista yang kekasihnya ternyata adalah seorang bos mafia berbahaya dan penuh obsesi.
"Punya istri kok rasanya kayak selingkuhan." - Andra.
"Pssst! Diam! Nanti ada yang dengar." - Trista.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 12 - Astraphobia
Deg!
Trista tentu kaget saat mendengar pertanyaan Regan. Dia langsung memasang raut wajah santai.
"Apa? Suamiku? Kamu ini ada-ada saja. Dekat saja aku tidak sama dia. Andra tuh nggak sebanding sama kamu," sahut Trista.
"Aku tahu. Kebetulan aku sudah menyelidiki seluk beluk suamimu, Tris. Dia memang bukan apa-apa denganku," tanggap Regan.
"Kau menyelidikinya?" Trista penasaran.
"Iya. Aku memastikan kalau hubunganmu dan Andra memang hanyalah kontrak," kata Regan. "Tris, kau di rumah tidak punya pembantu?" tanyanya tiba-tiba.
"Ada. Tapi dia cuma datang tiga kali seminggu," jawab Trista.
"Ck! Pecat saja orang itu. Pekerjakan kenalanku. Dia akan bekerja di rumahmu 24 jam," ujar Regan.
"Gan, aku tidak butuh--"
"Kau harus menerima, Tris. Anggap saja ini bantuan dan tameng dariku. Aku ingin ada seseorang yang menjagamu saat berduaan dengan suamimu. Kan kita tidak bisa menebak dengan yang akan terjadi. Bagaimana kalau dia tak sengaja melihatmu berganti pakaian? Atau handukmu mendadak terlepas saat keluar kamar mandi?" potong Regan.
"Ha-handuk? Kenapa kau membahasnya?! Itu nggak akan pernah terjadi!" Trista tergagap. Dia takut Regan akan mengetahui apa yang sudah terjadi pada dirinya dan Andra.
"Memang! Makanya aku mengirim seseorang untuk membuat sesuatu seperti itu tidak terjadi," jelas Regan sambil melipat dua tangan di dada.
Trista mendengus kasar. Dia tahu bagaimana keras kepalanya Regan. Menolak hanya akan membuat lelaki itu curiga.
"Baiklah kalau begitu. Jadi orangmu ini lelaki atau wanita?" tanya Trista.
"Wanita. Dia tidak hanya hebat memasak dan beres-berea, tapi juga bela diri. Besok pagi nanti dia akan datang ke rumahmu. Oke?"
"Ya sudah." Trista terpaksa menerima. Meski firasatnya merasa tidak enak saat membuat keputusan itu.
Tak lama kemudian makanan datang. Regan dan Trista lantas makan bersama.
...***...
Trista pulang saat waktu menunjukkan jam lima sore. Dia melihat Andra belum pulang. Trista memilih masuk ke kamar dan mandi.
Ketika jam tujuh malam, barulah Andra pulang. Dia melangkah cepat masuk ke kamarnya. Andra berniat ingin menghindari Trista sebisa mungkin. Namun langkahnya terhenti saat Trista tiba-tiba keluar kamar.
"Baru pulang?" tegur Trista.
"Iya," sahut Andra singkat.
"Apa kau punya waktu sebentar? Ada yang ingin aku bicarakan," kata Trista.
Andra memejamkan matanya rapat-rapat. Perasaannya semakin menggila jika dia terus berhadapan dengan Trista. Mulai sekarang Andra akan bersikap ke mode kulkas sepuluh pintu.
"Bicara saja sekarang. Aku capek!" ujarnya.
"Tapi--"
"Cepat!" potong Andra sambil menyalangkan mata.
"Santai aja kali! Nggak perlu melotot juga!" balas Trista yang merasa kesal dengan sikap Andra.
"Ya udah. Jadi mau ngomong apa?"
"Ini tentang pembantu di rumah ini. Mulai besok, akan ada pembantu yang kerja 24 jam di rumah ini."
Dahi Andra berkerut. "Kok mendadak sekali? Lagian kita berdua jarang ada di rumah. Nggak usah! Buang-buang uang!" tolaknya.
"Dih! Aku juga tinggal di rumah ini. Dan aku mau rumah ini selalu bersih. Mengenai uang, biar aku yang gaji nanti!" balas Trista ketus. Kemudian segera masuk ke kamar dengan membanting pintu. Menurutnya Andra sangat menyebalkan.
"Gila tuh laki! Nyebelin banget. Bisa-bisanya aku seharian mikirin dia? Jangan lagi, Trista! Jangan!" Trista merutuki dirinya. Ia menggeram kesal.
Di sisi lain, Andra mengelus dada sambil menghempaskan tubuh ke ranjang. Dia merasa lega bisa menghadapi Trista dengan normal sekarang.
"Begini lebih bagus. Harusnya aku begini sejak awal," gumamnya.
Malam semakin larut, baik Andra maupun Trista, keduanya sama-sama tidak keluar kamar. Sementara di luar, hujan turun dengan deras disertai angin.
Ketika petir pertama berbunyi, saat itulah pertahanan Trista runtuh. Dia berlari dan mengetuk pintu kamar Andra dengan nafas tersengal-sengal.
Andra membuka pintu kamar sembari memasang raut wajah cemberut. "Kenapa? Gang--"
Duar!
Suara petir kembali terdengar. Trista refleks memeluk erat Andra. Membuat ucapan lelaki itu langsung terhenti.
Trista memang diketahui punya astraphobia, atau phobia dengan petir. Sebuah kejadian buruk di masa lalu, membuat dia takut berlebihan dengan petir sampai sekarang.
Bisa jadi terkena gangguan transvestisme.
Transvestisme adalah kepuasan yang muncul ketika mengenakan pakaian yang lazim dikenakan oleh lawan jenis.
Penderita transvestisme merasa bergairah ketika mengenakan salah satu atribut pakaian, seperti celana dalam atau memakai satu set pakaian lawan jenisnya.
Agar tidak ketahuan, sebagian pria/wanita yang menderita kelainan ini akan menggunakan pakaian dalam lawan jenisnya di balik pakaian yang digunakan sehari-hari.