NovelToon NovelToon
Terpikat Sekretaris Ayah

Terpikat Sekretaris Ayah

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Angst / Romansa
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: Anjana

Aleena terpaksa harus menolak perjodohan karena dirinya sama sekali tidak menyukai laki-laki pilihan orang tuanya, justru malah tertarik dengan sekretaris Ayahnya.

Berbagai konflik harus dijalaninya karena sama sekali tidak mendapatkan restu dari orang tuanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anjana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 9#Teringat masa lalu

Pagi harinya, Aleena yang baru saja bangun dari tidurnya, mendapati Veni yang masih tidur dengan pulas. Tidak ingin mengganggu sahabatnya yang sedang tidur, ia pelan-pelan untuk beranjak dari tempat tidurnya. Kemudian, ia ke kamar mandi untuk buang air kecil, juga yang lainnya.

Setelah itu, ia melakukan aktivitas seperti biasanya. Merasa jenuh berada dalam kamar, Aleena segera turun, dan menghirup udara segar.

Saat hendak munuruni anak tangga, ingatannya kembali ke sang ayah. Untuk peristirahatan mendiang ayahnya, pun dirinya tidak dapat melihat proses pemakaman, lantaran pingsan tak kunjung sadarkan diri.

Hampa, sunyi, tidak ada lagi sosok sang ayah di rumah. Kenangan tinggallah kenangan, tidak mungkin juga untuk kembali seperti semula. Pela pelan Aleena turun dari tangga.

"Aaaaaa!" teriak Alena terpeleset saat sampai di tengah-tengah anak tangga.

Devan yang kebetulan baru aja masuk rumah, langsung lari dan menangkap tubuh Aleena, dan kepalanya sempat membentur dinding.

"Aw!" pekiknya menahan sakit di bagian kepalanya.

Devan merasa takut disangka tidak sopan sama anak Bosnya, buru-buru melepaskan tangannya.

"Nona tidak apa-apa, 'kan?"

Aleena tidak menjawabnya sama sekali, justru ia menatap lekat pada Devan. Juga, ia teringat saat menampar wajah Devan dua kali.

"Tidak apa-apa, makasih udah nolongin aku,"

"Ada apa, Devan? ada apa dengan Aleena?"

Nio yang mendapati seperti ada sesuatu pada adiknya, segera mendekatinya.

"Ini, Nona Aleena tadi sempat jatuh ditangga, mungkin terpeleset, tapi tidak apa-apa katanya,"

"Iya, Kak, aku gak apa-apa, tadi ditolongin sama sekretaris Devan. Ya udah ya, Kak, aku mau cari udara segar di taman belakang,"

"Devan, tolong awasi Aleena, dia kadang suka ceroboh, juga kadang lupa jaga diri. Tolong ya, jagain adik aku. Gak cukup kalau cuma ngandelin mbak Dila, aku mau beresin berkas-berkas buat nanti dibawa ke kantor sama kamu, sana temani adik aku dulu,"

"Kak, aku bisa sendiri, tadi juga cuma-"

"Cuma apa, ha?" sambung Bernio.

"Ya deh, iya," kata Aleena yang akhirnya pasrah.

"Silakan, Nona," ucap Devan mempersilakan Aleena untuk lebih dulu jalannya.

Saat berada di taman belakang, Aleena mendongak sambil merentangkan kedua tangannya, ia menghirup udara pagi yang terasa segar bersamaan sinar matahari yang hangat.

Sedangkan Devan hanya memperhatikannya dengan jarak yang tidak begitu jauh, hanya beberapa meter saja. Ingatannya kembali dengan masa lalunya, masa-masa dirinya masih kuliah, menyukai gadis kecil dari awal pertemuan yang begitu berkesan. Bahkan, untuk hubungannya sangat dirahasiakan, karena masih usia belasah tahun, dan takut hubungannya tidak mendapatkan restu.

Namun, siapa sangka, semua berakhir dalam waktu sekejap. Hubungan yang dirahasiakan, rupanya masih tetap menjadi rahasia. Lebih lagi Devan mengetahui kalau Aleena mengalami lupa ingatan, serasa tidak mempunyai keberanian untuk mengakui kalau Aleena adalah kekasihnya.

Status sosial yang membuatnya berjaga jarak, karena tidak sebanding bagai langit dan bumi.

"Sekretaris Devan! sini." Teriak Aleena memanggil sambil melambaikan tangannya.

Merasa dirinya di panggil, segera mendekatinya.

"Ada apa, Nona?"

"Tolong aku, itu bunga mawar merah, bisa 'kan kamu mengambilnya untukku?"

"Bisa, memangnya untuk apa, Nona?"

"Aku mau bawa ke makam Papa, kamu temani aku ya?"

"Tat-tapi, Nona,"

"Udah buruan, mumpung suasana hati aku lagi baik, kalau udah berubah, nanti aku adukan loh sama Kak Nio."

"Baik, Nona, maunya berapa tangkai?"

"Yang banyak, udah cepetan sana ambilin,"

"Iya, Nona, iya, saya ambilin buat Nona,"

Aleena tersenyum ketika Devan menuruti permintaannya. Kemudian, Devan segera mengambil beberapa tangkai bunga mawar untuk Aleena.

Karena penasaran, Aleena ikutan mengambilnya.

"Nona, awas ada durinya," ucap Devan spontan saat Aleena meraih tangkai bunga mawar.

"Aw!" Aleena memekik kesakitan saat ada duri yang nancap dijarinya.

Devan yang mengetahui akan hal itu, ia segera meraih tangannya, dan melepaskan durinya, dan menyeeessap daraaaah yang keluar. Aleena yang merasakan sesaaapan dari mulut Devan, pun senyum-senyum.

Veni yang melihat pemandangan tersebut, pun langsung bengong, juga melotot.

"Itu anak kenapa senyum senyum gak jelas gitu, gak lagi jatuh cinta sama sekretaris Devan, 'kan? dih itu anak." Gumam Veni sambil memperhatikan dari kejauhan.

"Ada apa, Ven?" tanya Nio, dan mengarahkan pandangannya pada dua insan di dekat bunga mawar.

"Itu mereka gak ada hubungan-- emmm anu,"

"Jangan sembarangan ngomong kamu. Mungkin Aleena-"

Belum selesai bicara, Nio langsung lari untuk memastikan keadaan adiknya. Juga, si Veni ikutan menyusul.

"Aleena, kamu kenapa?"

"Gak apa-apa, Kak, ini tadi kena duri,"

"Maaf, tadi saya sudah bilang sama Nona, tapi-"

"Kamu itu ya, jangan ceroboh, mana lukanya?"

"Udah tadi sama sekretaris Devan, gak apa-apa kok, Kok, serius."

"Kamu ngambil bunga mawar buat apa?"

"Buat dibawa ke makam Papa, Aleena pingin ke makam, kemarin Aleena gak ikut nganter Papa," jawab Aleena dengan raut wajah yang sedih.

"Kenapa kamu gak bilang aja langsung sama Kakak, atau sama Mama, kita 'kan bisa beli bunganya, gak nyampe tangan kamu terluka. Hari ini Kakak mau anterin kamu ke rumah sakit, buat cek kondisi kamu, semoga ada pengobatan yang bagus buat kamu, dan bisa mengembalikan ingatanmu."

"Kak, kalau ingatanku kembali, apakah orang yang aku cintai, dia akan tetap mencintaiku, Kak?"

"Aduh!"

Mendengar ucapa dari Aleena, tiba-tiba Devan hampir saja jatuh akibat kaki kirinya menginjak batu, dan tidak seimbang, nahas hampir saja jatuh.

"Kamu gak apa-apa?" tanya Nio reflek mau menolong Devan.

"Enggak apa-apa, cuma nginjak batu tadi, trus hampir terpeleset."

Aleena sendiri tidak berucap sepatah katapun pada Devan, hanya melihatnya saja.

"Ya udah, nanti biar Devan yang beresin bunga mawarnya, kamu siap-siap, nanti habis sarapan, kita berangkat, Veni juga nanti ikut,"

"Iya, Kak," jawabnya bersamaan.

"Oh iya, Dev, berkas-berkasnya udah aku siapkan, kamu ambil aja nanti di ruang kerjaku ya, aku mau siap-siap nganter Aleena kontrol. Aku serahkan urusan kantor sama kamu untuk sementara waktu ini, ya udah ya, aku tinggal dulu."

"Iya, nanti aku ambil sendiri, hati-hati dijalan. Semoga hari ini membuahkan hasil untuk Nona Aleena."

"Makasih, aku tinggal dulu,"

Devan mengangguk pelan, dan melanjutkan untuk mengambil beberapa tangkai bunga mawar untuk dibawa kemakam.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!