NovelToon NovelToon
Butterfly

Butterfly

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:423
Nilai: 5
Nama Author: Nadhira ohyver

Arunaya, seorang gadis dari keluarga terpandang yang terpenjara dalam sangkar emas tuntutan sosial, bertemu Adrian, pria sederhana yang hidup mandiri dan tulus. Mereka jatuh cinta, namun hubungan mereka ditentang keras oleh Ayah Arunaya yang menganggap Adrian tidak sepadan.

Saat dunia mulai menunjukkan taringnya, memihak pada status dan harta, Naya dan Adrian dihadapkan pada pilihan sulit. Mereka harus memilih: menyerah pada takdir yang memisahkan mereka, atau berjuang bersama melawan arus.

Terinspirasi dari lirik lagu Butterfly yang lagi happening sekarang hehehe....Novel ini adalah kisah tentang dua jiwa yang bertekad melepaskan diri dari kepompong ekspektasi dan rintangan, berani melawan dunia untuk bisa "terbang" bebas, dan memeluk batin satu sama lain dalam sebuah ikatan cinta yang nyata.

Dukung authir dong, like, vote, n komen yaa...
like karya authir juga jangan lupa hehehe

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadhira ohyver, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 8

Suatu siang, Andika mengajaknya makan siang di kantin eksekutif perusahaan.

"Kamu terlihat berbeda, Naya," puji Andika, tatapannya penuh harap. "Aku senang kamu kembali ke sini."

Naya tersenyum tipis, fokus pada makanannya. "Terima kasih, Andika. Aku hanya mencoba fokus pada pekerjaan."

"Aku tahu dulu kita punya masalah," Andika mencoba mendekat. "Tapi aku masih berharap, Naya. Bolehkah aku mencoba meluluhkan hatimu?"

Naya meletakkan sendoknya. Ia menatap Andika dengan tegas, tapi profesional.

"Maaf, Andika," kata Naya, suaranya dingin tapi sopan. "Aku hargai perasaan kamu. Tapi, fokusku saat ini murni karir dan membantu Ayah. Tolong jangan campurkan perasaan pribadi dengan pekerjaan."

Andika terdiam, wajahnya terluka, tapi ia mengangguk mengerti. Naya berhasil mempertahankan benteng emosionalnya, hanya menunjukkan sisi dingin dan profesional di hadapan Andika.

Di balik topeng profesionalismenya, Naya merindukan Rian diam-diam. Setiap malam, ia memandang foto Rian di atas kasurnya, hatinya dipenuhi keyakinan: Rian pasti melakukan hal yang sama di luar sana.

............

Di London, Rian bangkit dari keterpurukan. Lagu "Butterfly" telah menyalakan kembali api semangatnya. Ia menyibukkan diri di kafe, bekerja lebih keras, dan mulai mengambil pekerjaan desain lepas lagi di waktu luangnya.

Tujuannya jelas: mengumpulkan banyak uang. Ia bertekad membuktikan bahwa dirinya pantas bersanding dengan Naya, bukan dengan kata-kata, tapi dengan kesuksesan nyata yang tidak bisa dibantah oleh siapa pun, termasuk Tuan Hardi.

Rian belajar bahasa Inggris dengan cepat, beradaptasi dengan lingkungan London, dan mulai membangun jaringan kecilnya. Ia bekerja siang malam, sering tidur hanya beberapa jam.

Suatu malam, Aris menghampiri Rian yang sedang menggambar di buku sketsanya di meja dapur apartemen mereka. Sudah pukul 2 pagi.

"Kamu nggak tidur, Yan?" tanya Aris, menuangkan secangkir teh hangat untuk Rian.

Rian mengangkat kepalanya, matanya sedikit memerah karena lelah. "Sebentar lagi, Ris. Harus kejar deadline desain renovasi klien."

"Kamu ini keterlaluan kerjanya," keluh Aris, duduk di sebelah Rian. "Sejak dengar lagu itu di toko musik, kamu kayak kesetanan. Kamu nggak kasihan sama badanmu?"

Rian tersenyum tipis, tapi penuh tekad. "Aku harus kuat, Ris. Naya menungguku."

"Tapi Naya di Jakarta, kamu di London. Kamu bahkan nggak tahu dia masih nunggu kamu atau nggak," Andika mencoba membuat Rian realistis.

"Aku percaya Naya," jawab Rian tegas, menunjuk sketsa wajah Naya di bukunya. "Dia pasti melakukan hal yang sama di sana. Setia dalam penantian, berjuang untuk bersatu kembali. Keyakinan itu yang bikin aku kuat."

Aris hanya bisa menghela napas, tapi ia menghargai tekad temannya itu. Rian adalah kupu-kupu yang bersiap terbang tinggi, setinggi angannya untuk meraih Naya, dan ia tidak akan berhenti sampai ia berhasil.

...........................

Pagi di London selalu dingin, tapi pagi itu terasa lebih dingin bagi Rian. Setelah semalaman bekerja tanpa henti, ia akhirnya tumbang. Tubuhnya panas tinggi, dan ia menggigil hebat.

Aris yang hendak berangkat kerja, terkejut menemukan Rian terbaring lemah di kasur, napasnya tersengal.

"Rian! Astaga, badanmu panas sekali!" seru Aris panik.

Rian mencoba bangun, tapi tubuhnya terasa lemah. "A-aku harus kerja, Ris..."

"Kerja apa?! Kamu sakit parah begini!" Aris segera membatalkan pekerjaannya, mengambil kompres dan obat penurun panas.

Selama beberapa hari, Aris merawat Rian dengan tulus. Ia memasak bubur hangat, mengganti kompres Rian, dan memastikan Rian meminum obatnya.

"Buburnya sudah dingin, Yan, makan dulu," ujar Aris lembut, menyuapkan bubur ke mulut Rian.

Rian hanya makan sedikit, matanya menerawang. "Naya... aku harus temui Naya..."

"Naya pasti ngerti, Yan. Kamu sembuh dulu," balas Aris, menghela napas. "Kamu ini terlalu maksain diri. Naya pasti nggak mau lihat kamu sakit begini."

Kata-kata Aris menenangkan Rian. Ia tahu Aris benar. Ia harus sembuh, ia harus kuat untuk Naya. Ia berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak menyerah.

Setelah beberapa hari terkapar sakit, Rian akhirnya pulih total. Wajahnya kembali berseri, dan semangatnya kembali menggebu-gebu, seolah energinya terisi penuh kembali. Pagi itu, ia dan Aris bersiap bersama untuk pergi bekerja.

"Kamu yakin sudah kuat, Yan?" tanya Aris, menatap Rian yang terlihat segar.

"Yakin seratus persen, Ris! Aku sudah fit lagi!" jawab Rian penuh semangat.

"Baguslah," balas Aris, mengenakan jaketnya. "Tapi ingat pesanku. Jaga kesehatanmu baik-baik. Jangan kerja sampai subuh lagi."

"Siap, Bos!" Rian tertawa.

Aris tersenyum nakal. "Awas saja kalau kamu sakit lagi. Aku akan terbang ke Jakarta, merebut Naya dari sisimu!"

Rian tertawa terbahak-bahak mendengar godaan Aris. "Hah! Kamu tidak akan mampu bersaing dengan pesonaku di mata dan juga hati Naya!"

Keduanya tertawa bersama, suasana pagi itu terasa hangat dan penuh persahabatan. Semangat Rian kembali membara, siap menghadapi dunia lagi, demi cintanya pada Naya yang menunggunya di seberang benua.

Rian dan Aris sampai di kafe tempat mereka bekerja. Suasana pagi itu cukup ramai. Saat Rian merapikan meja, matanya tertuju pada seorang pegawai wanita baru yang sedang sibuk membersihkan mesin kopi. Kulitnya sawo matang khas Indonesia, dengan rambut pendek sebahu dan mata yang cerah, memancarkan aura ceria dan mandiri. Dia jelas berbeda dengan Naya yang anggun dan lembut.

Rian menatap heran, lalu menoleh ke Aris. "Ris, itu pegawai baru ya? Dari Indonesia juga?"

Aris, yang sedang sibuk menyusun roti di etalase, melirik ke arah yang ditunjuk Rian. "Oh, dia. Iya, dari Indonesia juga. Kata si Billy—" Aris menunjuk Billy, rekan kerja mereka yang lain—"dia pekerja part-time di sini. Katanya sih nyari tambahan buat uang kuliahnya di London."

Rian hanya mengangguk mengerti, lalu kembali fokus pada pekerjaannya. Kehadiran Dian mengingatkannya pada tanah air, tapi fokusnya tetap pada tujuannya mengumpulkan uang dan kembali ke Jakarta.

Sementara di kejauhan, Dian, sang pekerja baru, memperhatikan Rian dari tempatnya berdiri. Ini pertama kalinya ia melihat Rian. Ada desiran aneh di hatinya saat pertama kali memandang Rian. Ia senang karena di tempatnya bekerja ternyata ada orang lain yang juga berasal dari Indonesia selain Aris, meskipun sama-sama berasal dari Indonesia, dengan wajah lokal. Tapi Dian melihat hal yang berbeda di wajah Rian—sesuatu yang misterius, penuh perjuangan, dan menarik. Seolah ada cerita yang tersembunyi di balik mata Rian, yang membuat Dian penasaran.

Bersambung...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!