Alexa seorang gadis cantik yang memiliki wajah bulat seperti tomat yang menyukai seorang pria tampan di kantor nya. "Sampai kapan pun aku tidak akan pernah tertarik dengan wanita berwajah bulat. Walaupun dia secantik bidadari sekali pun aku tidak akan tertarik. "ucap Chavin (pria yang disukai Lexa).
Dengan seiring nya waktu tanpa disadari mereka pun berpacaran. Chavin menerima cinta Lexa karena alasan tertentu. Tapi Lexa selalu diperlakukan tidak baik. Chavin suka membandingkan Lexa dengan wanita lain. Dan akhirnya Chavin memutuskan untuk berpisah dengan Lexa. Tak disangka- sangka Lexa mengalami kecelakaan yang membuat wajah nya yang bulat menjadi tirus mungkin disebabkan dia sakit parah.
Apakah setelah wajah Lexa tirus Chavin menerima cinta Lexa kembali dengan tulus???
Apakah Lexa akan tetap mengejar cinta Chavin atau malah sebaliknya!!! Nantikan kisah mereka selanjutnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wida_Ast Jcy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 28. OPERASI KEDUA
Operasi Lanjutan yaitu menjalani operasi kedua yang dilakukan tiga-empat bulan setelah kecelakaan, dan kali ini dokter melakukan rekonstruksi pada kulit wajah Alexa dengan cangkok kulit, yang memberikan hasil yang lebih abnormal.
Selepas operasi kedua setelah enam bulan lagi Alexa akan menjalani operasi wajah kembali. Itu merupakan operasi yang terakhir untuk lebih menstabilkan bentuk muka jika masih ada yang kurang.
Bekas luka di wajah Alexa masih ada, tapi sudah mulai sedikit membentuk wajahnya yang semula dan semakin mirip dengan wajah aslinya.
Saat itulah Alexa akan belajar untuk terus menerima dengan wajahnya yang seperti ini, lebih menerima dari masa lalu nya.
Sahabatnya Ninda dengan lembut, bicara.
“Lexa, kamu tetap sahabatku, apa pun yang terjadi. Aku yakin kamu akan pulih. Kamu tetap orang yang ceria yang selalu mendukung ku. Kala aku kesulitan.
"Kita saling mendukung satu sama lainnya Lex. Jadi kamu harus sembuh yah Lexa.” Kata Ninda dengan tegas dan menenangkan, sambil memeluk Alexa.
Di satu pertemuan, psikolognya menyemangati dia dengan lembut berkata, “Sakit ini wajar, Alexa. Tetapi kamu tidak boleh membiarkannya rasa takut dan tidak percaya diri menggangumu. Pastikan itu jadi sebagai bahan untuk menjadi kan mu lebih kuat.”ucap Dr. Exel.
Alexa meneliti kata kata mereka itu. Perlahan, kata kata semangat itu menghilang kan rasa takut yang dialami. Yah, Lexa hanya takut wajah dia akan cacat. Itu yang ia takut kan.
Sebab ia tahu wajah dia yang dulu pun sudah membuat kekasih yang sangat dia cintai pun berkhianat. Apalagi kalau dia cacat. "Bisik nya.
Setiap pagi Alexa bangun mencoba mencari udara segar disekitar rumah sakit. Dengan perlahan -lahan berjalan. Ia tetap bersyukur bisa melewati masa masa sulitnya.
Dan dia pun bersyukur karena ALLAH masih memberikan kesempatan dia untuk hidup itu merupakan anugerah buat nya.
"Ini baru langkah kecil buat ku. Didepan masih ada lagi yang harus aku langkahi. Ehhhmmm... menghela nafas. Aku harus lebih kuat. Tinggal sedikit lagi. "Bisiknya.
Haritu langit tampak cerah. Tetapi hati alexa tidak secerah langit pagi ini. Yah ketakutan masih menghantui nya. Badan badan dia dulu yang sulit digerakan perlahan lahan sudah kembali normal. mungkin karena dia tekun melakukan terapi.
“Aku harus bangkit,” gumamnya didalam hati. Luka di wajah dan tubuhnya masih membekas, tapi ia tidak ingin luka di hatinya terus menguasainya.
Langkah pertamanya adalah mencoba hal-hal kecil. Alexa mulai dengan menyusun jadwal sederhana yang disarankan oleh Dr. Exel. Jadwal itu meliputi rutinitas pagi, sesi latihan fisik, dan waktu untuk terapi.
Namun, pagi pertama itu terasa berat. Ia menggenggam alat bantu jalannya dengan gemetar. Selangkah demi selangkah, ia keluar dari kamar. Suara langkahnya menggema di lorong rumah sakit.
Seketika, suara klakson mobil dari luar terdengar, dan tubuhnya langsung menegang. Napasnya terasa sesak. Lagi lagi rasa trauma itu belum sepenuh nya hilang. OMG... bantu lah aku untuk menghilangkan rasa trauma ini. ''gumam nya lembut.
“Fokus pada napasmu, Alexa,” suara lembut Dr. Exel yang mengajarkan dia tetang pernafasan muncul di benaknya.
Ia berhenti sejenak, mencoba menarik napas panjang seperti yang telah diajarkan Dr. Exel. Tarik napas perlahan, tahan, lalu hembuskan. Perlahan, rasa panik itu surut.
“Ini hanya suara. Aku aman, Jangan takut ini hanya suara saja. "bisiknya pada diri sendiri.
Langkah kecil itu menjadi awal dari perjuangannya yang panjang. Memang perjalanan untuk sembuh sangat lah panjang.
Minggu demi minggu Alexa perlahan belajar menerima kenyataan. saat ia mulai putus asa ia teringat akan nasihat Dokter Exel. Yang selalu menjadi motivasi nya.
"Bukan kembali seperti dulu, tapi bagaimana kamu menciptakan sesuatu yang baru pada dirimu. Sesuatu yang bru itu harus dicoba. "kata Dr. Exel.
Kalimat itu terus terniang dibenak nya dan merupakan motivasi untuk dia bangkit. Setiap dia goyah ia selalu teringat kata kata yang menjadi semangat untuk nya.
Kata kata dari Dokter terapis, dari Dokter psikolog, dan dari Dokter ahli bedah. Bahkan kata kata dan semangat dari keluarganya dan sahabatnya.
Ninda yang selalu menemani nya. Memberi semangat dan Ninda menggenggam tangannya dengan erat.
"Lexa, kamu jauh lebih kuat dari yang kamu pikirkan. Bahkan setelah semua yang terjadi, kamu masih bisa tersenyum.
"Itu adalah suatu bukti kekuatanmu Lexa. Kamu harus tetap semangat yah. Ingat kamu harus sembuh Lexa" ucap Ninda dengan tersenyum.
Malam itu, Alexa menuangkan semua perasaannya dalam buku harian. Ia luahkan rasa takutnya, harapan nya, dan rencana rencana yang ingin dia wujudkan di sebuah buku diary nya.
Menulis selalu menjadi pelarian sekaligus cara untuk mengekspresikan dirinya, meski kini tangannya tidak sekuat dulu. Dengan menulis itu juga merupakan terapi untuk kesembuhan nya.
Keesokan harinya, Alexa mengumpulkan keberanian untuk menghadiri kelas seni di rumah sakit. Saat masuk, ia melihat beberapa pasien lain yang juga memiliki luka fisik seperti dirinya.
Melihat mereka membuat Alexa merasa tidak sendirian dalam perjuangan ini. Ia pun mengambil pensil, ia mencoba menggambar muka tembam nya sebelum kecelakaan itu berlangsung.
Tetapi ia merasa “bayang bayang” kecelakaan itu, selalu membuat nya marah hingga menimbulkan Frustasi dalam dirinya.
Guru seni yang melihat Alexa yang sedang bermain dengan perasaan sedihnya Itu. berkata dan memberi nasihat kepada nya.
"Alexa, jangan terlalu keras pada dirimu sendiri. Seni adalah perangai atau sifat yang pada diri kita yang membuat kita jauh lebih relax, cobalah gambar sesuatu yang membuatmu bahagia.
"Misalnya pemandangan atau bunga bunga atau gunung gunung bahkan matahari juga bisa. Intinya yang bisa melupakan mu seketika dari perasaan sedih. "ucap Guru seni itu.
Alexa menutup mata dan menggambar lebih dalam, ia mengingati tentang pantai yang pernah ia datangi bersama keluarga nya kala itu.
Bila sedikit, ia mulai menggambar laut yang tenang, biru langit dan pasir putih. Garis-garisannya sudah tidak sempurna terlihat, tetapi ketenangan mulai menguasai dalam dirinya.
Sekarang ia berhasil memperbaikinya diri, Alexa yang semakin berani menjelajahi dunia. Sesekali ia sadar bahwa semua orang tidak akan merespon penampilannya sama sekali. Dia tahu tidak semua orang akan mudah menerima penampilan nya.
Tetapi ia memutuskan untuk berani keluar dari bayang bayang ketakutan ini. Hari demi hari, selagi ada yang menatapnya ia mencoba memberikan senyuman, meski terasa begitu berat.
Seiring berlalunya waktu,, Alexa semakin kuat maksudnya, Trauma- trauma yang dulu membayangi masih ada, tetapi dia mulai untuk bisa menghadapi nya dengan berani.
Luka yang ada di wajah dan badannya tak lagi dia hiraukan nya, dia yakin ini bukanlah akhir dari cerita ini. Dia harus bangkit dan berjuang.
Alexa terus melakukan terapi fisik dan mental, terus ikut kelas seni, dan ia terus mulai menerima rasa percaya diri nya yang dulu sempat hilang karena rasa takut.
"Ini bukan hanya tentang wajahku," pikirnya pada suatu hari. "Ini tentang bagaimana aku melihat diriku sendiri." Yang bisa bangkit untuk kesembuhan. Bisiknya.
Alexa kini mulai untuk mencoba menulis kan setiap rencana rencananya. Tentang harapan nya untuk kembali hidup. Luka-luka itu boleh sembuh, atau pun tidak, itu bukan lah sesuatu kekurangan yang ia takuti lagi.
BERSAMBUNG...